TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan upaya yang dilakukan pengusaha saat menghadapi nilai tukar rupiah yang melemah. Sejumlah langkah yang diambil di antaranya, menjaga tingkat efisiensi biaya usaha serta menjaga kelancaran cash flow. Lalu, menahan procurement yang tidak perlu—khususnya yang bersifat impor. “(Kami juga) mencari cara untuk memanfaatkan program-program stimulus yang akan digelontorkan dalam waktu dekat,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani melalui keterangan tertulis kepada Tempo pada Rabu, 9 April 2025.
Menurut dia, beberapa pelaku usaha mungkin akan melakukan hedging (lindung nilai) mata uang. Namun, kata Shinta, dalam kondisi saat ini hanya ada segelintir pengusaha yang melakukannya sebab beban finansialnya terlalu tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shinta meyakini upaya-upaya tersebut akan menjadi kontribusi Apindo membantu ketahanan ekonomi nasional. Di luar itu, menurut dia, tidak ada banyak yang bisa dilakukan Apindo.
Pasalnya, kata Shinta, risiko ketidakstabilan nilai tukar terjadi di seluruh dunia akibat kepanikan pasar global yang dipicu perang tarif. “Ketika kondisi perang tarif lebih stabil atau ketika pelaku ekonomi global lebih bisa menakar berbagai dampak dari perang tarif yang sedang berlangsung, nilai tukar bisa dipastikan akan rebound dengan sendirinya,” ujar Shinta.
Berdasarkan data e-Rate USD BCA, tercatat kurs beli dolar pada 7 April 2025 pukul 07:10 WIB menembus angka Rp 16.950, tertinggi dalam rentang waktu yang tersedia. Kurs jual pun melonjak menjadi Rp 16.600, meningkat Rp 60 dari hari sebelumnya. Sementara pada Senin kemarin, nilai tukar rupiah sudah melewati Rp 17 ribu.
Bank Indonesia sendiri telah menyatakan akan melakukan sejumlah intervensi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF) guna menstabilkan nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global. “Intervensi di pasar off-shore dilakukan Bank Indonesia secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York,” Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resminya pada Senin, 7 April 2025.
Langkah lainnya, Bank Indonesia juga akan melakukan intervensi di pasar domestik sejak awal pembukaan pada 8 April 2025. Caranya, dengan mengintervensi pasar valas serta pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder.
Adil Al Hasan berkontribusi dalam penulisan artikel ini.