Sejarah Perang Dagang Trump, Ternyata Ide Sudah Ada Sejak 1987

2 weeks ago 12

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan tarif impor baru terhadap semua mitra dagangnya pada Rabu, 2 April 2025. Penetapan tarif yang dianggapnya sebagai tarif timbal balik (resiprokal) tersebut menimbulkan sejumlah balasan atau retaliasi dari berbagai negara, sehingga melancarkan potensi perang dagang.

Lantas, bagaimana awal mula perang dagang AS yang ingin dilakukan Trump? Berikut kronologinya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ide Muncul Sejak 1987

Rencana Trump yang ingin menabuh genderang perang ternyata sudah diketahui sejak 1980-an. Melansir Australian Financial Review (AFR), pada 1987, Trump pernah memasang iklan satu halaman penuh di The New York Times dan surat kabar lainnya untuk mengeluh tentang bagaimana sistem global merugikan Amerika Serikat. 

Dalam surat terbuka itu, Trump yang kala itu dikenal sebagai pengusaha properti berusia 41 tahun, merasa keberatan dengan dampak dolar AS yang kuat pada manufaktur, surplus perdagangan Jepang, dan biaya bantuan militer untuk sekutu. “Akhiri defisit besar kita, kurangi pajak, dan biarkan ekonomi tumbuh,” tulis Trump. 

Namun, rencana perang dagang Trump saat itu tentu belum bisa terealisasi, karena dia bukan pemimpin AS. Akan tetapi, mengutip Los Angeles Times, Presiden ke-40 AS, Ronald Wilson Reagan pernah memberlakukan tarif 100 persen atas barang-barang Jepang sebagai sanksi balasan yang ditujukan pada produk elektronik senilai US$ 300 juta dalam sengketa semikonduktor pada 1987. 

Tarif impor hingga 100 persen bagi Jepang yang diberlakukan Reagan kala itu demi melindungi ekonomi negara. Namun, dalam sebuah pidato pada 1987, yang klipnya dibagikan kembali oleh Kedutaan Besar Cina di AS melalui unggahan di X (Twitter), Reagan sempat memperingatkan bahwa tarif tinggi sering kali mengakibatkan pembalasan, peningkatan hambatan perdagangan, dan merugikan ekonomi. 

“Tarif yang tinggi pasti akan menyebabkan pembalasan oleh negara asing dan memicu perang dagang yang sengit,” kata Reagan dalam pidatonya, seperti dikutip dari India Today. Publik pun menilai video pidato Reagan yang dibagikan ulang Kedutaan Besar Cina di AS tersebut bertujuan untuk mengkritik tarif Trump. 

“Ronald Reagan versus #tariffs: menemukan relevansi pidato pada 1987 dengan kebijakan (Trump) pada 2025,” tulis Kedutaan Besar Cina di AS dalam unggahannya. 

Memulai Perang Dagang pada 2018

Merujuk pada Brookings, selama kampanye presiden 2016, Trump secara konsisten menyebut perdagangan AS dengan Cina sebagai penyebab utama hilangnya industri manufaktur dan kekayaan intelektual di negaranya. Dia mengatakan Cina bertanggung jawab atas “pencurian besar dalam sejarah dunia” dan mengecam defisit perdagangan AS dengan Cina, yang mencapai sekitar US$ 346 miliar. 

Dia pun berjanji untuk memangkas kesepakatan yang lebih baik dengan Cina yang membantu bisnis dan pekerja Amerika bersaing. Dalam kampanyenya, Trump menyampaikan rencana empat bagian untuk mengamankan kesepakatan dengan Cina, meliputi menyatakan Cina sebagai manipulator mata uang; menghadapi negara tersebut pada sektor kekayaan intelektual dan kekhawatiran atas transfer teknologi paksa; mengakhiri penggunaan subsidi ekspor oleh Cina dan standar ketenagakerjaan-lingkungan yang longgar; serta menurunkan tarif pajak perusahaan AS. 

Kemudian, saat menjabat di periode pertama, Trump mulai melancarkan perang dagang untuk menekan Cina agar menerapkan perubahan signifikan pada aspek-aspek sistem ekonominya. Dia berpendapat bahwa tarif sepihak akan memperkecil defisit perdagangan AS dengan Cina dan menyebabkan perusahaan manufaktur kembali ke negaranya. 

Antara Juli 2018 dan Agustus 2019, Trump akhirnya mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif pada lebih dari US$ 550 miliar produk Cina. Sementara Cina membalas dengan tarif terhadap lebih dari US$ 185 miliar barang AS. 

Read Entire Article
Parenting |