Kepala Bapanas Tanggapi Tudingan AS soal Bulog Monopoli Impor Pangan

12 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menanggapi Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) yang menuding Perum Bulog memonopoli impor pangan. Menurut dia, cadangan pangan di perusahaan pelat merah itu penting untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Arief menuturkan, disiapkannya cadangan pangan di Perum Bulog merupakan permintaan Presiden Prabowo Subianto. Tapi cadangan pangan itu sedapat mungkin tak dihasilkan dari impor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kita negara berdaulat. Maunya terus kita impor semua terus petani kita mati? Kan enggak begitu. Presiden ingin petani, peternak, semuanya sejahtera, produksi bisa dalam negeri,” ujar Arief saat ditemui di kantornya, Jakart, Selasa, 29 April 2025.

Dengan adanya cadangan pangan, Arief menyatakan Indonesia saat ini masih menyimpan stok beras 3,1 juta ton di tengah kondisi negara-negara tetangga yang menglami kenaikan harga. Selain itu, gabah dari petani dibeli dengan harga Rp 6.500 per kilogram. “Saya rasa we are on the right track,” ujar Arief saat ditemui di kantornya, Jakart, dikutip Jumat, 2 Mei 2025.

Karena itu, Arief mengatakan, Kementerian Pertanian saat ini terus bekerja keras meningkatkan produksi. Kinerja itu, menurut dia, terbukti dengan catatan surplus beras 1,68 juta ton pada Mei 2025. Ia menyebut kondisi ini harus terus dipertahankan.

Eks Kepala Dewan Pengawas Bulog ini menambahkan, pemerintah saat ini menunda penyaluran bantuan pangan lantaran agar stok tetap mencukupi saat produksi beras melandai di tengah atau akhir tahun. Landainya produksi beras, menurut Arief, disebabkan karakteristik sawah yang merupakan tadah hujan. Sedangkan jaringan irigasi masih terbatas.

Dalam dokumen 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers yang dilihat Tempo, USTR menyebut pemerintah Indonesia membatasi impor jagung pakan, dengan hanya memberikan hak impor kepada Bulog. Tapi impor jagung untuk kebutuhan industri masih diperbolehkan. Sebagai satu-satunya importir jagung pakan, Bulog memprioritaskan distribusi jagung kepada peternak unggas kecil.

Volume impor Bulog, lanjut USTR, ditetapkan berdasarkan tingkat produksi dalam negeri dan neraca komoditas. Pabrik pakan skala besar yang tidak mendapat pasokan dari Bulog diwajibkan menggunakan jagung pakan produksi lokal.

Tapi menurut USTR, pelaku industri menyampaikan kekhawatiran bahwa mereka kesulitan memperoleh jagung dalam jumlah yang cukup untuk menjaga pertumbuhan industri perunggasan.“Bulog juga memegang otoritas eksklusif untuk mengimpor beras dengan kadar patahan 15 hingga 25 persen. Kebijakan ini diberlakukan atas dasar pertimbangan ketahanan pangan dan stabilisasi harga,” bunyi laporan USTR.

Read Entire Article
Parenting |