Produksi Batu Bara pada 2025 Diperkirakan Bakal Turun

1 day ago 18

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesi (APBI) memproyeksikan produksi batu bara nasional pada 2025 akan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun target pemerintah sebesar 735 juta ton dinilai masih dapat dicapai, pengusaha menilai realisasi produksi tak akan mampu menyaingi capaian tinggi pada 2024 yang mencapai 836 juta ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani mengatakan hingga akhir kuartal I-2025, produksi batu bara Indonesia baru mencapai 183,45 juta ton. Jumlah tersebut masih jauh dari proyeksi tahunan sehingga menimbulkan kekhawatiran akan turunnya total produksi secara keseluruhan tahun ini.

Terkait dengan angka produksi 800 juta ton ke atas, kata Gita, tidak memungkinkan dengan melihat tren produksi selama empat bulan pertama yang cenderung lambat. “Kalau melihat realisasi tahun lalu yang menyentuh 836 juta ton, sepertinya tahun ini akan sulit menyamai angka tersebut,” kata Gita melalui keterangan tertulis pada Senin, 2 Juni 2025.

Gita menyatakan produksi batu bara seperti yang ditargetkan pemerintah sebesar 735 juta ton masih realistis. Namun demikian, Gita menilai capaian itu juga tergantung dengan kondisi pasar yang tidak terus memburuk.

Gita mengatakan pelemahan permintaan dari dua pasar utama, yakni China dan India, menjadi salah satu faktor utama yang membebani kinerja produksi. Kedua negara tersebut saat ini tengah meningkatkan produksi batu bara domestik mereka sehingga mengurangi volume impor dari Indonesia.

“Permintaan dari Cina sangat tertekan. Mereka sedang memacu produksi sendiri, dan stok dalam negeri mereka juga sudah tinggi. Ini sangat memengaruhi ekspor kita,” kata Gita.

Biasanya, Gita melanjutkan, momen Tahun Baru Imlek pada awal tahun menjadi pendorong permintaan batu bara dari Cina. Namun pada 2025 ini tren tersebut tidak terlihat. “Justru permintaan menurun drastis. India pun mengalami hal serupa, dengan pemerintahnya yang tengah berupaya mengurangi ketergantungan impor,” katanya.

Menurut Gita, meski ada pertumbuhan permintaan dari negara lain, volumenya belum cukup untuk menutup penurunan permintaan dari dua pasar utama tersebut. Ia juga menambahkan bahwa kondisi global saat ini sedang tidak stabil, termasuk karena pengaruh kebijakan dagang Amerika Serikat, membuat banyak sektor industri bersikap hati-hati.

“Negara-negara lain saat ini lebih memilih bersikap wait and see. Industri global juga sedang melambat, dan ini berdampak ke seluruh rantai pasok, termasuk batu bara,” kata Gita.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren penurunan kinerja ekspor batu bara pada kuartal pertama tahun ini. Pada Maret 2025, nilai ekspor batu bara tercatat sebesar US$1,97 miliar, turun 5,54 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dan anjlok 23,14 persen dibandingkan Maret 2024.

Read Entire Article
Parenting |