TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Thailand dan Kamboja terlibat baku tembak singkat pada Rabu pagi 28 Mei 2025 di wilayah perbatasan yang belum ditetapkan secara resmi, tanpa ada laporan korban jiwa. Kekerasan antara militer kedua negara jiran ini jarang terjadi di wilayah perbatasan yang sensitif.
Seperti dilansir ABS-CBN, insiden baku tembak yang berlangsung selama 10 menit tersebut dilaporkan terjadi di wilayah sengketa yang terletak di Provinsi Preah Vihear, Kamboja, dan Provinsi Ubon Ratchathani di timur laut Thailand.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, kedua belah pihak memberikan pernyataan yang saling bertentangan mengenai siapa yang memulai baku tembak tersebut.
Wilayah di Distrik Choam Ksan, Kamboja, dan pos perbatasan Chong Bok, Thailand, merupakan area yang belum memiliki batas resmi, dan kedua negara bertetangga di Asia Tenggara tersebut saling klaim atas wilayah tersebut.
Pada Rabu sekitar pukul 05.45 WIB, militer Thailand menyatakan pasukan Kamboja telah “memasuki wilayah perbatasan yang tumpang tindih itu dan melanggar kesepakatan kedua negara.
Militer Thailand lantas memutuskan untuk mengirim pasukan untuk mencegat mereka,” seperti dilaporkan Thai Public Broadcasting Service.
“Pasukan Kamboja melepaskan tembakan ke arah pasukan Thailand, yang memicu baku tembak yang berlangsung sekitar sepuluh menit,” kata militer Thailand.
Sementara itu, Juru Bicara Angkatan Darat Kerajaan Kamboja, Mayor Jenderal Mao Phalla, menyatakan “bentrok singkat memang terjadi” dan “pihak Thailand yang memulai tembakan,” sebut harian Phnom Penh Post.
Thailand menyebut militer Kamboja kemudian meminta gencatan senjata. Meski situasi telah kembali stabil, kedua pasukan masih berada di lokasi kejadian.
Bentrokan militer berdarah antara Kamboja dan Thailand meletus pada 2008 atas lokasi kuil Khmer kuno di Preah Vihear yang terletak di dekat perbatasan.
Pertikaian atas sebidang tanah di sebelah kuil Preah Vihear yang berusia 900 tahun itu menyebabkan kekerasan sporadis selama beberapa tahun, yang mengakibatkan sedikitnya 28 orang tewas sebelum Mahkamah Internasional memutuskan bahwa wilayah yang disengketakan itu milik Kamboja.