Fimela.com, Jakarta Emosi adalah salah satu kekuatan terbesar yang dimiliki manusia. Dalam satu emosi, ada cerita, pengalaman, dan makna yang mendalam. Tetapi, apakah Moms pernah memperhatikan betapa anak-anak memiliki dunia emosi yang begitu liar dan jujur?
Ketika mereka marah, kecewa, atau bahagia, semuanya terlihat jelas di wajah mereka. Nah, mengelola emosi adalah keterampilan hidup yang penting, yang tidak hanya membuat mereka lebih tenang tetapi juga membantu mereka menjadi individu yang penuh empati. Di usia dini, anak-anak butuh bimbingan untuk memahami dan menyalurkan emosinya dengan cara yang sehat. Sayangnya, ini bukan hal yang bisa dicapai hanya dengan berkata, “Jangan marah!”
Moms, mengajarkan anak mengelola emosi bukan berarti memaksa mereka untuk selalu bahagia. Emosi negatif juga perlu diterima dan dipahami. Namun, bagaimana caranya agar anak tidak mudah terjebak dalam amarah yang justru merugikan mereka sendiri? Berikut adalah tujuh tips sederhana, tetapi penuh makna, yang bisa Moms terapkan dalam mendidik buah hati untuk menjadi pribadi yang lebih bijak secara emosional.
1. Kenalkan Anak pada Emosi Lewat Cerita Visual
Pernahkah Moms melihat wajah anak yang bingung ketika dimarahi? Mungkin karena mereka belum memahami emosi apa yang mereka rasakan. Untuk itu, ajak mereka mengenal emosi melalui cara yang visual.
Cerita bergambar atau kartu emosi adalah alat yang sangat efektif. Moms bisa menggunakan gambar wajah dengan berbagai ekspresi—marah, sedih, bahagia, bingung—dan tanyakan, “Menurutmu, ini wajah apa?” Ajak anak berdiskusi tentang kapan mereka pernah merasa seperti itu. Ketika anak bisa mengenali perasaan mereka sendiri, mereka lebih mudah menanganinya.
Tidak hanya itu, Moms bisa menciptakan waktu khusus untuk “bermain emosi.” Misalnya, gunakan boneka atau karakter favorit mereka untuk berperan sebagai “emosi” tertentu. Buat cerita sederhana di mana anak diajak memilih bagaimana karakter tersebut harus bertindak. Melalui pendekatan ini, anak belajar bahwa emosi adalah hal yang normal dan wajar.
2. Ajarkan Teknik Napas untuk Meredakan Amarah
Tahukah Moms, bahwa marah sering kali datang dari tubuh yang tegang? Anak-anak, yang mungkin belum paham konsep relaksasi, sering mengekspresikan ketegangan ini dalam bentuk tantrum. Di sinilah teknik napas berperan penting.
Moms bisa mengajari mereka teknik napas sederhana, seperti “napas balon.” Ajak anak membayangkan perut mereka seperti balon. Ketika menarik napas, balonnya mengembang, dan saat menghembuskan napas, balonnya mengempis. Aktivitas ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membantu mereka fokus pada tubuh mereka sendiri.
Bahkan, Moms bisa menjadikan teknik ini rutinitas sebelum tidur. Sebagai contoh, “Kita tiup balon kita 5 kali sebelum tidur, ya.” Dengan konsistensi, anak akan memahami bahwa bernapas adalah cara yang ampuh untuk menenangkan diri ketika emosi meluap.
3. Latih Anak Menyebutkan Apa yang Mereka Rasakan
Saat anak marah, sering kali mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya merasa kesal tetapi tidak bisa menjelaskan alasannya. Inilah saatnya Moms berperan sebagai “detektif emosi.”
