Cerita Warga Bekasi Jadi Marketing Judi Online di Kamboja

12 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Susahnya mendapatkan pekerjaan di Indonesia menjadikan Febby Febriadi, 27 Tahun, pria asal Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, nekat untuk mengadu nasib di luar negeri. Iming-iming gaji belasan juta dan syarat yang mudah membuat Febby tergiur untuk bekerja di Kamboja.

“Jujur ngerasa susah banget (cari kerja di Indonesia). Di satu sisi sempet punya tato, kuping bolong juga, perusahaan banyak yang mikir. Dipandangnya bener-bener sebelah mata. Jadi yaudah mutusin diri buat berangkat ke sana (Kamboja),” kata Febby saat ditemui di Bekasi Selatan, Jumat, 18 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mulanya, Febby dihubungi oleh seorang temannya yang sudah 3 tahun bekerja di Kamboja. Ia ditawari untuk bekerja sebagai editor di salah satu hotel di Kamboja.

“Awalnya ditawarin jadi editor hotel, buat bikin kayak video pemasaran hotel. Gaji mereka bilang tuh Rp15 juta, uang makannya 300 dolar berarti kisaran Rp 4 juta,” ujarnya.

Selain itu, Febby juga mengaku bahwa proses rekrutmen untuk bekerja di Kamboja sangat mudah. Seluruh keperluan akomodasi pun disiapkan oleh perusahaan tanpa dirinya harus mengeluarkan biaya sepeser pun.

Hal tersebut akhirnya membuat Febby yang saat itu hanya bekerja sebagai barista kopi tergiur. Ia kemudian memulai perjalanan ke Kamboja pada awal bulan April 2024.

Rupanya, setelah sampai di Kamboja ia baru mengetahui bahwa dirinya ditipu dan dipekerjakan sebagai admin marketing judi online. Meskipun benar, lokasi tempatnya bekerja adalah sebuah hotel yang sedari awal dijanjikan termasuk besaran gaji yang ia terima pun sesuai dengan tawaran temannya.

“Modelan kerja kita masuk gak bakalan tahu kalau misalkan itu tempat judi online. Karena kita masuk ada resepsionis, ada penjaga, itu bener-bener kayak hotel. Kamuflase mereka tuh bener-bener jago sih,” tuturnya.

Febby menggambarkan, hotel tempatnya bekerja terdiri dari 4 lantai dan setiap lantainya memiliki situs judi online yang berbeda. Para admin marketing judi online ini bekerja dengan sistem target, dengan target harian yakni 100 transaksi per hari.

Dalam sehari, Febby mengatakan bekerja selama 12 jam dan akan mendapat jatah libur satu hari jika memenuhi target. Namun, jika target tidak terpenuhi para pekerja harus lembur tanpa ada bayaran tambahan.

“Jadi satu orang satu kali depo itu itungannya satu transaksi. Terus ada juga new deposit, di situ kita minimal bawa orang buat main dan depo satu hari 10 orang,” jelas Febby.

Selain tidak dapat jatah libur, pekerja yang tidak memenuhi target juga harus siap menerima sanksi berupa cacian dari atasan mereka. Febby mengatakan, meskipun sanksi yang diberikan bukan berbentuk fisik namun hal itu membuat mentalnya dan pekerja lainnya terganggu.

“(Sanksi jika tidak target) tekanan mental dengan cara dikata-katain, kata-kata hewan segala macam. Oke lah dia gak main fisik tapi mental gua dihajar habis-habisan,” ujarnya.

Selama bekerja tiga bulan lamanya, Febby baru berani cerita ke orang tuanya tentang pekerjaannya saat itu. Febby menyebut, saat itu orang tuanya syok dan memintanya untuk segera kembali ke Indonesia. Namun untuk lepas dari lingkaran perusahaan judi online dan kembali ke Indonesia bukanlah hal yang mudah.

Pekerja yang sudah terlanjur tanda tangan kontrak harus menyelesaikan masa kontraknya terlebih dahulu untuk bisa keluar dari perusahaan tersebut. Rata-rata mereka di kontrak selama satu tahun. Jika ingin mengundurkan diri sebelum masa kontrak habis, para pekerja diwajibkan mengembalikan biaya akomodasi keberangkatan.

Febby pun bersikeras mengumpulkan sebagian penghasilannya untuk membayar biaya tebusan agar bisa kembali ke Indonesia. 7 bulan bekerja, ia akhirnya berhasil bebas dari perusahaan judi online itu dan kembali ke Indonesia pada 17 November 2024. 

“Tebusan gua pribadi itu sampai Rp23 juta, itu bayar ke perusahaan cash. Rp23 juta itu dihitung dari biaya transport gua berangkat, pembuatan paspor, sama jalur VIP segala macem,” kata Febby.

Tak lama setelah tiba di Indonesia, Febby memutuskan untuk rutin ke psikiater karena ia merasa mentalnya begitu terganggu. Ia mengaku setiap kali bertemu orang baru, dirinya selalu merasa ketakutan.

Kini kondisi Febby telah membaik. Ia pun berpesan kepada para pemuda untuk tidak gampang tergiur oleh tawaran kerja di luar negeri apalagi dengan iming-iming gaji tinggi. “Jangan gampang tergiur sama gaji gede. Saran gue, jangan sampai tertarik dengan rayuan-rayuan manis dari orang-orang sana (pekerja luar negeri),” tutupnya.

Read Entire Article
Parenting |