5 Stages of Grief dalam Perceraian, dari Denial hingga Tahap Penerimaan

5 hours ago 3

CANTIKA.COM, JakartaPerceraian sering dianggap sebagai salah satu bentuk kehilangan terbesar dalam hidup. Sama seperti kehilangan orang yang dicintai, perceraian memicu serangkaian emosi yang kompleks. Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater, pernah memperkenalkan five stages of grief atau lima tahap berduka yang terdiri dari penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.

Yang menarik, tahapan ini tidak berjalan lurus. Anda tidak selalu melangkah dari tahap satu ke tahap berikutnya dengan mulus. Justru sering kali seseorang kembali ke fase sebelumnya atau merasakan beberapa fase secara bersamaan. Dalam konteks perceraian, perjalanan emosional ini bisa sangat personal dan tentu butuh waktu.

Berikut 5 Stages of Grief dalam Perceraian

1. Penyangkalan

Tahap awal adalah penyangkalan atau denial menunjukkan mekanisme alami tubuh dan pikiran untuk melindungi diri dari rasa sakit yang berlebihan. Seseorang bisa saja berpura-pura semua baik-baik saja, seolah badai rumah tangga tidak benar-benar terjadi. Penyangkalan bisa membantu memberi jeda emosional, tapi jika terlalu lama dibiarkan, justru membuat seseorang terjebak dan sulit melangkah.

2. Kemarahan

Setelah kenyataan mulai meresap, rasa marah sering muncul. Mantan pasangan bisa menjadi sasaran kemarahan, bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya tidak relevan. Pada fase ini, melampiaskan amarah bisa terasa melegakan, asalkan dilakukan dengan cara yang sehat dan tidak merugikan orang lain. Marah adalah tanda bahwa kamu mulai melepaskan penyangkalan dan mengakui betapa menyakitkannya perceraian itu.

3. Tawar-menawar

Di fase ini, muncul keinginan untuk “bernegosiasi” dengan keadaan. Ada rasa ingin memperbaiki hubungan, atau setidaknya kembali ke kenyamanan lama, meski hanya sebentar. Bagi yang ditinggalkan, fase ini sering ditandai dengan upaya keras untuk mengajak pasangan kembali. Sementara bagi yang memutuskan bercerai, fase ini bisa memicu keraguan apakah keputusan itu tepat? Tawar-menawar adalah upaya mencari kendali di tengah kekacauan, meski akhirnya harus dihadapi bahwa masa lalu tidak bisa diputar ulang.

4. Depresi

Ini adalah fase yang paling berat. Rasa sedih mendalam bisa membuat seseorang kehilangan energi, enggan beraktivitas, bahkan menolak merawat diri. Meski menyakitkan, fase depresi sebenarnya bagian alami dari proses penyembuhan. Di sinilah dukungan keluarga, teman, serta konselor atau terapis sangat penting. Menangis, berbicara, dan meminta pertolongan adalah langkah sehat untuk keluar dari perasaan terperangkap.

5. Penerimaan

Pada akhirnya, ada titik di mana kenyataan bisa diterima. Bukan berarti rasa sakit benar-benar hilang, melainkan Anda belajar hidup berdampingan dengan luka tersebut. Ada cahaya di ujung terowongan, ada tawa yang kembali muncul. Anda mulai membayangkan masa depan tanpa harus terus menoleh ke belakang. Penerimaan adalah tanda bahwa meski pernikahan telah berakhir, hidup tetap berlanjut, dan Anda berhak untuk bahagia kembali.

Perceraian membawa perjalanan emosional yang tidak mudah, penuh liku, dan seringkali melelahkan. Namun, memahami bahwa proses berduka memiliki tahap-tahapnya dapat membantu kamu lebih berbelas kasih pada diri sendiri. Tidak ada garis lurus; kadang kamu juga bisa kembali marah setelah merasa menerima, atau merasa sedih setelah sempat lega. Itu semua normal.

Yang terpenting adalah memberi diri waktu, ruang, dan dukungan untuk melewati proses ini. Pada akhirnya, penerimaan bukan berarti melupakan, melainkan berdamai dengan kenyataan dan siap menatap masa depan dengan langkah baru.

Pilihan Editor: Melinda Gates Blak-blakan soal Perceraian dengan Bill Gates, Sempat Panic Attack

YOUR TANGO 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Read Entire Article
Parenting |