Masih Ingat Protokol Kesehatan 3M Saat Pandemi Covid-19?

1 day ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, mengimbau masyarakat tidak perlu panik kendati ada peningkatan kasus infeksi Covid-19 di Indonesia, sebab penyebaran yang terjadi berasal dari varian yang relatif tidak mematikan.

“Tapi ini adalah varian-varian yang relatif tidak mematikan. Jadi enggak usah terlalu dikhawatirkan supaya masyarakat enggak panik,” kata Budi Gunadi Sadikin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Juni 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati demikian, Juru Bicara Kemenkes, Widyawati, mengatakan masyarakat tetap perlu menerapkan disiplin protokol kesehatan seperti yang telah dijalani selama pandemi Covid-19, terutama mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker di tempat umum yang padat.

“Waspada tetap perlu, khususnya bagi mereka yang memiliki risiko tinggi. Mari jaga bersama dengan langkah-langkah pencegahan sederhana namun efektif,” kata Widyawati di Jakarta, Selasa, 3 Juni 2025 dilansir dari Antara

Sebelumnya, Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura melaporkan lonjakan infeksi akibat varian baru turunan Omicron. Merespons situasi ini, Kementerian Kesehatan menerbitkan surat edaran kewaspadaan bernomor SR.03.01/C/1422/2025 pada Jumat, 23 Mei 2025.

"Meski demikian transmisi penularannya masih relatif rendah, dan angka kematiannya juga rendah," demikian kutipan dari surat yang ditandatangani Dirjen P2P, Murti Utami. Kemenkes mencatat, Thailand sedang digempur varian XEC dan JN.1, sementara Singapura didominasi LF.7 dan NB.1.8, keduanya merupakan subvarian JN.1. Di Hong Kong varian JN.1 masih mendominasi, dan Malaysia dilaporkan menghadapi XEC yang juga turunan dari JN.1.

Mengingat Protokol Kesehatan Pandemi Covid-19

Penyebaran virus Covid-19 pernah sangat masif terjadi di seluruh dunia, untuk menghentikannya lajunya, masyarakat Indonesia dihimbau untuk mengikuti protokol kesehatan 3M dan 3T.

"Masyarakat mengikuti 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan), bagian tenaga kesehatan 3T, yakni tracing (testing, treatment) atau mencari yang positif, tidak hanya menunggu, lalu tes. Kalau positif isolasi (pasien) sehingga tidak menularkan," kata Pakar kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher yang merupakan pakar bidang urologi dikutip dari Tempo, 3 Oktober 2025.

Lebih jelas, dikutip dari rsupsoeradji.id,  berikut penjelasan mengenai 3T yakni testing, tracing, dan treatment atau tes, telusur, dan tindak lanjut. 

Testing (Tes)

Pemeriksaan dini untuk mengetahui kondisi seseorang sudah terjangkit Covid-19 atau tidak. Hal ini sangat penting agar tindakan lebih lanjut atau perawatan dilakukan dengan cepat. Dengan testing potensi penularan dapat diperkecil.

Tracing (Telusur)

Telusur adalah proses mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang telah berkontak dengan pasien positif Covid-19. Ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19.

Treatment (Tindak Lanjut)

Tindak lanjut adalah perawatan kepada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Perawatan ada 2 yaitu cara isolasi di rumah sakit atau isolasi di rumah dengan pengawasan petugas kesehatan bagi yang positif Covid-19 tanpa gejala.

Sementara itu, menanggapi peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan. “Sudah ada sekolah di Samut Prakan, Thailand, yang kembali menerapkan pembelajaran daring karena peningkatan kasus. Ini menjadi alarm bahwa Covid-19 belum sepenuhnya hilang,” ujarnya.

Tjandra menyampaikan lima langkah penting yang harus menjadi perhatian semua pihak, yakni meningkatkan pemantauan jumlah kasus, tingkat keparahan, kematian, dan varian Covid-19 yang beredar di masyarakat.

"Informasi ini penting untuk disampaikan secara terbuka kepada publik," katanya.

Di samping itu, Tjandra memandang perlu adanya vaksinasi ulang bagi kelompok berisiko tinggi, terutama lansia dan penderita komorbid, minimal satu tahun setelah vaksinasi terakhir. Ia juga menyoroti perlunya data varian yang beredar agar bisa disesuaikan dengan jenis vaksin yang tersedia.

Ia juga meminta pemerintah meningkatkan kerja sama regional seperti melalui ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases serta komunikasi aktif dengan WHO yang dinilai krusial dalam menghadapi potensi gelombang baru secara kolektif.

"Kita perlu menyadari bahwa Covid-19 memang masih ada di tengah kita. Kasusnya masih ada di berbagai negara, termasuk negara kita juga,” katanya.

Terakhir, dia mengingatkan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan menjaga kebersihan diri, pola makan sehat, dan aktivitas fisik rutin tetap menjadi benteng utama. "PHBS tidak hanya penting untuk cegah Covid-19, tapi juga berbagai penyakit lainnya," ujarnya.

Read Entire Article
Parenting |