GEM: Penambahan Kapasitas PLTU Batu Bara Global Hambat Transisi Energi

22 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Coal Plant Tracker GEM menilai salah satu tantangan dari program transisi energi adalah soal komitmen internasional untuk menghentikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Pada tahun 2024, kapasitas PLTU berbasis batu bara di dunia diperkirakan naik 18,8 Giga Watt (GW).

Meskipun terjadi lonjakan rekor dalam energi terbarukan, sebanyak 44 GW PLTU baru diresmikan oleh 12 negara pada tahun lalu. Berdasarkan laporan pelacak pembangkit listrik tenaga batu bara GEM, angka tersebut memang lebih tinggi 25,2 GW dari rencana penghentian operasi PLTU.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hany saja, dengan total 2.143 GW, kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara global sekarang 13 persen lebih tinggi daripada saat perjanjian iklim Paris ditandatangani hampir satu dekade lalu. 

Meskipun telah berjanji untuk mengendalikan kapasitas batu bara baru, Cina memasang tambahan 30,5 GW untuk beroperasi tahun lalu, lebih dari 70 persen dari total dunia. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan 47,4 GW yang ditambahkan Cina pada 2023.

Peneliti Coal Plant Tracker GEM Christine Shearer menjelaskan, pembangunan PLTU baru di Cina yang tertinggi dalam satu dekade terakhir. "Kepentingan batu bara Cina terus mengejar dan membangun pembangkit batubara baru, yang dimungkinkan oleh lemahnya penegakan pedoman dan janji pemerintah sendiri," ujarnya, dikutip dari Reuters, Sabtu, 5 April 2025. 

GEM juga memperingatkan bahwa beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, menunda rencana untuk menghentikan operasi pembangkit lama. "Penundaan penghentian operasi terjadi terutama di negara-negara yang tidak membangun energi bersih yang cukup untuk menutupi penghentian operasi," kata Shearer.

Pada 2024, energi terbarukan tumbuh 585 GW, naik 15 persen sejak 2023 dan mencapai 92,5 persen dari semua penambahan kapasitas global. Namun energi terbarukan perlu tumbuh 16,6 persen per tahun selama sisa dekade ini untuk memenuhi target 2030 untuk melipatgandakan kapasitas.

Dalam konteks Indonesia, Rencana ekspansi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) captive berpotensi menghambat transisi energi bersih dan meningkatkan biaya listrik nasional. 

Analis Senior Iklim dan Energi untuk Indonesia Dody Setiawan mengungkapkan, memproduksi material untuk teknologi hijau dengan sumber energi beremisi tinggi merupakan pilihan yang kurang tepat. “Indonesia seharusnya mulai mengurangi emisi industri smelternya dengan energi terbarukan," ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Tempo pada Jumat, 21 Februari 2025.

Menurut Dody, dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) ada penambahan 26,8 GW dari PLTU dalam tujuh tahun ke depan. Dari jumlah tersebut, lebih dari 20 GW merupakan PLTU captive yang akan melayani industri, khususnya smelter di Sulawesi dan Maluku Utara.

Padahal, kata Dody, Indonesia telah menargetkan penghentian penggunaan batu bara pada 2040. Melalui RUKN itu, alih-alih berkurang, kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara justru diproyeksikan tumbuh 62,7 persen dan baru mencapai puncak pada 2037.

Read Entire Article
Parenting |