TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Solikin Juhro mengakui bahwa penurunan suku bunga acuan tidak akan langsung berdampak terhadap suku bunga kredit perbankan. Solikin menyebut butuh waktu sekitar satu tahun untuk merasakan transmisi ke kredit perbankan. Sedangkan dampak terhadap perekonomian nasional bisa memakan waktu hingga satu setengah tahun.
“More or less itu tergantung ke mana, tapi kalau untuk suku bunga pasar uang itu bisa seketika,” kata Solikin kepada wartawan di di Kantor Bank Indonesia pada Senin, 26 Mei 2025. Menurut dia, transmisi penurunan suku bunga acuan ke suku bunga pasar uang bisa memakan waktu dua sampai tiga bulan, sedangkan ke suku bunga dana memakan waktu enam bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam Rapat Dewan Gubernur Mei 2025, BI memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan dari 5,57 persen menjadi 5,50 persen. Suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility juga turun 25 basis poin (bps) masing-masing menjadi 4,75 persen dan 6,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo berharap keputusan pemangkasan BI-Rate akan turut mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga, sehingga penyaluran kredit meningkat. Perry mengatakan, pada April 2025, suku bunga deposito satu bulan tercatat berada di level 4,83 persen. Angka ini meningkat dari 4,81 persen pada awal Januari 2025. “Dengan kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan,” ucap dia dalam konferensi pers pada Rabu, 21 Mei 2025. Selain itu, kata dia, suku bunga kredit juga masih relatif tinggi yaitu 9,19 persen.
BI juga mencatat pertumbuhan kredit pada April 2025 mengalami pelambatan. Pada April 2025, kredit tumbuh sebesar 8,8 persen secara tahunan. Angka ini lebih rendah dari Maret 2025 sebesar 9,16 persen.
Ekonom senior Bright Institute, Awalil Rizky, berpendapat keputusan Bank Indonesia memangkas BI-Rate menjadi 5.50 persen tidak terlalu efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dia menilai langkah BI dalam memangkas suku bunga lebih mengarah kepada strategi untuk menjaga stabilitas.
Menurut Awalil, penurunan sebesar 25 bps dari yang sebelumnya 5,75 persen dinilai terlampau sedikit—kendati bisa menjadi stimulus untuk meningkatkan likuiditas. Transmisi kebijakan moneter pun tidak berlangsung cepat. “Sebagai contoh, respons penurunan suku bunga kredit perbankan sering butuh waktu cukup lama atau tidak bersifat segera,” kata dia kepada Tempo pada Ahad, 25 Mei 2025.
Selain itu, kata Awalil, saat ini pertumbuhan simpanan masyarakat atau Dana Pihak Ketiga sedang melambat. Kondisi ini akan menjadi pertimbangan bagi perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit.