TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres turut menyampaikan rasa belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus. Ia menganggap Paus telah meninggalkan warisan berupa iman dan kasih sayang untuk seluruh umat manusia.
"Saya ikut berkabung atas wafatnya Paus Fransiskus, seorang pembawa harapan, kerendahan hati, dan kemanusiaan,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan, Senin, 21 April 2025, seperti dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Guterres kemudian menggambarkan Paus Fransiskus sebagai sosok yang selalu mengedepankan perdamaian, martabat manusia, dan keadilan sosial. Ia menyatakan bahwa Paus telah meninggalkan warisan yang penuh dengan iman, pelayanan, dan kasih sayang, yang dirasakan oleh semua orang, terutama mereka yang terpinggirkan atau terperangkap dalam kengerian konflik.
“Paus Fransiskus adalah suara untuk perdamaian, martabat manusia, dan keadilan sosial. Ia meninggalkan warisan iman, pelayanan, dan kasih sayang bagi semua orang -- terutama mereka yang terpinggirkan dalam kehidupan atau terjebak oleh kengerian konflik," ujarnya.
Guterres menyatakan PBB telah terinspirasi oleh tujuan luhur Paus Fransiskus, yang sejalan dengan misi dan nilai-nilai organisasi tersebut. Ia juga menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam kepada umat Katolik di seluruh dunia.
Lebih dari sekadar ajaran gerejawi, banyak teladan dan pemikiran dari Paus Fransiskus untuk seluruh umat manusia yang terjalin dalam benang merah kemanusiaan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa warisan pemikiran mulia dari Paus Fransiskus.
1. Perdamaian dan Kasih Sayang
Salah satu warisan terbesar yang ditinggalkan Paus adalah ajaran tentang kasih yang melampaui sekat-sekat duniawi. Kasih bukan sekadar perasaan, tetapi juga tindakan nyata yang menyatukan kita semua, tanpa memandang agama, ras, atau status sosial. Paus mengajarkan bahwa dalam dunia yang penuh kebencian, kasih adalah bahasa universal yang bisa diterima oleh hati siapa saja.
Berdasarkan ensiklik Fratelli Tutti pada 2020, Paus Fransiskus mengajak untuk membangun persaudaraan global dan solidaritas antarbangsa sebagai landasan dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan damai. Selain itu, ia berusaha mendekatkan gereja kepada umat dengan mendorong pendekatan yang lebih pastoral dan berfokus pada belas kasih, ketimbang hanya mengikuti aturan yang ketat.
2. Kepedulian pada Kaum Rentan
Bagi Paus, kesejahteraan bukanlah hak istimewa bagi sebagian orang, tetapi adalah kewajiban bersama untuk mewujudkan dunia yang adil. Setiap orang, tanpa terkecuali, berhak atas hidup yang layak dan dihargai martabatnya.
Sejak memulai masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus menciptakan suasana yang berbeda. Ia menolak untuk tinggal di Istana Apostolik, lebih memilih untuk menetap di kediaman tamu yang sederhana di Vatikan.
Paus Fransiskus juga tak segan menyampaikan pandangannya mengenai isu-isu global di luar konteks gereja. Ia mengkritik kapitalisme pasar bebas yang, menurut dia, “memperburuk” kondisi kaum miskin.
Paus mengimbau pemerintah-pemerintah di dunia untuk bertindak lebih tegas dalam menghadapi perubahan iklim dan menjadi pembela hak-hak migran—bahkan ia sempat membandingkan pusat-pusat penahanan migran di Eropa dengan kamp konsentrasi. Pernyataan-pernyataan ini menuai kritik dari politisi konservatif dan pemimpin dunia usaha.
3. Dialog Antarumat Beragama
Paus Fransiskus kerap mengangkat tema dialog antaragama dan persaudaraan umat manusia dalam berbagai tulisan dan pidatonya. Bagi Paus, dialog bukan sekadar wacana, melainkan bagian dari cara hidup—sebuah pendekatan untuk menjalin persahabatan lintas batas demi menyembuhkan dunia yang tengah terluka.
Vatican News melaporkan, sepanjang masa kepausannya, ia secara konsisten mendorong kerja sama lintas iman melalui pertemuan, deklarasi, dan tindakan nyata. Ia memandang dialog bukan hanya sebagai strategi diplomatik, melainkan sebagai cara hidup yang mencerminkan persaudaraan sejati dan tanggung jawab bersama untuk menciptakan perdamaian.
Beberapa momen penting yang menegaskan komitmen ini antara lain kunjungannya ke Semenanjung Arab dan Irak—menjadi Paus pertama yang melakukannya—serta persahabatannya dengan tokoh-tokoh lintas agama seperti Rabbi Abraham Skorka, Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayyeb, dan Grand Ayatollah Ali al-Sistani.
Penandatanganan Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan di Abu Dhabi (2019) dan Deklarasi Istiqlal di Jakarta (2024) menjadi tonggak penting dalam memajukan hubungan antara umat Katolik dan komunitas Muslim.
4. Peduli Lingkungan
Dalam ensiklik Laudato Si’ yang diterbitkan pada 2015, Paus Fransiskus mengajak umat manusia untuk menyadari panggilannya sebagai penjaga bumi—rumah bersama yang harus dipelihara demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.
Ia menyampaikan seruan kuat agar seluruh dunia mengambil langkah nyata dan cepat dalam menghadapi krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Bagi Paus, isu ekologi tak bisa dipisahkan dari persoalan keadilan sosial, sebab mereka yang paling merasakan dampak buruk dari degradasi alam adalah kelompok miskin dan tersisih yang paling sedikit menyumbang pada kerusakan itu sendiri.