TEMPO.CO, Tangerang - Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Teluk Bintuni Inspektur Satu Tomi Samuel Marbun hingga kini masih belum ditemukan. Duka mendalam ini masih menyelimuti keluarga yang belum menerima kepastian hilangnya Tomi S. Marbun.
Istri Iptu Tomi Samuel Marbun, Ria Tarigan, mempertanyakan ihwal kejelasan sang suami yang mengomandoi operasi gabungan dalam pengejaran pentolan TPNPB OPM, yaitu Marthen Aikingging yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski suaminya sudah hampir empat bulan, Ria masih tak terima. Apalagi, dia kini harus mengurus sang anak yang masih balita. Kepada Tempo, Ria bercerita perjuangan pilunya mencari sang suami. Kata dia, Tomi seharusnya sudah akan dimutasi ke Polda Papua Barat untuk tes PTIK.
Ria mengatakan Tomi sudah hampir empat tahun mengabdi sebagai Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni. Berbagai tugas pun telah Tomi lalui, termasuk memburu para Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Menurut Ria, pada 2 Desember 2024 lalu surat perintah penugasan Tomi memburu pentolan KKB terbit. Padahal, rencananya pada 25 Desember yang bertepatan dengan Natal, mereka berencana ingin membaptis anaknya.
"Tapi dia bilang bisa enggak ditunda aja gitu ke Januari karena ada operasi. Pemikiran saya waktu itu karena Desember ya operasi Natal," kata Ria lirih.
Ria mengaku baru mengetahui suaminya akan melakukan operasi dengan risiko tinggi ini pada 11 Desember 2024. Saat itu dia baru tiba di Bintuni dari Sorong.
"Memang dia saat itu sibuk mempersiapkan operasi itu, kayak koordinasi anggota dan segala macam. Saya enggak tanya, tapi saya tahu ini kayaknya mau naik ke hutan nih," ujarnya. Namun, pada 12 Desember 2024, Ria menilai ada yang aneh pada Tomi. Tidak seperti biasanya, kata dia, ketakutan menghantui Tomi dalam operasi perburuan kali ini.
"Saat itu saya lagi suapin anak saya makan, dia tanya menurut saya gimana soal operasi ini," ujarnya. Mendengar pertanyaan sang suami, Ria merasa janggal. Sebab, kata dia, Tomi sudah sering masuk ke hutan untuk memburu pasukan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM).
"Kapolres yang lama itu tidak terlalu memusingkan KKB, jadi tidak pernah tuh suami saya naik-naik ke hutan. Baru setelah Kapolres yang baru ini obsesi ke KKB kan jadi sering naik ke hutan," katanya.
Ria mengatakan operasi perburuan pentolan KKB kali ini merupakan desakan dari Kapolres. Ia pun tidak menaruh curiga, apalagi tugas tersebut memang harus diemban suaminya sebagai abdi negara.
"Pas saya tanya didesak siapa? Dia bilang oleh Kapolres karena ngejar Kombes, tapi saya bilang di situ namanya kami junior kalau sudah diperintah yah bisa apa?" tanyanya.
Tomi juga mengajak Ria mengobrol empat mata pada 15 Desember 2025. "Tapi saat itu saya sudah dalam mobil, saya bilang nanti setelah saya beli makan," ujarnya. Ketika Ria pulang, Tomi sudah tidak ada di rumah.
Pada sore harinya, Ria sempat melihat Tomi pulang. Namun sang suami mengurungkan niatnya untuk ngobrol empat mata. "Dia bilang enggak jadi, tapi dia minta saya kirim uang buat transport operasi ini. Saya sempat protes uang apalagi, tapi dia bilang uang untuk operasi dan nanti diganti," ujarnya.
Tidak ingin berpikir macam-macam. Ria Tarigan mengajak Tomi untuk berdoa sebelum operasi perburuan KKB. Hal ini memang biasa mereka lakukan untuk mendapat keselamatan.
"Tapi baru kali itu saya lihat suami saya menangis, saya lihat air mata dia keluar. Saya bilang, kenapa menangis, takut? Kalau takut enggak usah pergi. Tapi dia bilang enggak-enggak," kata dia. Pada hari itu pun Ria menyaksikan Tomi berangkat operasi ke hutan. Segala keinginan Tomi termasuk ongkos operasi pun dia penuhi.
Pada pukul 20.00 WIT, Tomi mengirim pesan singkat berupa nomor rekening seorang polisi bagian Lalu Lintas agar Ria mentransfer Rp 30 juta. Pada pukul 22.00, Tomi sempat kembali ke rumah. Saat itulah Ria terakhir kali melihat sang suami sebelum dinyatakan hilang.
"Dia sempat bilang kalau nanti ada sinyal nanti bakal ngabarin. Kemudian dia chat saya pukul 1 atau 2 dini hari tanggal 16. Saya udah tidur saya balas paginya, tapi sudah centang satu," ujarnya.
Setelah meninggalkan rumah pada tanggal 15 malam itu, Tomi tidak terlihat lagi. Ria mengirim pesan kepada Tomi pada 17 Desember, namun centang satu. "Pada tanggal 18, datanglah Bapak dan Ibu Wakapolres Bintuni ke rumah kami," ujarnya.
Kedatangan Wakapolres tersebut membawa kabar buruk untuk Ria dan keluarga. Tomi dinyatakan hilang tenggelam. Wakapolres dan istri menyampaikan longboat Tomi terbalik. Namun ia tidak begitu percaya. Seban sepengetahuan Ria, Tomi bersama tim gabungan sekitar 50 orang. "Kalau terbalik, masa yang lain tidak memberikan pertolongan?" tanyanya.