Profil Indorama, Perusahaan asal Purwakarta yang Siap Investasi untuk Tekan Tarif Trump

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perusahaan yang berbasis di Purwakarta, Jawa Barat, yaitu Indorama akan menanamkan investasi di Amerika Serikat untuk membantu menekan tarif resiprokal atau tarif timbal balik impor yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump.

“Kami sampaikan ke Bapak Presiden (Prabowo Subianto), ada rencana perusahaan Indorama untuk investasi US$ 2 miliar (sekitar Rp 33,7 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.854 per dolar AS) di Louisiana untuk blue ammonia,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin, 28 April 2025. Lantas, seperti apa profil Indorama? 

Profil Indorama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir laman resminya, Indorama Corporation adalah produsen multiproduk, yang meliputi pupuk, polimer, serat, benang, dan sarung tangan medis. Didirikan oleh pengusaha asal India, Mohan Lal Lohia pada 1975 di Indonesia, perusahaan tersebut kini telah mempunyai pabrik yang tersebar di Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika Selatan. 

Putra Mohan Lal Lohia, Sri Prakash Lohia, dan cucunya, Amit Lohia, telah memimpin ekspansi perusahaan selama lima dekade terakhir. Dimulai sebagai produsen pemintalan benang katun tunggal di Indonesia, Grup Indorama telah mengembangkan bisnis ke berbagai jenis produk di sejumlah negara. 

Pabrik pemintalan tekstil pertama Indorama di Indonesia dibangun pada 1976. Kemudian, perusahaan memulai produksi sarung tangan sekali pakai pada 1989. Pada awal 1990-an, tepatnya pada 1991, perusahaan mendirikan pabrik serat poliester. Lalu, disusul dengan pabrik PET (polyethylene terephthalate) pada 1995. 

Ekspansi ke Berbagai Negara

Sejak 1998, Indorama mulai melebarkan sayap dengan membuka pabrik pemintalan tekstil modern di Turkiye. Pada 2004, perusahaan memperkenalkan pabrik petrokimia hulu pertama untuk produksi PTA (purified terephthalic acid) di Thailand. Selanjutnya pada 2005, Indorama mengakuisisi perusahaan olefin di Nigeria. 

Pada 2010, telah dilaksanakan pembentukan Indorama Ventures. Setahun berikutnya, perusahaan membangun unit produksi benang pintal di Uzbekistan. Pada 2022, dimulainya produksi spandeks di India dan akuisisi YTY di Malaysia. Pada 2014, perusahaan mengambil alih produsen pupuk fosfat terintegrasi di Senegal, yaitu ICS. 

Sejak 2016, Indorama memulai produksi amonia dan urea di Nigeria. Lalu, mengakuisisi produsen pupuk fosfat di India pada 2018, memulai produksi pupuk di Uzbekistan pada 2020, mengambil alih unit pupuk Adufertil di Brasil pada 2021, membeli pabrik pupuk Indo-Gulf di India pada 2022, dan menguasai perusahaan nutrisi tanaman khusus Adfert di Brasil pada 2022. 

Pada 2023, Indorama juga telah mengambil alih perusahaan pupuk dan kimia JSC FerganaAzot di Uzbekistan. Di tahun yang sama, perusahaan turut mengakuisisi pemasok pupuk TAK-Agro di Nigeria dan produsen pupuk Rustavi Azot di Georgia. 

Daftar Petinggi Indorama

Adapun jajaran petinggi Indorama sebagai berikut: 

1. Direksi

  • Ketua Dewan Direksi: Sri Prakash Lohia.
  • Wakil Ketua Dewan Direksi: Amit Lohia.
  • Direktur Grup Investasi: Anurag Aggarwal.
  • Chief Financial Officer (CFO) Grup: Vishnu S. Baldwa.
  • Direktur Grup Eurasi: Prakash Kejriwal.
  • Direktur Independen: Bagawatiswar K. Iyer. 

2. Kepemimpinan Senior

  • Ketua dan Chief Executive Officer (CEO) Grup YTY: Vikram Hora.
  • Direktur Grup Afrika: Manish Mundra.
  • Direktur Grup Tekstil dan Pengembangan Perusahaan: Venkatesh Gopalan.
  • Direktur Utama Iklan Aditif: Puneet Gautam.
  • Direktur Utama Pupuk dan Bahan Kimia Indorama Eleme: Munish Jindal.
  • Grup CHRO: Jayaram Philkana.
  • Direktur Utama Indorama Agro: Deepak Raina.
  • Direktur Utama Pupuk Indorama India: Rajveer Singh.
  • Direktur Utama Benang Pintal: Anil Tibrewal.
  • Direktur Utama Mineral: Manish Vimal.
  • Direktur Utama Pupuk Adufertil: Gustavo Zaitune. 
Read Entire Article
Parenting |