Bayu Krisnamurthi Soroti Strategi Percepatan Investasi dan Daya Saing Kelautan

10 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang IV Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bayu Krisnamurthi menyoroti pentingya perumusan arah kebijakan dan strategi percepatan investasi dalam penguatan daya saing produk kelautan Indonesia di tingkat global.

Menurut dia, hilirisasi pada sektor perikanan tidak hanya menjadi sebuah keharusan untuk peningkatan kualitas produk, melainkan wajib masuk dalam agenda ketahanan ekonomi sumber daya alam. Hal ini disampaikan dalam diskusi bertajuk hilirisasi perikanan dalam mendorong investasi dan ketersediaan bahan baku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hilirisasi sektor perikanan juga memperkuat ketahanan ekonomi, berbasis sumber daya alam yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Bayu dalam diskusi yang berlangsung pada Jumat, 25 April 2025, dikutip melalui keterangan tertulisnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Machmud turut hadir dalam diskusi tersebut. Dia menekankan penting untuk membangun konektivitas hulu-hilir berbasis kawasan industri perikanan terpadu.

“Keberhasilan hilirisasi tidak hanya bergantung pada kuantitas produksi, melainkan juga pada peningkatan kualitas produk melalui standarisasi mutu,” ucap Machmud dalam rilis yang sama.

Machmud menyebut hilirisasi sektor perikanan dan kelautan juga berdampak terhadap akses pasar ekspor produk Indonesia di kancah global. Dengan munculnya barang bersertifikasi unggul, maka produk dari Tanah Air akan sangat mudah diterima di sejumlah negara, semisal pasar Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.

Namun demikian, salah seorang pelaku industri perikanan Abrizal Ang menyampaikan sejumlah catatan untuk hilirisasi ini. Dia memandang ada tantangan nyata yang dihadapi sektor hilir, mulai dari fluktuasi pasokan bahan baku akibat ketergantungan pada perikanan tangkap. Kemudian risiko tingginya biaya logistik hingga keterbatasan infrastruktur cold chain masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

“Pentingnya dukungan insentif fiskal, simplifikasi regulasi ekspor, dan perlindungan terhadap usaha pengolahan domestik agar industri nasional mampu bersaing di tengah derasnya tekanan global,” kata Abrizal dalam diskusi tersebut.

Selain itu, mereka juga mengidentifikasi sejumlah tantangan utama yang perlu segera diatasi, antara lain dominasi ekspor produk dalam bentuk bahan mentah yang mencapai 61 persen dari total ekspor hasil laut Indonesia.

Kemudian soal ketidakpastian pasokan bahan baku akibat bergantung pada musim perikanan tangkap, tingginya biaya logistik nasional, serta rendahnya tingkat industrialisasi berbasis kelautan. Di saat yang sama, peluang besar terbuka dengan adanya pasar global yang terus tumbuh untuk produk perikanan olahan berkualitas tinggi, seiring meningkatnya tren konsumsi makanan sehat dan alami.

Read Entire Article
Parenting |