Menelusuri 2 UNESCO Global Geopark Baru di Indonesia

22 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 16 geopark ditambahkan dalam jaringan UNESCO Global Geopark. Termasuk dua geopark dari Indonesia, yaitu Geopark Kebumen dan Geopark Meratus. Total jumlah geopark kini mencapai 229 di 50 negara.

Penetapan sebagai UNESCO Global Geopark merupakan pengakuan atas warisan geologi yang bernilai internasional. Dibentuk sejak tahun 2015, jaringan ini juga menekankan peran penting dari pengetahuan, budaya, dan keterlibatan masyarakat lokal dan adat dalam menjaga warisan geologi, menyelenggarakan kegiatan edukatif, serta menerapkan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

Geopark Kebumen kaya sejarah geologi

Geopark Kebumen menyimpan catatan penting mengenai sejarah geologi bumi, dengan menampilkan formasi batuan tertua di pulau Jawa. Salah satu titik utama di kawasan ini adalah situs Karangsambung, sebuah laboratorium alam yang memperlihatkan batuan dari batas samudra dan benua yang terbentuk sejak puluhan juta tahun yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Batuan tersebut menjadi contoh nyata teori lempeng tektonik, yang menunjukkan bagaimana dasar laut purba terangkat ke permukaan. Selain itu batuan, wilayah ini juga menyimpan fosil dari ekosistem laut dan prasejarah, serta gua dan sungai bawah tanah yang menarik.

Geopark Kebumen berperan penting dalam pelestarian lingkungan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta pembangunan berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pendirian pos konservasi penyu di pantai Jogosimo, Tambak Mulyo, dan Lembu Purwo, di mana telur-telur penyu yang sebelumnya rentan diambil oleh pemburu kini dipindahkan ke tempat yang aman hingga menetas.

Daun pandan juga memiliki nilai penting dalam warisan budaya wilayah ini. Tradisi menganyam pandan, yang diwariskan turun-temurun, kini tetap menjadi kegiatan ekonomi yang relevan. Kekayaan budaya Geopark Kebumen tercermin dalam tradisi Jawa, kerajinan tangan, dan kuliner, yang memperlihatkan kekhasan identitas lokal. 

Geopark Meratus menyimpan evolusi periode Jurassic

Geopark Meratus menyimpan catatan geologi yang menarik tentang evolusi tektonik kompleks yang dimulai sejak periode Jurassic, sekitar 201 hingga 145 juta tahun lalu. Kawasan ini menjadi lokasi seri ofiolit tertua di Indonesia, serta memiliki kandungan berlian yang cukup signifikan. Sejarah geologi ini turut membentuk lanskap wilayah dan mendukung keanekaragaman hayati. Termasuk berbagai jenis anggrek seperti anggrek bulan dan anggrek tebu. 

Bekantan, monyet berhidung panjang yang sebelumnya terancam punah, kini menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan. Geopark ini memiliki peran penting dalam pemulihan ekosistem bakau yang menjadi habitat utama bekantan, dan upaya tersebut turut mendukung peningkatan populasi spesies tersebut.

Geopark Meratus juga menjadi tempat tinggal bagi dua kelompok masyarakat adat utama, yaitu suku Banjar dan suku Dayak, yang masih mempertahankan tradisi mereka. Seperti aktivitas perdagangan di pasar Terapung Lok Baintan yang dilakukan menggunakan perahu kecil bernama jukung. Bambu alat transportasi melalui metode tradisional yang disebut Balanting Paring yang digunakan suku Daya Meratus. Kain Sasirangan menjadi bagian penting dari identitas budaya suku Banjar sejak tahun 1335 - setiap motif dan warna memiliki makna tersendiri.

Geopark ini juga menjadi tuan rumah berbagai festival dan kegiatan budaya seperti Meratus Great Culture Carnival, Meratus Geopark Run, dan Festival Pasar Terapung, yang menampilkan kekayaan budaya lokal secara meriah.

Audrey Azoulay Director-General UNESCO mengatakan pelestarian warisan geologi, geopark menjadi mercusuar pembangunan berkelanjutan, konservasi, dan edukasi, yang menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dan harus berjalan beriringan. "Saya menyampaikan selamat yang tulus kepada para pengelola situs-situs yang baru ditetapkan," ujar Audrey dalam keterangan tertulis. 

Selain Indonesia, geopark baru yang ditetapkan tersebar di Cina, Republik Rakyat Demokratik Korea, Ekuador, Italia, Norwegia, Republik Korea, Arab Saudi, Spanyol, Britania Raya, dan Vietnam. UNESCO terus mendorong pengembangan konsep geopark di wilayah yang masih minim geopark, terutama di Afrika, negara-negara Arab, dan Negara Berkembang Pulau Kecil (Small Island Developing States). Upaya ini dilakukan melalui pengiriman tim ahli, pelatihan yang disesuaikan, serta konsultasi langsung di tingkat nasional maupun lokal untuk memandu proses pengajuan status UNESCO Global Geopark.

Read Entire Article
Parenting |