TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkap kalau suhu muka laut di wilayah Indonesia saat ini cenderung lebih hangat daripada kondisi normal. Dia mengatakan itu saat menjelaskan penyebab dari kemungkinan musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia yang bakal lebih pendek tahun ini.
Anomali suhu muka laut tersebut diperkirakan bertahan hingga September, "Yang dapat mempengaruhi cuaca lokal di Indonesia," ujar Dwikora dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu 12 April 2025. Pengaruh itu melalui peningkatan pembentukan awan hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profesor riset bidang klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap senada. "Semua suhu permukaan laut sedang menghangat," katanya saat dihubungi, Minggu malam 13 April 2025.
Dalam penjelasan yang kemudian dibagikannya, Erma menyebut anomali terbesar terpantau terjadi di perairan laut dekat pantai barat Australia. "Anomali +2,7 derajat Celsius," kata dia. Dalam peta citra satelit yang dis ertakannya, anomali terbesar itu ditunjukkan dengan gradasi warna merah yang lebih tua.
Suhu muka laut sekitar Indonesia yang menghangat saat ini mengulangi yang terjadi pada November-Desember lalu. Saat itu anomali suhu muka laut di perairan Indonesia terukur +2,0-2,5 derajat. Saat itu anomali tertinggi ada di utara Australia yang sampai +3 derajat.
Menurut Erma, laut yang sedang memanas seragam telah ikut berperan memelihara sistem badai tropis dekat Indonesia. Untuk yang terjadi saat ini, terpantau adanya bibit siklon tropis 29S (BMKG menyebutnya sebagai 96S) yang kini melemah dengan kecepatan angin 65 km/jam dan masih di Laut Timor. Di Laut Arafuru, ada badai tropis baru 97P (BMKG menyebut 97S) dengan kecepatan anginnya 30 km/jam.
"Di Samudra Hindia, terbentuk 2 mesovorteks. Gelombang Rossby bikin badai tropis itu bergerak ke barat," katanya lewat akun media sosial X.