Macron: Prancis Berencana Akui Negara Palestina pada Juni

1 week ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Prancis berencana untuk mengakui negara Palestina pada Juni 2025. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkap bahwa negaranya membuka peluang itu dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Juni mendatang. Menurut Macron, langkah itu ditujukan untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. 

“Kita harus bergerak menuju pengakuan, dan kita akan melakukannya dalam beberapa bulan mendatang,” kata Macron, yang minggu ini mengunjungi Mesir, kepada televisi France 5 pada Rabu, 9 April 2025, dilansir dari Arab News

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Macron menjelaskan bahwa tujuan Prancis ingin memimpin konferensi ini bersama Arab Saudi pada Juni. Dia ingin mendorong gerakan pengakuan bersama atas Negara Palestina oleh beberapa pihak.

"Saya percaya bahwa pada suatu saat itu akan benar dan karena saya juga ingin berpartisipasi dalam dinamika kolektif, yang juga harus memungkinkan semua orang yang membela Palestina untuk mengakui Israel pada gilirannya, yang banyak dari mereka tidak melakukannya,” ujarnya.

Macron menjelaskan bahwa pengakuan tersebut akan memungkinkan Prancis untuk bersikap tegas dalam perjuangan dan komitmen pada keamanan kolektif di kawasan tersebut.

Prancis telah lama memperjuangkan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, termasuk setelah serangan pada 7 Oktober 2023 oleh kelompok pejuang Palestina Hamas terhadap Israel.

Namun, pengakuan resmi oleh Paris atas negara Palestina akan menandai perubahan kebijakan besar. Langkah ini juga berisiko membuat Israel marah. 

Sebelumnya, Macron menyebut penyaluran kembali bantuan ke Gaza sebagai "prioritas utama". Pernyataan itu dia sampaikan dalam kunjungan ke Kota El-Arish di Mesir, titik transit utama untuk pasokan ke wilayah Palestina yang sedang dilanda perang.

"Situasi saat ini tidak dapat ditoleransi," kata Macron di dekat perbatasan dengan Gaza, Selasa, 8 April 2025. Dia menyerukan "dimulainya kembali bantuan kemanusiaan secepat mungkin".

Hampir semua dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi berkali-kali akibat pendudukan militer Israel. Serangan Israel itu merupakan respons atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Adapun Israel melanjutkan serangannya di Gaza pada 18 Maret lalu setelah gencatan senjata selama hampir dua bulan.

Sejak 2 Maret 2025, Israel telah memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut setelah ketidaksepakatan dengan Hamas tentang bagaimana melanjutkan gencatan senjata setelah fase pertamanya berakhir.

Macron turut merespons usulan Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih wilayah Gaza dan membangunnya kembali menjadi apa "Riviera Timur Tengah" dengan menggusur penduduk Palestina. "Itu bukan proyek real estat," ujar Macron.

"Kenyataannya adalah Anda memiliki dua juta orang yang terkurung. Setelah berbulan-bulan pemboman, perang yang mengerikan, puluhan ribu orang telah kehilangan nyawa mereka," tuturnya.

"Anda memiliki puluhan ribu anak yang dimutilasi tanpa keluarga. Inilah yang sedang kita bicarakan ketika kita berbicara tentang Gaza." 

Israel telah membunuh lebih dari 50.800 warga Palestina sejak Oktober 2023, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Read Entire Article
Parenting |