TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengakui pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis masih belum merata. Ia menyebut kondisi ini menyebabkan Presiden Prabowo Subianto merasa miris tiap kali berkunjung ke daerah.
“Pak Presiden itu setiap kali ke daerah beliau merasa miris, karena lebih banyak yang belum bisa terima daripada yang terima. Makanya kami membutuhkan percepatan,” ujar Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Jumat, 9 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menambahkan, Makan Bergizi Gratis merupakan program utama Prabowo. Ia menyebut masih ada daerah yang belum menerima makan bergizi, sedangkan daerah lain sudah.
Warga daerah yang belum menerima makan bergizi, ujar Zulhas, kerap mengeluh kepada Presiden karena belum kebagian jatah. Terutama warga di daerah-daerah yang tertinggal, terluar, dan termiskin. “Itu buat Bapak Presiden berat sekali. Karena itu perlu ada percepatan pengguna manfaat,” ujarnya.
Prabowo sebelumnya juga merespons sejumlah insiden keracunan yang menimpa siswa penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis. Menurut dia, kegagalan program MBG akibat keracunan terbilang sangat rendah.
"Bisa dikatakan yang keracunan sejumlah 200 orang. Itu 200 dari tiga koma sekian juta (3,4 juta penerima), kalau tidak salah 0,005 persen. Berarti keberhasilannya adalah 99,99 persen,” kata Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.
Eks Menteri Pertahanan ini mengklaim proses pengolahan bahan pangan di dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) MBG sudah memperhatikan kebersihan dan keamanan yang ketat. Dia menyebut para pekerja dapur telah dibekali dengan alat pelindung diri (APD).
Menurut Prabowo, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu dari kasus keracunan paket MBG, salah satunya adat istiadat atau budaya makan yang bervariasi di setiap daerah. Misalnya, ada beberapa anak yang tidak terbiasa mengonsumsi makanan menggunakan sendok.
Lebih lanjut, Presiden menilai bahwa masih banyak siswa yang tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan. Menurut dia, perilaku menjaga kebersihan yang sederhana tersebut bisa mencegah diri dari kejadian keracunan.