Lailatul Qadar, Kerasulan, dan Ampunan

3 hours ago 1

INFO NASIONAL - Lailatul qadar secara bahasa berarti “Malam Takdir”. Malam paling mulia di sepanjang Ramadan. Malam paling dinantikan oleh seluruh umat muslim. Apabila seseorang meraihnya, niscaya itu adalah malam terbaik sepanjang hidupnya. Tidak hanya membawa manfaat bagi individu, lailatul qadar berkaitan erat dengan kerasulan sebagai berkat bagi segenap manusia.

Allah Ta’ala berfirman di dalam Surah Al-Qadar: 1-5 sebagai berikut:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada lailatul qadar. Dan apakah engkau tahu apa lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Di dalamnya turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhan mereka membawa segala urusan. Selamat sejahtera sampai fajar terbit.”

Untuk merujuk kata “malam” sebenarnya bisa cukup menggunakan kata lail. Adapun pada ayat di atas menggunakan kata lailah. Berbeda dengan lail, kata lailah mengandung konotasi kemuliaan dan makna yang lebih luas. Tidak sekadar malam melainkan malam yang amat mulia. Kata lailah hanya digunakan delapan kali di dalam Al-Quran dan semua membahas malam saat wahyu ilahi diturunkan.

Disebutkan pada malam tersebut para malaikat turun membawa segala urusan. Lantas urusan apa yang mereka bawa? Mari kita simak Surah Al-Dukhan: 2-5 berikut ini, “Demi Kitab yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya di suatu malam yang diberkati, karena Kami selalu memberi peringatan. Di malam itu, semua urusan yang bijaksana diputuskan. Urusan dari sisi Kami yakni sesungguhnya Kami selalu mengutus rasul-rasul.”

Ayat di atas juga menggunakan kata lailah untuk merujuk malam saat kitab Al-Quran diturunkan. Ayat-ayat ini juga menyinggung soal urusan atau perkara yang diputuskan pada malam itu, yang pada Surah Al-Qadar disebutkan sebagai urusan yang dibawa oleh para malaikat.

Secara eksplisit, Surah Al-Dukhan menyebutkan urusan yang diputuskan pada malam itu ialah pengutusan seorang rasul. Lihat ayat terakhir yang dikutip, “Urusan dari sisi Kami yakni sesungguhnya Kami selalu mengutus rasul-rasul.”

Karena itu, tidak berlebihan menyebut malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, sebab pada malam tersebut seseorang tengah menerima wahyu berupa ayat kitab suci dan mandat kerasulan. Seseorang yang kelak akan menjadi sinar fajar yang menyudahi kegelapan malam kerohanian. Maka utusan penerima kitab suci seperti Nabi Muhammad SAW adalah bentuk lailatul qadar yang berjasad.

Berkenaan dengan hal ini, Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam bukunya Barahin Ahmadiyah jilid 4, menulis, “Meskipun lailatul qadr ini umumnya diartikan sebagai malam yang penuh berkah, terdapat referensi dalam Al-Quran yang menunjukkan bahwa lailatul qadar juga dapat merujuk kondisi dunia yang amat gelap layaknya malam. Itu karena sifat-sifat agung mulaitersembunyi, saat di mana kejujuran, ketabahan, ketaqwaan, dan ibadah pada masa kegelapan ini menjadi sesuatu yang bernilai lebih dalam pandangan Tuhan.

Kondisi sangat gelap itu mencapai titik puncaknya pada masa kedatangan Nabi Muhammad SAW, sehingga menuntut turunnya cahaya agung. Mengingat kondisi zaman yang gelap, dan sebagai rahmat bagi mereka yang dirundung kegelapan, maka timbullah sifat rahmaniyyat Tuhan dan nikmat surgawi di bumi. Dengan demikian, kondisi gelap ini menjadi berkah bagi dunia, dan karena itu, dunia menerima rahmat yang luar biasa dalam bentuk manusia sempurna, Sayyidur Rusul (pimpinan para rasul), yang belum pernah dilahirkan sebelumnya, dan tidak akan pernah ada lagi (yakni Nabi Muhammad SAW).

Ia datang untuk memberi petunjuk kepada dunia dan membawa kitab bercahaya, yang belum pernah dilihat oleh mata siapa pun. Oleh karena itu, ini merupakan manifestasi agung dari rahmat Allah yang sempurna yang Dia turunkan pada saat kesuraman dan kegelapan. Yaitu, cahaya agung yang disebut Furqan (Al-Quran), yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan dan yang dapat membuktikan kebenaran dan mencabut kepalsuan. Ia turun ke bumi ketika bumi telah mati secara rohani dan kerusakan besar telah menyebar ke daratan dan lautan.

Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran telah menjadi berkat paling berharga bagi dunia yang dirundung kegelapan rohani. Keduanya adalah bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada manusia. Keduanya adalah karunia lailatul qadar yang diterima segenap manusia.

Tentunya setiap orang secara pribadi berkesempatan menerima lailatul qadar. Pengalaman kerohanian pada malam tersebut akan berbeda sesuai kapasitas dan kualitas kerohanian masing-masing. Selain malaikat, disebutkan pula bahwa “ruh” akan turun.

Malik Ghulam Farid dalam Al-Quran Terjemah dan Tafsir Singkat menulis, “Al-Ruh di sini berarti semangat baru, kebangkitan, istikamah, atau keteguhan hati.” Satu hal yang pasti, orang-orang yang berupaya mencari lailatul qadar akan cenderung semangat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah pada malam itu.

Ada yang menarik dari nasihat Nabi Muhammad SAW kepada Aisyah r.a. manakala berjumpa dengan malam lailatul qadar sebagaimana tercatat dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Nabi menganjurkannya mebaca doa: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul-‘afwa, fa‘fu ‘anni, yang artinya “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Memaafkan juga suka memaafkan, maka maafkanlah saya.” Dari sekian banyak keinginan dan harapan, justru ampunanlah yang harus diminta.

Jika kita bukan orang yang diampuni dan bergelimang dosa maka apa pun yang diminta akan sulit dikabulkan. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memohon ampun agar jiwa kita bersih dan siap menerima berbagai karunia Allah Ta’ala ke depannya. Sudah seharusnya, memohon ampunan patut diutamakan di malam lailatul qadar. Insya Allah, apa pun harapan dan keinginan lainnya akan turut Allah kabulkan.

Inilah bagaimana lailatul qadar berkaitan erat dengan pengaturan pengutusan seorang rasul dan turunnya kitab suci. Keduanya menjadi sinar fajar kala dunia telah mengalami malam kegelapan rohani yang panjang. Awal dimulainya pagi hari yang terang. Kita pun diharapkan untuk meraih berkat darinya dengan tidak lupa untuk banyak berdoa memohon ampun ke hadirat-Nya. (*)

 Mln. Ammar Ahmad, Shd |

Muballigh Muda Ahmadiyah

Read Entire Article
Parenting |