TEMPO.CO, Jakarta - Buku trilogi Kartini karya Wardiman Djojonegoro dibedah dalam kegiatan Wanita Bersanggul Indonesia (WBI) Korwil Jabodetabek pada Sabtu, 26 April 2025 di Ruang Majapahit Museum Bank Mandiri Jalan Lapangan Stasiun nomor 1 Jakarta Kota.
Ignatia Marhaeni, Ketua WBI Jabodetabek mengungkapkan bahwa peringatan Hari Kartini kali ini bertema “Perempuan Berdaya, masa Depan Bercahaya” sedikit berbeda dari sebelumnya. Tak sekadar bersanggul dan berkebaya, tapi juga memperkaya literasi mengenai kehidupan, pemikiran, dan cita-cita RA Kartini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap kekuatan dan ketahanannya dalam menghadapi tantangan serta peran pentingnya dalam membangun masa depan,” kata Ignatia Marhaeni kepada Tempo, Sabtu, 26 April 2025.
"Melalui kegiatan ini bisa membedah pemikiran-pemikiran Kartini yang sangat luar biasa, pada masanya hingga hari ini, yang dapat kita ketahui melalui surat-suratnya serta membuat tujuan emansipasi ini membuat para perempuan harus berdaya," kata dia.
Ignatia menyebut kegiatan ini dilakukan untuk mendorong perempuan semakin berdaya sebagai agen perubahan yang aktif dalam menghadapi perubahan sosial, ekonomi, politik yang terus berkembang, dan pergeseran budaya ke arah yang positif.
Ketua Panitia Vincentia Anna juga menjelaskan kegiatan utama dari acara ini adalah bedah buku Trilogi Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-citanya karya Wardiman Djojonegoro Menteri Pendidikan 1993-1998.
Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa turut hadir dan memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. "Peringatan Hari Kartini dari WBI ini luar biasa, bukan hanya hadir sebagai perayaan biasa saja tapi memuat proses literasi di dalamnya," katanya.
Ni Luh mengharapkan acar bedah buku pemikiran RA Kartini dapat menambah wawasan dan khasanah para perempuan Indonesia. "Mudah-mudahan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari perempuan yang harus berdaya dengan kemampuan literasi yang bagus.
"Menyambut generasi emas bisa terwujud ketika anak-anak itu terdidik. Dan yang pertama mendidik mereka tentu saja perempuan, ibu. Saya merasa sangat mengapresiai kegiatan ini," ujarnya.
Penulis buku trilogi Kartini, Wardiman Djojonegoro turut pula hadir. Ia menyaksikan bedah bukunya dengak saksama. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi, Bisnis & Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta, Prof Dorien Kartikawangi, sebagai pembedah buku Kartini, Kumpulan Surat-Surat (1899 – 1904) mengatakan ia memerlukan waktu dua hari untuk menuntaskan buku setebal 900-an halaman itu.
Buku Kartini, Kumpulan Surat-Surat (1899-1904) setebal 934 halaman itu berisi terjemahan dari 179 surat-surat Kartini dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini merupakan koleksi jumlah surat Kartini paling banyak hingga saat ini.
"Sangat menarik, Kartini dalam usia muda menulis dengan bahasa Belanda dalam surat-suratnya. Satu surat sekitar 20 halaman. Tulisannya bersifat reflektif dan argumentasi, keinginannya untuk bebas bertujuan agar dapat berdiri sendiri begitu kuat," ujar Prof Dorien.
Pembedah buku lainnya, Theresia Emir, penulis senior membedah buku Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-Citanya. Ia menjelaskan, dalam buku ini berbagai upaya Kartini lepas dari belenggu zaman. "Adat istiadat yang mengungkung harus kita dobrak. Dalam kesehariannya, Kartini menginginkan kesetaraan bahkan kepada suaminya yang Bupati Rembang," katanya.
Jilid II buku Kartini: Hidupnya, Renungannya dan Cita-Citanya setebal 340 halaman ini berisi kontribusi tulisan dari biografi Siti Sumandari Suroto mengenai kehidupan, ide-ide dan pemikiran RA Kartini yang ditulis dalam surat-suratnya.
Kemudian pembedah buku lainnya yakni Glory Oyong Corporate Communication Director Kompas Gramedia sebagai pembedah Inspirasi Kartini dan Kesetaraan Gender, menyebutkan, apa yang diperjuangkan Kartini pada masanya terimplementasi hingga saat ini. "Kartini membuka pintu. Kemudian di masa kini, perempuan bisa menjadi Presiden, Menteri Keuangan, hingga Menteri Luar negeri seprti Megawati, Sri Mulyani, dan Retno Marsudi. Jelas bahwa Kartini mendorong perempuan untuk berdaya,: kata Glory.
Buku Inspirasi Kartini dan Kesetaraan Gender yang dibedah Glory Oyong ini mencakup Kesetaraan Gender di Indonesia, keadaan sekarang dan usaha untuk meningkatkannya. Buku ini berjumlah 172 halaman.
Acara yang diikuti tak kurang dari 200 orang ini dipandu praktisi komunikasi dan Dosen Komunikasi, Unika Atma Jaya Jakarta Michael Reza. Peserta acara yang hadir bagi perempuan mengenakan kain dan berkebaya, sedangkan para pria memakai kemeja batik.