TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom mengatakan TNI mengirim prajurit militer dan logistik ke Wamena, Papua, pada 30 Mei lalu. Dia menilai kehadiran TNI di Wamena itu telah mengancam ribuan warga Nduga yang sedang mengungsi.
"Aparat militer memasuki sejumlah titik pengungsian lalu mengawasi ketat warga sipil," kata Sebby dalam keterangannya pada Ahad, 1 Juni 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan, intelijen dari kelompoknya melihat adanya satu unit kapal milik TNI yang memasuki pelabuhan di Jayapura pada 28 Mei. Menurut dia, ada delapan truk yang dipakai untuk mengangkut seluruh prajurit militer dan logistiknya menuju Sentani, Jayapura, Papua.
"Selanjutnya seluruh prajurit militer itu dikirim ke Wamena menggunakan pesawat," kata Sebby.
Dia tak merinci total prajurit militer yang dikerahkan ke Wamena. Namun, kata dia, TNI membagi dua kelompok untuk ditugaskan di tiap-tiap wilayah.
"Kelompok pertama dijemput oleh petinggi militer dengan empat unit truk, lalu dibawa ke markasnya di Wamena," ucap dia. Sebby melanjutkan, "Kelompok kedua dibawa ke arah Wouma dan sekitarnya," ujarnya.
Menurut dia, pengerahan pasukan militer ke Wamena ini berkaitan dengan insiden penembakan yang dilakukan kelompoknya di RSUD Wamena. Peristiwa penyerangan itu menyebabkan seorang anggota kepolisian tewas.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan membantah tudingan OPM tersebut. Dia mengatakan, kehadiran TNI di Wamena tidak memiliki hubungan dengan tindakan penyerangan OPM ke aparat di penghujung Mei lalu.
Candra juga membantah tudingan adanya pengerahan pasukan militer ke Wamena. "Yang ada pergantian personel dari Satgas Pamtas Kewilayahan Indonesia - Papua Nugini Yonif 641/Bru kepada Yonif 521/Dy," kata Candra saat dihubungi pada Ahad, 1 Juni 2025.