TEMPO.CO, Yogyakarta - Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) mengungkap dugaan kecurangan dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025 yang melibatkan lembaga bimbingan belajar atau bimbel di Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dugaan kecurangan dalam proses UTBK 2025 itu disampaikan dalam konferensi pers panitia SNPMB di Jakarta, Selasa 29 April 2025. Tak dirinci apa nama lembaga bimbel dan di mana lokasi lembaga itu beroperasi.
Dalam konferensi pers itu, panitia hanya mengungkap dugaan modus yang digunakan dengan cara memobilisasi ribuan orang agar bisa ujian pada sesi awal. Lalu peserta sesi awal itu diminta mengingat materi dan pola soal UTBK yang keluar untuk diinformasi kepada peserta bimbel yang menjalani ujian sesi sore.
Koordinator Pelaksana UTBK di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ridi Ferdiana, menuturkan sejauh ini pihaknya belum mendeteksi adanya modus memobilisasi peserta untuk memotret dan membaca pola soal materi UTBK itu.
"Pelanggaran umumnya yang kami temukan antara lain peserta datang terlambat, foto tidak layak, dan aspek non teknis sebelum pelaksanaan ujian," kata Ridi saat dihubungi pada Rabu petang, 30 April 2025.
Dosen Teknik UGM bergelar profesor itu menuturkan, mereka telah memeriksa sampling dokumen berita acara pelaksanaan ujian atau BAPU sejak hari pertama UTBK mulai digelar pada 23 April 2025. Namun, mereka belum mengidentifikasi adanya mobilisasi peserta seperti yang diungkap panitia SNMPB di Jakarta.
Ridi menambahkan, dengan adanya
indikasi seperti yang dibeberkan panitia SNPMB itu, pihaknya juga tak tinggal diam. Apa yang menjadi dugaan-dugaan itu akan diselidiki lebih mendalam untuk membuktikan kondisinya di lapangan. Termasuk membentuk tim yang mengkaji potensi kecurangan itu.
"Kami akan melakukan penelahaan (atas dugaan temuan panitia SNPMB) mulai besok (1 Mei), sekaligus merekap BAPU keseluruhan," kata Ridi.
Ridi melanjutkan, timnya sejak awal berupaya mencegah potensi kecurangan UTBK melalui berbagai upaya. Pada hari pertama pelaksanaan ujian, ujar Ridi, fokus tim pelaksana UTBK melakukan pemeriksaan secara detail ke seluruh lokasi ujian dengan menganalisa sejumlah potensi kecurangan.
"Mulai dari komunikasi antarkomputer yang tidak sesuai pola, peserta yang gelisah secara berlebihan dan data yang tidak konsisten yang mengarah ke perjokian," kata dia.
Pada tahun 2025 ini, ada sebanyak 20.615 peserta mengikuti UTBK Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) di UGM, yang berlangsung pada 23 April hingga 2 Mei 2025. Jumlah peserta UTBK tahun ini naik 10 persen dibandingkan dengan jumlah peserta UTBK tahun lalu yang berjumlah 18.726 orang.
Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok mengatakan kecurangan dilakukan dengan berbagai cara, seperti penggunaan kamera tersembunyi di kacamata, alat bantu dengar canggih, hingga aplikasi perekam layar, dan remote desktop yang dikendalikan dari jarak jauh. Kecurangan lainnya adalah praktik perjokian, di mana peserta ujian digantikan oleh orang lain.
Eduart Wolok juga menyebut adanya ribuan peserta yang terindikasi sebagai anomali, dengan dugaan keterlibatan salah satu lembaga bimbingan belajar dalam kasus tersebut. "(Dicurigai) Keterlibatan ada salah satu lembaga pembinaan belajar di Yogyakarta yang memobilisasi peserta," katanya.
Ia menjelaskan peserta ujian anomali tersebut dicurigai, sebab domisili, asal sekolah, kampus tujuan, dan lokasi UTBK semuanya berada di daerah yang saling berjauhan. Contohnya, adanya peserta yang merupakan lulusan SMA di Semarang, memilih kampus tujuan di Universitas Indonesia (UI) dan UGM, namun melaksanakan UTBK di Medan.
"Ada keterlibatan jaringan yang memanfaatkan UTBK untuk kepentingan bisnis tertentu dan sebagainya. Ini disinyalir, sekali lagi ini dugaan, karena itu bukan bagian kami untuk memutuskan itu," katanya.