Menikah Tapi Jarang Bercinta? Ini Penyebab dan Cara Menghangatkan Kembali

6 hours ago 3

CANTIKA.COM, Jakarta - Status menikah tapi jarang bercinta? Terdengar familiar kah? Kalimat ini membangkitkan gambaran kamar tidur terpisah, keheningan yang canggung, dan kebencian yang membara.  

Berdasarkan studi, antara 10 hingga 20 persen pasangan menikah di AS melaporkan berhubungan seksual kurang dari 10 kali setahun. Angka tersebut merupakan ambang batas paling umum untuk apa yang dianggap sebagai pernikahan "tanpa seks", meskipun bukan satu-satunya. Beberapa pakar lebih suka menyebutnya "pernikahan dengan frekuensi seks minim", sementara yang lain lebih suka tidak menyebutnya sama sekali.

Apa pun sebutannya, satu hal yang jelas: Bagi banyak pasangan, gairah seksual meredup seiring waktu, dan itu terjadi karena berbagai alasan. Ya, jarang atau bahkan tidak ada hubungan seks dalam suatu hubungan sering kali menandakan adanya masalah. Namun, hal itu tidak selalu berarti ada yang salah, dan penyebab serta solusi potensialnya bisa beragam, tergantung pasangan yang mengalaminya.

Apa Penyebab Menikah Tanpa Bercinta?

Begini masalahnya: Kebanyakan pasangan tidak bangun di pagi hari dan berkata, "Hei, jangan pernah berhubungan seks lagi." Ketidakseksian biasanya muncul secara bertahap. Mungkin dimulai dengan kelelahan bayi baru lahir. Lalu, masa sekolah. Lalu, tenggat waktu, orang tua yang menua, perubahan hormon, masalah kesehatan, lutut yang sakit, dan fitur putar otomatis Netflix.

Tapi bukan hanya logistik. Faktor psikologis memainkan peran besar. Studi menunjukkan bahwa depresi , kecemasan , stres kronis , dan konflik hubungan yang tak terselesaikan dapat melemahkan hasrat. Perubahan hormonal (misalnya, menopause, dan kadar testosteron rendah), kondisi medis, dan obat-obatan tertentu juga dapat menghambat libido.

Terkadang gairah seks terkuras dari pernikahan karena kedua pasangan kehilangan hasrat. Di lain waktu, hal ini disebabkan oleh hasrat yang tidak seimbang: Salah satu pasangan menginginkan seks, sementara libido pasangan lainnya menurun, kemungkinan besar karena satu atau beberapa masalah yang disebutkan di atas. Jika ketidakseimbangan ini tidak diatasi dengan penuh kasih dan jujur, hal itu dapat menimbulkan rasa sakit hati, rasa malu , atau kebencian. Tak lama kemudian, kedua pasangan mulai menghindari topik tersebut sama sekali, dan kamar tidur menjadi zona terlarang.

Beberapa pasangan merasa sangat puas dalam hubungan yang minim atau tanpa seks. Mereka merasa sangat terhubung, penuh kasih sayang, dan terpenuhi dalam hal-hal lain. Jika Anda juga merasa demikian? Tidak perlu panik atau memaksakan diri mengikuti definisi "normal" orang lain yang sewenang-wenang.

Namun, beberapa penelitian, termasuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti seks Amy Muise, menunjukkan bahwa pasangan yang berhubungan seks seminggu sekali atau lebih melaporkan kesejahteraan, kepuasan hubungan, dan kepuasan hidup yang lebih baik dibandingkan pasangan yang berhubungan seks kurang dari sebulan sekali. Namun, penting untuk diingat bahwa studi-studi ini hanya mencerminkan rata-rata dan karenanya tidak berlaku untuk setiap pasangan.

Namun, ketika ketidakaktifan seksual salah satu pasangan terjadi tanpa disengaja, penelitian menunjukkan bahwa mereka cenderung merasa tidak bahagia, terasing, atau ditolak. Pasangan ini mungkin diam-diam berduka atas hilangnya keintiman fisik , sementara pasangannya merasa bersalah, menutup diri, atau tidak yakin bagaimana cara memperbaikinya.

Kabar baiknya? Hanya karena kehidupan seks Anda terhenti, bukan berarti tidak bisa dihidupkan kembali. Hasrat bukanlah saklar lampu; ia lebih seperti peredup, dan ya, kamu  bisa menyalakannya kembali.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa membangkitkan gairah seksual pada pasangan:

1. Deep Talk soal Seks

Banyak pasangan menghindari topik seks karena tidak ingin saling menyakiti. Namun, keheningan seringkali lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Mulailah dengan lembut: "Aku kangen dekat-dekatmu" dapat membuka pintu yang tertutup rapat, "Kenapa kita tidak pernah berhubungan seks?".

2. Normalisasi Naik-Turun Gairah Seksual

Frekuensi seksual secara alami berubah dalam suatu hubungan. Masa-masa sulit bukan berarti Anda hancur. Itu berarti kamu manusia. Kuncinya adalah tetap terhubung secara emosional dan ingin tahu , bukan panik.

3. Intim Tak Harus Penetrasi

Berciuman, berpelukan, tertawa di dapur, berjalan-jalan, dan berpegangan tangan. Keintiman tidak selalu harus berujung pada seks, tetapi menjaga kedekatan fisik dan emosional itu tetap hidup menciptakan fondasi yang memungkinkan seks muncul kembali, kapan pun dan jika kalian berdua menginginkannya.

4. Dapatkan dukungan profesional jika Dibutuhkan

Terapi seks bukan hanya untuk pasangan yang sedang mengalami krisis. Terapi ini dapat membantu kamu memahami "alasan" di balik apa yang terjadi dan membekali kamu dengan alat untuk terhubung kembali. Bahkan satu atau dua sesi saja dapat membuat perbedaan besar.

Pernikahan tanpa seks bukanlah pernikahan yang gagal. Ini adalah hubungan yang mungkin membutuhkan sedikit perhatian, perhatian, dan terkadang, perubahan perspektif.

Bagi sebagian pasangan, hasrat kembali membuncah seiring percakapan yang tepat, pola pikir baru, atau sekadar liburan akhir pekan jauh dari anak-anak. Bagi yang lain, berhubungan kembali mungkin membutuhkan waktu serta eksplorasi terarah ke dalam dinamika emosional yang mendasari hubungan. Dan bagi beberapa pasangan, itu mungkin berarti mendefinisikan ulang arti keintiman secara menyeluruh.

Pilihan Editor: Berapa Suhu Ruangan Terbaik saat Bercinta, Benarkah 69 Derajat?

PSYCHOLOGY TODAY

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika

Read Entire Article
Parenting |