Fimela.com, Jakarta Jika dahulu Gen Z menjadi pusat perhatian, namun berkembanganya zaman saat ini Generasi Alpha dan Beta yang mulai menjadi perhatian. Gen Alpha, yang lahir antara tahun 2010 dan 2024, adalah generasi pertama yang tumbuh dengan internet sebagai sesuatu yang konstan.
Sementara pendahulu mereka, Gen Z, tumbuh dengan munculnya internet, Gen Alpha tidak pernah mengenal dunia tanpa internet. Gen Alpha juga disebut digital native yang tumbuh di era Artificial Intelligence.
Hidup di era teknologi canggih, digitalisasi dan akses informasi tanpa batas, karakteristik mereka tentu berbeda dari orangtuanya yang merupakan generasi milenial dan gen Z. Sebagai digital native sejati, mereka menunjukkan karakter dan kebutuhan yang jauh berbeda dibandingkan orangtua mereka yang berasal dari generasi milenial dan Gen Z.
Menurut dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A, seorang dokter spesialis anak, anak-anak generasi masa kini seperti generasi Alpha dan Beta tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
“Mereka adalah generasi yang sangat cepat dalam menangkap informasi, peka terhadap lingkungan, dan memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Namun, perkembangan kognitif dan emosional ini harus ditopang oleh stimulasi dan nutrisi yang tepat,” jelas dr. Ian.
Karakteristik Utama Gen Alpha dan Beta
Melansir GWI.com, Gen Alpha hidup dan menghirup teknologi. Tidak seperti generasi sebelumnya yang tumbuh di era digital, generasi ini telah tenggelam dalam teknologi sejak hari pertama lahir. Namun, inilah perubahannya. Pascapandemi, banyak anak Gen Alpha kini menghabiskan lebih banyak waktu offline. Sejak awal 2023, jumlah anak usia 8-15 tahun yang bertemu teman setelah sekolah meningkat 12%, sementara bermain gim video setelah sekolah turun 6%. Mereka mungkin penduduk asli teknologi, tetapi mereka menghabiskan waktu jauh dari layar.Dari TikTok hingga Instagram, platform media sosial tidak hanya untuk hiburan – platform ini adalah panduan belanja andalan Gen Alpha.
Sejak 2023, ada peningkatan 11% dalam Gen Alpha yang menggunakan media sosial untuk menemukan barang yang ingin mereka beli. Jumlah anak berusia 12-15 tahun yang membeli daring telah meroket hingga 39% sejak 2021.
Tidak seperti generasi sebelumnya yang mungkin bersalah karena terlalu banyak berbagi, Gen Alpha jauh lebih tertutup tentang apa yang mereka posting secara daring. Jumlah anak berusia 12-15 tahun yang mengatakan bahwa mereka memposting semua yang mereka lakukan di media sosial telah turun hingga 15% sejak tahun 2021. Dan mereka tidak hanya lebih berhati-hati, tetapi juga menjadi lebih cerdas tentang keamanan daring, dengan peningkatan 8% dalam jumlah anak-anak yang mengatakan bahwa mereka tahu cara untuk tetap aman saat daring.
Generasi Alpha menjadi lebih mandiri dalam cara mereka berinteraksi dengan merek. Sejak tahun 2021, jumlah anak yang mengatakan bahwa mereka memilih aplikasi yang mereka unduh telah meningkat sebesar 11%, dengan peningkatan sebesar 12% dalam jumlah anak yang memutuskan apa yang mereka makan. Ini berarti mereka mengendalikan pilihan mereka di usia yang lebih muda. Bagi merek, kemandirian yang berkembang ini berarti tidak lagi hanya menargetkan orangtua – Gen Alpha menjadi pengambil keputusan penting dalam rumah tangga, dan penting untuk melibatkan mereka juga.
