Kasus Keracunan MBG Terjadi Lagi, MPR: Penyajian Harus Memenuhi Standar Kesehatan

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Eddy Soeparno menyoroti insiden siswa di Tanah Sareal, Bogor, yang diduga keracunan menu program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Eddy mengatakan bahwa per hari ini, total 171 siswa SD dan SMP mengalami keracunan usai mengonsumsi menu MBG yang diproduksi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina Insani Tanah Sareal.

Menurut Eddy, insiden keracunan ini menjadi momentum evaluasi untuk meningkatkan perbaikan terhadap pelaksanaan program MBG ke depan. Program MBG, kata dia, merupakan inisiatif yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas gizi generasi muda Indonesia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Insiden di Bogor dan sebelumnya Cianjur ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa upaya baik tersebut perlu terus dibarengi dengan penguatan sistem pelaksanaan di lapangan," kata Eddy dalam keterangan tertulis, Sabtu, 10 Mei 2025.

Politikus Partai Amanat Nasional ini menyebut, perlu evaluasi yang komprehensif agar implementasi program MBG semakin baik. Dia mengingatkan perihal aspek standar kesehatan, keamanan dan kualitas, serta peningkatan nilai gizi dari menu MBG.

"Saya memberikan perhatian penuh pada kasus ini, karena terjadi di dapil saya Kota Bogor dan Cianjur. InsyaAllah saya siap membantu pemulihan para siswa agar bisa kembali sekolah dan agar ke depannya penyajian MBG memenuhi standar kesehatan yang sudah ditetapkan Badan Gizi Nasional," kata Eddy.

Dia juga menekankan pentingnya peningkatan pengawasan dan penyempurnaan terhadap prosedur operasional MBG. Mulai dari aspek pengolahan, pengemasan, hingga distribusi makanan. "Semua aspek teknis, dari bahan pangan hingga penggunaan wadah makanan, perlu mendapat perhatian maksimal, demi memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada anak-anak tidak hanya bergizi, tetapi juga aman dikonsumsi," ujar dia.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengklaim angka kasus keracunan program MBG lebih kecil dibandingkan angka penerima manfaatnya. Angka kasus keracunan makan gratis sekitar 200 orang dari tiga juta penerima manfaat. "Dari 3 koma sekian juta, kalau tidak salah di bawah 200 orang (yang keracunan)," ujar Prabowo. Dengan jumlah itu, Prabowo mengatakan tingkat keberhasilan makan gratis mencapai 99,9 persen dan tingkat kasus keracunan 0,005 persen. 

Prabowo menduga kasus keracunan MBG terjadi karena siswa tidak menggunakan sendok ketika menyantap kudapan yang diberikan. Selain itu, siswa diduga belum cuci tangan dengan bersih. "Tidak salah karena terbiasa makan tidak pakai sendok. Namun, kami mendidik dia untuk cuci tangan. Jadi bisa saja yang keracunan adalah hal-hal seperti itu," kata Prabowo dalam rapat kabinet di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin, 5 Mei 2025.

Dia menceritakan pengalamannya ketika meninjau pelaksanaan makan gratis di salah satu sekolah. Dalam satu ruangan, 10 dari 30 anak tidak memakai sendok untuk menyantap makan bergizi. Kepala Negara menduga makan tidak menggunakan sendok membuat anak keracunan. 

Selain tidak menggunakan sendok, Prabowo menduga kasus keracunan karena ada anak yang belum terbiasa mengonsumsi menu makan gratis seperti susu. Meski begitu, Prabowo meyakini, anak itu ke depan akan biasa mengonsumsi susu. "Masalah itu dia enggak pernah minum susu. Kami kasih susu dia butuh waktu penyesuaian," kata dia.

Sebelum di Bogor, kasus keracunan MBG telah dilaporkan terjadi di beberapa daerah. Misalnya di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, tepatnya di SDN 33 Kasipute pada Rabu, 23 April 2025. Belasan murid muntah setelah mencium aroma amis dari paket MBG yang berisi nasi, chicken karaage, tahu goreng, dan sayur sop. 

Kepala sekolah setempat, Santi Jamal, menyebut aroma tak sedap berasal dari ayam krispi yang sudah tidak layak konsumsi. Kepolisian mengonfirmasi ada 53 dari 1.026 paket makanan yang tidak segar.

Sebelum itu, pada 21 April 2025, keracunan massal juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melibatkan 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1. Peristiwa itu menjadi bagian dari Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditetapkan pemerintah daerah, setelah total 176 warga mengalami gejala serupa akibat konsumsi makanan dari acara hajatan warga. 

Sementara di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 29 siswa SD Katolik Andaluri dilarikan ke fasilitas kesehatan usai menyantap makanan MBG pada 18 Februari 2025. Para siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan seperti mual dan muntah. 

Insiden serupa juga terjadi di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 16 Januari 2025. Sekitar sepuluh murid dari total 200 siswa yang menerima makanan MBG mengalami sakit perut dan mual usai makan. Kepala sekolah Lilik Kurniasih mengatakan, kasus tersebut langsung ditangani Puskesmas dan tidak ada siswa yang sampai harus dirawat di rumah sakit. 

Hendrik Yaputra dan Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Parenting |