Mulailah dengan bertanya, “Apa yang kamu rasakan sekarang?” Jika anak bingung, berikan contoh, “Kamu marah karena mainannya diambil, ya?” Dengan begitu, mereka belajar menghubungkan perasaan dengan situasi yang terjadi. Semakin sering anak melatih kemampuan ini, semakin pintar mereka mengidentifikasi apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Namun, pastikan Moms tidak langsung menghakimi. Dengarkan anak dengan tenang tanpa memotong. Jadilah tempat yang aman bagi mereka untuk berbagi. Ketika anak merasa didengar, mereka lebih mudah terbuka dan perlahan memahami bahwa emosi mereka valid.
4. Buat Zona Tenang yang Menyenangkan
Tidak ada yang lebih penting daripada ruang bagi anak untuk menenangkan diri. Jika Moms sering melihat anak sulit mengontrol amarah, cobalah menciptakan zona tenang di rumah.
Zona ini bisa berupa sudut kecil dengan bantal, boneka, atau buku cerita. Berikan nama yang menarik, misalnya “Sudut Pelangi.” Katakan pada anak bahwa tempat ini adalah ruang khusus untuk menenangkan diri ketika mereka merasa marah atau sedih.
Moms juga bisa menyediakan alat bantu seperti papan tulis kecil atau krayon. Ajak anak menggambar apa yang mereka rasakan. Dengan cara ini, mereka belajar bahwa menenangkan diri tidak harus dilakukan dengan menangis atau berteriak, tetapi bisa dengan aktivitas yang positif.
5. Berikan Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
Anak-anak adalah peniru yang ulung. Jika Moms ingin anak belajar mengelola emosi, mulailah dengan memberi contoh.
Misalnya, saat Moms merasa lelah atau frustrasi, bicarakan dengan jujur di depan anak, “Ibu lagi capek, jadi Ibu mau duduk sebentar, ya.” Ini menunjukkan bahwa mengakui perasaan bukanlah sesuatu yang salah.
Selain itu, tunjukkan pula bagaimana Moms meredakan emosi dengan cara sehat. Alih-alih marah ketika ada yang salah, tunjukkan sikap tenang dan solusi yang positif. Anak akan belajar bahwa emosi bisa dihadapi dengan cara yang lebih baik.
6. Ajarkan Anak Memahami Perspektif Orang Lain
Ketika anak marah, sering kali mereka hanya melihat situasi dari sudut pandang mereka sendiri. Di sinilah Moms bisa mengajarkan empati.
Gunakan contoh konkret. Misalnya, jika anak marah karena mainannya diambil oleh adik, tanyakan, “Menurutmu, kenapa adikmu mengambil mainan itu?” Bantulah mereka melihat alasan di balik perilaku orang lain. Dengan cara ini, anak belajar bahwa setiap orang memiliki perasaan dan sudut pandang yang berbeda.
Tidak hanya itu, ajak anak bermain peran. Misalnya, biarkan mereka menjadi “guru” yang harus memahami emosi murid-muridnya. Aktivitas ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memperluas cara mereka melihat dunia.
7. Berikan Pujian atas Usaha Mereka Mengontrol Emosi
Moms, tidak ada anak yang langsung sempurna dalam mengelola emosinya. Ketika anak berhasil menahan amarah atau menenangkan diri, berikan apresiasi.
Pujian tidak harus berupa hadiah besar. Cukup dengan berkata, “Hebat, ya, kamu tadi bisa tenang walaupun kesal,” itu sudah cukup membuat mereka merasa dihargai. Anak-anak yang merasa diapresiasi akan lebih termotivasi untuk terus berusaha.
Namun, jangan terlalu fokus pada hasil. Hargai juga prosesnya. Misalnya, jika anak mencoba menarik napas dalam-dalam tetapi masih marah, tetap berikan pujian atas usaha mereka. Ini menunjukkan bahwa mencoba adalah bagian penting dari belajar.
Mengajari anak mengelola emosi adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan, tetapi juga penuh keindahan. Dengan kesabaran dan konsistensi, Moms tidak hanya membantu anak menjadi pribadi yang lebih tenang, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang lebih empati dan bijak.
Jadi, mulai sekarang, mari menjadi pemandu emosi yang penuh kasih untuk buah hati kita.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.