4 Tanda Anak Mengalami Obesitas yang Sering Diabaikan

4 days ago 10

Fimela.com, Jakarta Obesitas pada anak menjadi salah satu masalah kesehatan yang semakin umum terjadi, terutama di era modern dengan gaya hidup serba instan dan kurang gerak. Meski terlihat sepele, obesitas anak bisa berdampak besar terhadap kesehatan jangka panjang, mulai dari gangguan metabolik hingga masalah jantung. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak mereka mengalami obesitas karena hanya menilai dari tampilan fisik semata.

Padahal, tanda obesitas pada anak tidak selalu tampak jelas dan bisa tersamar di balik pertumbuhan yang tampaknya normal. Ada beberapa gejala lain, baik secara fisik maupun perilaku, yang justru lebih akurat untuk mengenalinya. Dengan memahami tanda-tanda ini, orang tua bisa lebih cepat mengambil tindakan pencegahan sebelum obesitas berkembang menjadi masalah serius.

1. Lingkar Pinggang dan Perut yang Tidak Proporsional

Salah satu tanda awal obesitas pada anak adalah lingkar pinggang yang membesar secara tidak proporsional dibandingkan tinggi badan. Lemak yang menumpuk di area perut bisa menjadi indikator adanya kelebihan lemak visceral, yang berisiko tinggi terhadap penyakit metabolik. Jika anak tampak “berperut buncit” meskipun tubuhnya tidak terlalu besar, itu bisa jadi alarm dini.

Orang tua bisa mulai mengukur lingkar pinggang anak secara berkala dan membandingkannya dengan grafik pertumbuhan standar yang dikeluarkan oleh dokter anak. Jika hasilnya menunjukkan di atas persentil 90, maka risiko obesitas cukup tinggi. Pengamatan ini jauh lebih akurat dibanding hanya melihat angka berat badan di timbangan.

2. Napas Pendek dan Mudah Lelah Saat Aktivitas

Anak yang mengalami obesitas cenderung lebih cepat lelah saat beraktivitas fisik, seperti berlari, bermain, atau menaiki tangga. Napas mereka bisa terdengar lebih berat dan cepat, bahkan hanya setelah melakukan gerakan ringan. Ini menunjukkan adanya tekanan ekstra pada sistem pernapasan dan jantung akibat berat badan yang berlebih.

Sayangnya, banyak orang tua menganggap anak hanya "kurang olahraga" atau "tidak suka bergerak". Padahal, kelelahan berlebih bisa menandakan bahwa tubuh anak tidak mampu menopang berat badannya secara ideal. Jika dibiarkan, hal ini bisa memengaruhi kebugaran fisik dan memicu gaya hidup sedentari (pasif).

3. Munculnya Acanthosis Nigricans (Lipatan Kulit yang Gelap)

Acanthosis nigricans adalah kondisi di mana kulit pada lipatan seperti leher, ketiak, atau selangkangan menjadi lebih gelap, tebal, dan terasa kasar. Ini bukan masalah kebersihan, melainkan bisa menjadi tanda resistensi insulin — kondisi awal menuju diabetes tipe 2, yang sering terjadi pada anak obesitas.

Tanda ini sering kali terabaikan karena dianggap sebagai kotoran atau perubahan kulit biasa. Padahal, ketika muncul bersamaan dengan berat badan berlebih, perlu segera dikonsultasikan ke dokter. Semakin cepat dikenali, semakin besar peluang untuk mencegah komplikasi kesehatan lainnya.

4. Gangguan Pola Tidur dan Mendengkur saat Tidur

Anak obesitas juga sering mengalami gangguan tidur, termasuk mendengkur keras saat malam hari. Ini bisa menjadi tanda obstructive sleep apnea, yaitu kondisi di mana saluran napas tersumbat akibat penumpukan lemak di area leher dan dada. Tidur yang terganggu dapat membuat anak mudah mengantuk di siang hari, sulit fokus, dan lebih rewel.

Masalah ini sering diabaikan karena dianggap hanya kebiasaan tidur buruk. Namun jika dibiarkan, sleep apnea bisa memengaruhi pertumbuhan, perkembangan otak, hingga kestabilan emosi anak. Pemeriksaan medis sangat disarankan jika anak menunjukkan gejala ini secara terus-menerus.

Obesitas pada anak bukan sekadar persoalan berat badan yang bertambah. Ada banyak tanda-tanda fisik dan perilaku yang bisa menjadi sinyal bahaya, dan sayangnya sering terlewatkan. Dari perubahan postur tubuh hingga gangguan tidur, semua bisa menjadi petunjuk penting bahwa anak sedang mengalami kelebihan berat badan yang perlu ditangani serius.

Dengan mengenali empat tanda di atas sejak dini, orang tua dapat segera berkonsultasi dengan tenaga medis dan menerapkan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, terutama untuk menjaga masa depan anak agar tetap sehat, aktif, dan percaya diri.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Dreyandra
  • Ayu Puji Lestari
Read Entire Article
Parenting |