TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Sugiono bertemu dengan Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jakarta Pusat, pada Rabu, 26 Maret 2025. Sugiono menyebut bahwa Prancis adalah mitra strategis Indonesia.
"Prancis menjadi salah satu mitra paling kuat bagi Indonesia," kata Sugiono di ruang pertemuan Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sugiono menuturkan bahwa kunjungan Barrot merupakan langkah penting bagi hubungan Prancis dan Indonesia. "Saya harap pertemuan hari ini bisa menghasilkan output yang nyata bagi kedua negara," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Barrot menjelaskan bahwa lawatannya ke Indonesia bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Prancis. Dia mengatakan bahwa kerja sama dalam sejumlah bidang, termasuk ekonomi dan keamanan, menjadi perhatian Prancis dalam agenda kali ini.
Barrot juga menginginkan agar kerja sama kedua negara bisa semakin erat. Dia mengatakan Indonesia dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berperan penting bagi Prancis.
Menurut Sugiono, investasi Prancis di Indonesia menunjukkan tren yang positif. Pada 2024, jumlah investasi Prancis mencapai US$ 328 juta atau Rp 5,3 triliun di Indonesia.
"Kami yakin bahwa hal ini dapat terus ditingkatkan di berbagai sektor, dan kami juga sama-sama sepakat untuk terus mendorong peningkatan investasi ini," kata Sugiono.
Sugiono menginginkan agar investasi Prancis di Indonesia dapat meliputi bidang energi terbarukan, mineral kritis, ekonomi kreatif, logistik, transportasi, hingga infrastruktur hijau. Kedua negara bersepakat untuk mempererat kolaborasi agar menciptakan ekosistem ekonomi digital, termasuk pelatihan bagi talenta kreatif di bidang tersebut.
Barrot juga menegaskan komitmen Prancis memperkuat kerja sama dengan Indonesia di sektor maritim, termasuk perlindungan laut dan keamanan kawasan Indo-Pasifik. Indonesia dan Prancis memiliki perhatian khusus terhadap tata kelola global, termasuk isu-isu maritim. Kedua negara menolak pendekatan konfrontasi dan lebih memilih dialog serta multilateralisme dalam menghadapi tantangan global.
"Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, sementara Prancis adalah negara Indo-Pasifik yang sangat terhubung dengan isu perlindungan laut. Kami akan bertemu lagi di Nice dalam Konferensi Perlindungan Laut ketiga untuk memperkuat kerja sama ini," ujarnya.
Selain itu, Barrot mengumumkan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Indonesia. Kerja sama ini memungkinkan mahasiswa Indonesia menempuh studi magister dan doktoral di perguruan tinggi Prancis. Ia juga menyebutkan rencana penandatanganan perjanjian antara Uni Eropa dan Prancis untuk proyek keamanan maritim di kawasan Indo-Pasifik.
"Proyek ini akan mendukung keamanan dan keselamatan pelabuhan Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, serta meningkatkan keamanan pelayaran dan perdagangan di kawasan," ujarnya.
Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dan Prancis sebagai mitra strategis dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan laut, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.
Olivia Subandi berkontribusi dalam artikel ini.
Pilihan editor: Iran Berterima Kasih RI Konsisten Dukung Palestina