Banyak anak Gen Alpha yang mengagumi para influencer dan orang-orang yang berinisiatif sendiri yang telah sukses, tanpa mengikuti jalur konvensional pendidikan tinggi. Dari anak-anak yang mengatakan pendidikan tinggi tidak penting, terdapat peningkatan sebesar 11% dalam jumlah yang menonton video influencer sejak tahun 2021.Sepertinya minat Gen Alpha terhadap isu lingkungan mungkin sedikit menurun. Meskipun mereka masih peduli dengan planet ini, lebih sedikit anak-anak yang mengatakan bahwa hal itu adalah prioritas utama.
Pada tahun 2021, 34% mengatakan bahwa melindungi lingkungan penting bagi mereka, tetapi pada tahun 2024, angka tersebut turun menjadi 31%. Daur ulang mengalami penurunan serupa, yang menunjukkan bahwa untuk generasi ini, isu-isu lain mulai menjadi fokus.
Salah satu isu tersebut? Pemberdayaan dan representasi, terutama bagi perempuan muda. Sejak awal tahun 2023, jumlah anak perempuan yang merasa percaya diri untuk mengungkapkan pendapat mereka di media sosial telah meningkat sebesar 18%, sementara anak laki-laki mengalami penurunan kepercayaan diri sebesar 5%.Pergi ke bioskop adalah hobi klasik bagi anak-anak dari berbagai generasi, dan tidak berbeda dengan Gen Alpha saat ini. Peningkatan sebesar 12% pada anak-anak Amerika berusia 12-15 tahun yang mengatakan bahwa bioskop adalah cara favorit mereka untuk menonton film – itu berarti 27% sekarang memilih bioskop daripada pilihan lain.
Namun, ini bukan hanya tentang layar lebar. Gen Alpha juga lebih sering melakukan streaming konten audio daripada sebelumnya.
Pola Asuh Orangtua Milenial terhadap anak Gen Alpha
Nimaz Dewantary, seorang momfluencer sekaligus Psikolog Klinis, yang kerap membagikan kisah pengasuhannya di media sosial. Menurut Nimaz, anak-anak zaman sekarang menunjukkan karakter yang jauh lebih peka dan cerdas.
“Sienna itu sangat aktif, pemberani, rasa ingin tahunya besar, dan cepat sekali menyerap informasi. Dulu waktu masih kecil aku takut ketemu orang. Tapi kalau Sienna, justru senang sekali ketemu banyak orang. Semua orang disapa,” cerita Nimaz.
Nimaz mengakui bahwa sebagai orangtua, ia harus terus belajar dan adaptif menghadapi keunikan generasi baru ini. Ia juga mengatakan mengkomunikasikan setiap pola asuhnya kepada orangtua sebab tentu pola asuh orangtuanya dan dirinya cukup berbeda era.
“Mamah suka bilang ribet pola asuh sekarang, tapi aku selalu mengkomunikasikannya. Jangan hanya ngelarang tapi kasih alasan kenapa itu nggak boleh kaya anakku ngga boleh lama-lama main gadget, kasih alesan kenapa ngga bolehnya. Jadi jangan asal melarang,”tambah Nimaz.
Nimaz mengatakan menang dalam ilmu Psikolog tidak ada rekomendasi main gadget. Namun, saat ini gen alpha sudah terpapar dengan gadget apalagi orangtua juga mulai dari bangun tidur sudah buka handphone untuk cek-cek kerjaan.
“Parenting ini kaya art, jadi tidak bisa disama ratakan setiap pola asuh orangtua. Aku juga tipe yang sesekali kasih gadget ke anak, karena dia melihat aku main handphone. Namun, aku tetap batasi main gadget ngga sampai 30 menit, tetap ditemani saat main gadget sambil belajar. Jadi bisa sambil tanya jawab,” ujarnya.
Nimaz juga mengatakan menjadi ibu saat ini memang terbantu dengan banyak informasi di internet. Tapi terlalu banyak informasi juga malah membuat khawatir. Untuk itu, ia masih mengandalkan bertanya kepada ekspert seperti ke dokter anak.
“Banyak informasi juga kadang bikin khawatir, jadi aku paling banyak sharing ke new moms juga, ke komunitas. Dan paling aman ke dokter ya,” katanya.
Nimaz mengakui bahwa sebagai orangtua, ia harus terus belajar dan adaptif menghadapi keunikan generasi baru ini. Salah satu hal yang paling diperhatikan adalah aspek nutrisi.
