Swiss Dukung Indonesia Gandakan Energi 10 Tahun ke Depan

3 days ago 8

TEMPO.CO, Jakarta -Kedutaan Besar Swiss di Indonesia dan International Hydropower Association (IHA) menggaungkan komitmen bersama untuk mempercepat transisi energi Indonesia melalui kolaborasi teknologi tenaga air. Hal ini terungkap dalam acara yang digelar di Auditorium PLN, Jakarta, pada Selasa, 15 April 2025.

Acara ini menghadirkan para pemimpin industri, ahli, dan pembuat kebijakan dari Swiss, Indonesia, serta negara-negara Asia Tenggara, dengan fokus pada solusi energi terbarukan yang inovatif.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Oliver Zehnder menegaskan peran negaranya sebagai pionir teknologi tenaga air global. Dengan lebih dari 700 pembangkit listrik tenaga air yang memasok 60 persen kebutuhan listrik nasional, Swiss membawa keahlian berkelas dunia ke Indonesia. 

"Perusahaan Swiss telah mengembangkan solusi canggih selama berabad-abad, mulai dari teknologi penyimpanan pompa, sistem kontrol, hingga infrastruktur jaringan pintar. Kami siap mendukung ambisi Indonesia mencapai kapasitas 72 gigawatt dari energi terbarukan," ujarnya.  

Zehnder juga mengumumkan fase baru Program Pembangunan Ekonomi Swiss-Indonesia yang akan fokus pada penciptakan kerangka kebijakan, peningkatan keterampilan, dan dukungan institusi untuk proyek energi hibrida. 

"Kerja sama ini diperkuat oleh Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dan perlindungan investasi. Hari ini, kita membangun fondasi untuk usaha patungan di sektor energi masa depan," tambahnya.

Suroso Isnandar, Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero), memaparkan rencana ambisius Indonesia untuk melipatgandakan kapasitas energi dalam dekade mendatang.

"Target membangun dua kali lipat kapasitas dalam 10 tahun ke depan merupakan konstituen dari pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti yang ditetapkan pemerintah," kata Suroso. "Kapasitas tidak akan cukup untuk membangun infrastruktur baru tersebut. Kami harus membuka diri untuk berkolaborasi."

Suroso menekankan bahwa untuk mengatasi tantangan ini secara efektif, "integrasi yang kuat dan berkelanjutan antar negara, industri, komunitas, termasuk IHA, sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam rangka mengimplementasikan transisi energi dan pembangunan infrastruktur."

Ia mengungkapkan peluang investasi senilai US$59 miliar terkait proyek bisnis infrastruktur di Indonesia untuk 10 tahun ke depan.

"Untuk melaksanakannya, PLN membutuhkan kolaborasi dan komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan transisi energi yang lebih bersih, stabil, dan mempercepat transisi energi Indonesia menuju emisi nol bersih," tambahnya.

Karen Atkinson, Wakil Ketua IHA, menyoroti inisiatif Global Alliance for Pumped Storage (GAPS) yang diluncurkan di COP29 Azerbaijan. Aliansi ini, yang diikuti oleh 50+ negara dan lembaga internasional, bertujuan memperluas peran penyimpanan pompa sebagai tulang punggung sistem energi terbarukan.

"Indonesia adalah bagian penting dari aliansi ini. Penyimpanan pompa akan menjadi kunci stabilisasi jaringan listrik saat energi surya dan angin mendominasi," kata Atkinson.  

Atkinson juga menyampaikan tiga aspirasi untuk konferensi ini. Yaitu, mendorong proyek tenaga air berkelanjutan, melalui panduan teknis dan reduksi risiko investasi. Memperkuat komitmen politik untuk mengubah ide infrastruktur menjadi proyek nyata. Serta memastikan standar keberlanjutan dengan sertifikasi ketat untuk setiap proyek.  

Konferensi ini menjadi batu loncatan menuju Forum Penyimpanan Pompa Internasional di Paris, 9-10 September 2025. Forum tersebut akan merumuskan rekomendasi global untuk integrasi penyimpanan pompa dalam transisi energi. 

"Kami berharap Indonesia aktif membawa pengalaman lokal ke meja diskusi internasional," ujar Atkinson.  

Kolaborasi Swiss-Indonesia ini tidak hanya tentang transfer teknologi, tetapi juga pembangunan ekosistem energi hijau yang inklusif. Dengan dukungan kebijakan, investasi, dan standar keberlanjutan, kedua negara berpotensi menciptakan model transisi energi yang bisa diadopsi global. Seperti disampaikan Zehnder 

"Ini bukan sekadar proyek bisnis, tapi warisan untuk generasi mendatang," katanya.

Read Entire Article
Parenting |