CANTIKA.COM, Jakarta - Kasus anak keracunan makanan yang diduga karena menyantap masakan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali terulang baru-baru ini. Sudah banyak siswa sekolah yang dirawat akibat kasus keracunan tersebut. Berkaca dari data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) beberapa waktu lalu, sekitar 4.000 siswa menjadi korban keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam delapan bulan terakhir.
Tentu ini menjadi perhatian kita semua, termasuk orang tua. Perlu kita ketahui bersama, gejala keracunan makanan pada umumnya seperti mual, muntah, diare, dehidrasi dan sakit kepala. Keracunan biasanya disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri seperti Salmonella dan E. coli.
Jika hal itu terjadi pada anak, ada beberapa langkah pertolongan yang bisa dilakukan.
1. Menjaga asupan cairan tubuh
Menurut Mayo Clinic, langkah yang pertama harus dilakukan saat alami keracunan makanan adalah menjaga asupan cairan tubuh. Muntah dan diare bisa menyebabkan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah besar. Maka dari itu, minumlah air putih dalam jumlah cukup agar tubuh tidak mengalami dehidrasi.
Selain air putih, juga dapat mengonsumsi cairan elektrolit atau sup hangat untuk membantu memulihkan keseimbangan cairan tubuh. Usahakan untuk meminum cairan sedikit demi sedikit namun sering agar tidak memperparah rasa mual.
2. Minum rebusan jahe
Pilihan lainnya untuk diminum saat keracunan makanan adalah air rebusan jahe untuk meredakan ketidaknyamanan di perut. Jahe dikenal sebagai bahan herbal yang efektif meredakan gangguan pencernaan.
Selain jahe, yoghurt yang mengandung probiotik juga bermanfaat untuk mengembalikan keseimbangan bakteri baik dalam usus. Namun, konsumsi yoghurt sebaiknya dilakukan setelah kondisi perut cukup stabil. Probiotik umumnya disarankan untuk dikonsumsi selama dua minggu pasca keracunan.
3. Hindari konsumsi obat-obatan
Perlu kita ingat bersama, hindari mengonsumsi obat-obatan tanpa anjuran dari dokter. Gejala seperti muntah dan diare sebenarnya merupakan mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan racun dan mikroorganisme penyebab infeksi dari saluran pencernaan.
Oleh karena itu, penggunaan obat antidiare seperti loperamide sebaiknya dihindari pada tahap awal. Penggunaan obat semacam ini justru dapat memperlambat proses penyembuhan. Demikian pula, antibiotik tidak selalu diperlukan, terutama jika penyebab keracunan adalah virus atau parasit. Untuk memastikan jenis pengobatan yang sesuai, konsultasi ke dokter sangat disarankan.
4. Pemilihan makanan
Pada awal munculnya gejala keracunan makanan, sebaiknya menahan diri dari makan apa pun selama beberapa jam. Setelah kondisi mulai membaik, konsumsilah makanan yang mudah dicerna, rendah lemak, dan tidak berbumbu tajam, seperti bubur, kentang, atau pisang.
Biskuit tawar atau manis sebagai camilan ringan bisa membantu mengganjal perut, terutama saat tubuh belum siap menerima makanan berat. Pilih jenis biskuit yang tidak terlalu berminyak atau berbumbu tajam.
Hindari makanan pedas, berminyak, dan yang mengandung asam karena bisa memperburuk gejala. Selain itu, jauhi minuman berkafein, beralkohol, dan produk susu hingga perut kembali nyaman.
5. Istirahat yang cukup
Pastikan tubuh mendapat cukup waktu untuk beristirahat. Keracunan makanan bisa menyebabkan tubuh terasa lelah karena harus melawan infeksi. Tidur dan beristirahat cukup akan membantu sistem imun bekerja lebih optimal dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak akibat infeksi.
Biskuit tawar atau manis sebagai camilan ringan bisa membantu mengganjal perut, terutama saat tubuh belum siap menerima makanan berat. Pilih jenis biskuit yang tidak terlalu berminyak atau berbumbu tajam.
Jika gejala keracunan makanan semakin parah, segera menghubungi dokter atau rumah sakit apabila gejalanya semakin parah.
ANGELINA TIARA PUSPITALOVA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.