Sekolah Rakyat Akan Menggunakan Kurikulum Multi Entry-Multi Exit

6 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengatakan kurikulum sekolah rakyat akan menggunakan sistem multi-entry, multi-exit.

Mu’ti menjelaskan, sistem multi entry-multi exit artinya murid tidak harus masuk pada tahun ajaran yang sama. Mereka, kata Mu’ti, bisa masuk kapan saja sesuai dengan kesiapan mereka dan tidak harus memulai dari kelas yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Mungkin ada yang mulai dari kelas 1, ada yang mulai dari kelas 2 atau kelas 3,” kata Abdul Mu’ti di Istana Kepresidenan, Jakarta, 30 April 2025.

Mu’ti mengatakan dengan sistem ini desain kurikulum lebih fleksibel dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya dan latar belakang pendidikan sebelumnya. 

“Tapi karena semuanya Itu di asrama maka mungkin saja ada murid-murid yang bisa selesai penguasaan materinya lebih cepat daripada murid yang lainnya,” ujar Mu’ti. 

Sementara itu Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengatakan kementeriannya sudah menyiapkan sarana dan prasarana untuk 53 sekolah rakyat yang dimulai tahun ini. 

“Lima puluh tiga titik ini terus dilakukan pematangan bahkan sudah mulai penyediaan sarana-prasarana. Apakah bangku, kursi, tempat tidur siswa dan lain sebagainya,” kata pria yang disapa Gus Ipul ini di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, 30 April 2025.

Gus Ipul mengatakan sudah ada hampir 300 kabupaten, kota, dan provinsi yang mengusulkan pembentukan sekolah rakyat di daerah mereka. Namun, Kemensos dan Kementerian PU akan melakukan survei terlebih dahulu kesiapan mereka untuk menambah 53 titik yang sudah siap pada Juni 2025. 

“Mungkin 70 atau mungkin juga 80, dan mungkin juga bisa 100, tergantung nanti dalam dua minggu ke depan ini,” katanya. 

Selain sarana dan prasarana, pemerintah juga telah memetakan guru dan kepala sekolah yang akan mengajar di sekolah rakyat. Kemensos, kata Gus Ipul, juga sudah memetakan calon siswa yang bisa belajar di sekolah rakyat. “Mereka adalah anak-anak yang berada di desil 1, miskin ekstrim atau miskin,” katanya.

Desil adalah pengelompokan rumah tangga dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) oleh Kemensos berdasarkan tingkat kesejahteraan mereka. Desil menunjukkan posisi relatif rumah tangga dalam skala 1-10.  Desil 1 mewakili rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan paling rendah. Sedangkan Desil 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan tertinggi.

Untuk memverifikasi Desil 1, Gus Ipul mengatakan jajarannya akan mengunjungi rumah orang tua calon siswa dan memastikan kesanggupan belajar di sekolah rakyat.

Read Entire Article
Parenting |