“Sekarang Sienna sudah berusia hampir 2 tahun, dan aku berusaha mencukupi kebutuhan nutrisinya termasuk dengan memberikan pangan bergizi seimbang dan melengkapinya dengan susu,” ujarnya.
Tantangan hingga Nutrisi dan Stimulasi Berpengaruh Pada Perkembangan Anak Generasi Masa Kini
Menurut dr. Ian, sebenarnya cukup mudah untuk mengenali apakah anak terstimulasi dengan baik dan mendapat asupan nutrisi yang optimal. “Anak yang terstimulasi dan mendapat nutrisi dengan baik memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa, terbuka, ceria, dan senang sekali kalau diajak ngobrol,” paparnya.
Ia menekankan bahwa kebutuhan nutrisi anak-anak zaman sekarang bisa jadi berbeda karena tantangan yang mereka hadapi pun tak sama. Stimulasi yang datang dari layar gawai, kegiatan belajar yang interaktif, serta tuntutan untuk multitasking membutuhkan asupan yang mampu menunjang fungsi otak dan tubuh secara optimal.
“Anak-anak generasi ini memerlukan nutrisi yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga melengkapi kebutuhan makronutrien maupun mikronutrien mereka. Kedua jenis nutrisi ini memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan otak, sistem imun, dan kesehatan saluran cerna,” tambahnya.
Beberapa nutrisi yang penting antara lain: asam lemak esensial DHA, prebiotik, serta vitamin dan mineral. DHA sangat dibutuhkan dalam jumlah besar untuk mendukung perkembangan dan fungsi otak anak. Sebegitu pentingnya asupan DHA untuk otak anak.
FOS (Fructo-Oligosaccharides) dan GOS (Galacto-Oligosaccharides) adalah jenis serat pangan yang berfungsi sebagai prebiotik, atau makanan untuk bakteri baik di saluran pencernaan. FOS:GOS dengan perbandingan 1:9 telah teruji secara internasional mampu membantu mendukung kesehatan saluran pencernaan, meningkatkan penyerapan nutrisi, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
“Usus disebut juga sebagai otak kedua, karena ada yang disebut gut-brain axis atau hubungan erat antara usus dengan otak. Karenanya, penting sekali untuk menjaga kesehatan saluran cerna anak,” papar dr. Ian.
Ia mengingatkan, jangan lupakan asupan mikronutrien penting, yang krusial untuk tumbuhkembang anak. “Terutama vitamin D, zat besi dan kalsium, yang sangat diperlukan oleh untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal,” jelas dr. Ian.
Sayangnya, tak sedikit orangtua yang belum memahami bagaimana cara memastikan anak mereka mendapat asupan ini dengan cukup. Kadang orangtua merasa anaknya sudah makan cukup, padahal bisa saja kandungan asam lemak esensial dan mikronutrien dalam makanannya tidak memadai.
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi penting yang bisa membantu melengkapi kebutuhan harian anak. Susu cair siap minum mempermudah orangtua memberikan asupan nutrisi lengkap kepada anak, dan bisa diberikan kepada anak usia 1 tahun ke atas.
Namun, menurut dr. Ian, tidak semua susu sama. “Ada susu yang hanya memberikan energi dan protein, tapi tidak cukup mikronutriennya. Padahal anak-anak perlu susu yang mengandung tinggi asam lemak esensial seperti DHA, prebiotik, serta mikronutrien seperti vitamin D, zat besi dan kalsium,” paparnya.
Ia juga mengingatkan orangtua untuk berhati-hati terhadap kandungan gula dalam produk susu anak. Gula berlebih dapat memicu obesitas, masalah gigi, hingga gangguan metabolisme di masa depan.
“Pilih susu yang tidak hanya enak dan disukai anak, tapi juga mengandung nutrisi penting, dan kandungan gulanya serendah mungkin. Ini berlaku juga untuk susu fortifikasi cair; pastikan kandungan nutrisinya mendukung kebutuhan anak zaman sekarang,” tambah dr. Ian.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.