Puluhan Ribu Warga Spanyol Unjuk Rasa karena Krisis Perumahan di Spanyol

1 day ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu demonstran memadati jalan-jalan di Madrid, Barcelona, dan lebih dari 40 kota lainnya di seluruh Spanyol pada Sabtu, memprotes lonjakan harga sewa dan krisis perumahan yang semakin dalam. Seperti dilansir Arab News dan Anadolu, krisis ini telah melanda negara itu selama lebih dari satu dekade.

Aksi tersebut merupakan demonstrasi nasional terkoordinasi pertama dalam skala besar dan diselenggarakan oleh berbagai asosiasi penyewa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah mengatakan bahwa 15.000 orang berbaris di Madrid, sementara penyelenggara mengatakan 10 kali lebih banyak yang turun ke jalan ibukota.

Di Barcelona, balai kota mengatakan 12.000 orang berpartisipasi dalam protes, sementara penyelenggara mengklaim lebih dari 100.000 orang.

Demonstrasi besar dari ketidakpuasan sosial ini menjadi perhatian utama bagi pemerintah kiri Spanyol, diorganisir oleh aktivis perumahan dan didukung oleh serikat buruh utama Spanyol.

Para pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan “Akhiri bisnis perumahan” dan “Potong sewa 50 persen”, sebagai bentuk kritik terhadap pasar properti yang dinilai tidak berkelanjutan dan penuh spekulasi.

Kelompok penyewa juga mengancam akan melakukan mogok bayar sewa jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Juru bicara Asosiasi Penyewa Madrid, Valeria Racu, menyerukan aksi tak terbatas dan mogok nasional untuk melawan harga sewa yang tinggi dan spekulan properti. Ia mendesak 500.000 rumah tangga yang masa sewanya habis pada 2025 agar melawan penggusuran.

Racu menegaskan komitmen mereka terhadap rencana mogok bayar sewa dan menyatakan bahwa jutaan orang telah menunjukkan kekuatannya. Ia memperkirakan, jika aksi ini berjalan, harga sewa dapat turun setidaknya 30 persen.

Ia juga menegaskan bahwa baik para spekulan maupun pemerintah harus bertanggung jawab atas krisis perumahan yang membuat keluarga dan generasi muda tersingkir dari pusat kota ke wilayah pinggiran.

Sementara itu, juru bicara Asosiasi Penyewa di Logrono, Mariola Gutierrez, menyatakan bahwa gerakan itu bertujuan untuk menurunkan harga perumahan dan menghentikan “gelembung sewa” yang kian membesar, dengan menekan spekulan dan pemerintah agar mengambil tindakan nyata.

Menurut laporan Bank Sentral Spanyol, negara itu membutuhkan sekitar 500.000 rumah baru untuk mengatasi krisis perumahan.

Untuk memungkinkan pembangunan perumahan sosial oleh pemerintah, laporan tersebut merekomendasikan reformasi hukum pertanahan, penyederhanaan birokrasi, pengurangan beban pajak perumahan yang saat ini sebesar 25 persen, serta penghentian penyewaan jangka pendek untuk turis di kota-kota besar dan kawasan pesisir.

Meskipun pemerintah koalisi kiri yang berkuasa telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi krisis ini, upaya tersebut dinilai masih belum memadai.

Salah satu kebijakan yang baru dihentikan adalah program “visa emas”, yang memberikan izin tinggal permanen kepada investor asing yang membeli properti senilai minimal 500.000 euro. Program ini dihentikan pada 3 April lalu, setelah sejak 2013 memberikan manfaat kepada sekitar 15.000 investor asing.

Harga sewa di Spanyol kini mencapai rekor tertinggi. Dalam setahun terakhir, tarif sewa naik 11,5 persen, dan secara triwulanan naik 3,9 persen.

Rata-rata harga sewa per meter persegi kini mencapai 13,5 euro. Di Madrid, harga sewa bahkan melonjak 91 persen dalam satu dekade terakhir, sementara biaya pembangunan rumah baru meningkat rata-rata 7,6 persen.

Di tengah tren urbanisasi dari kota kecil ke kota besar, anak-anak muda di Spanyol kini semakin banyak pindah ke wilayah pinggiran akibat mahalnya harga sewa dan rumah di pusat kota.

Generasi muda mengatakan mereka harus tinggal bersama orang tua mereka atau menghabiskan banyak uang hanya untuk berbagi apartemen, dengan sedikit peluang menabung cukup untuk suatu hari membeli rumah. Biaya perumahan yang tinggi berarti bahkan mereka yang memiliki pekerjaan bergaji tinggi secara tradisional berjuang untuk memenuhi kebutuhan.

"Saya tinggal dengan empat orang dan masih, saya mengalokasikan 30 atau 40 persen dari gaji saya untuk menyewa," kata Mari Sánchez, seorang pengacara berusia 26 tahun di Madrid.

"Itu tidak memungkinkan saya untuk menabung. Itu tidak memungkinkan saya untuk melakukan apa pun. Itu bahkan tidak memungkinkan saya untuk membeli mobil. Itulah situasi saya saat ini, dan yang dialami banyak anak muda."

Menteri Perumahan Spanyol Isabel Rodríguez mengatakan pada X bahwa "Saya berbagi permintaan dari banyak orang yang telah berunjuk rasa hari ini: bahwa rumah adalah untuk tinggal dan bukan untuk berspekulasi."

Pilihan Editor:

Read Entire Article
Parenting |