Mengenal Jeffrey Sachs Ekonom Amerika yang Menilai Cina Unggul Perang Dagang

1 day ago 2

Ekonom Jeffrey Sachs mengatakan bahwa Cina berada dalam posisi unggul dalam perang dagang dengan Amerika Serikat. Di Forum Diplomatik Antalya pada Jumat, 11 April 2025. Sachs mengatakan bahwa Cina memiliki daya tahan yang lebih kuat menghadapi ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat. "Cina tidak terlalu bergantung dengan pasar Amerika Serikat," kata Sachs dikutip dari Antara. Menurut dia jika perdagangan antara kedua negara dihentikan dampaknya akan merugikan kedua pihak, bukan memberikan keuntungan bagi salah satunya.

Pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif timbal balik terhadap impor dari berbagai negara. Kebijakan menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen. Namun untuk beberapa negara tarif yang dikenakan lebih tinggi bergantung terhadap seberapa besar defisit perdagangan Amerika dengan negara lain.

Pada 9 April, Trump mengumumkan penyesuaian kebijakan tersebut dengan menurunkan tarif balasan menjadi 10 persen secara merata bagi seluruh negara, kecuali Cina. Kebijakan ini berlaku selama 90 hari. Penundaan ini dilakukan karena lebih dari 75 negara telah mengajukan permintaan negosiasi dan memilih tidak melakukan tindakan balasan.

Profil Jeffrey Sachs 

Dikutip dari situs web Jeffery Sachs, nama lengkap dia Jeffrey David Sachs. Ia lahir pada 5 November 1954. Ia ekonom Amerika Serikat yang memiliki perhatian besar terhadap isu pembangunan berkelanjutan. Sachs menyelesaikan pendidikan sarjananya di Harvard College dengan gelar Bachelor of Arts (BA) di bidang ekonomi pada 1976. Ia melanjutkan studinya di Departemen Ekonomi Harvard dan meraih gelar Master of Arts (MA) pada 1978, dan doktor pada 1980.

Sachs telah lama mengedepankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan dengan berbagai program lintas disiplin, termasuk pendirian Earth Institute di Universitas Columbia. Pada 2012, ia juga mendirikan Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan (SDSN) di bawah arahan Sekretaris Jenderal PBB. Jaringan ini bertujuan untuk menggerakkan kolaborasi keilmuan dan teknis dari kalangan akademisi, masyarakat sipil, hingga sektor swasta menangani tantangan di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Sachs berkarier sebagai Direktur Pusat Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Columbia dan menyandang gelar University Professor, yakni pangkat akademik tertinggi di institusi tersebut. Sebelumnya, ia memimpin Earth Institute di universitas yang sama dari tahun 2002 hingga 2016.

Ia juga menjabat sebagai Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN SDSN), Wakil Ketua Dewan Insinyur untuk Transisi Energi, anggota Akademi Ilmu Sosial Kepausan di Vatikan, Komisaris Komisi Broadband PBB untuk Pembangunan.

Pada 2001 hingga 2018, Sachs bertugas sebagai penasihat khusus bagi tiga Sekretaris Jenderal PBB, yaitu Kofi Annan, Ban Ki Moon, dan Antonio Guterres.

Jeffery Sachs telah menulis dan menyunting berbagai buku, termasuk tiga buku yang masuk daftar bestseller, seperti New York Times: The End of Poverty (2005), Common Wealth: Economics for a Crowded Planet (2008), dan The Price of Civilization (2011). Beberapa karya lainnya meliputi To Move the World: JFK’s Quest for Peace (2013), The Age of Sustainable Development (2015), Building the New American Economy (2017), A New Foreign Policy (2018), The Ages of Globalization (2020), serta Ethics in Action for Sustainable Development yang diterbitkan pada 2022.

Melynda Dwi Puspita turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan Editor: Perang Dagang AS-Cina: Peluang atau Ancaman bagi Indonesia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
Parenting |