Sejumlah Aksi Represif Polisi Pada Hari Buruh

5 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Aksi memperingati Hari Buruh Internasional yang diadakan di berbagai daerah di Indonesia pada 1 Mei lalu tidak berjalan damai. Beberapa massa aksi mendapat tindakan represif dari aparat kepolisian. Berikut beberapa tindakan represif yang dilakukan Kepolisian:

Massa Aksi di Semarang Ditembaki Gas Air Mata

Aksi unjuk rasa di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, dimulai sejak pagi hari pada Kamis, 1 Mei 2025. Sejumlah serikat pekerja secara bergantian menyuarakan aspirasi mereka di lokasi tersebut. Menjelang sore, massa aksi bertambah dengan bergabungnya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Suasana menjadi tegang ketika demonstran membakar atribut aksi yang mereka bawa dan merobohkan pagar pembatas di tengah jalan. Menanggapi hal itu, aparat kepolisian yang membawa tameng segera bergerak ke lokasi pembakaran.

Para demonstran menuntut polisi mundur dan kembali ke halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah. Mereka kemudian menempatkan pagar besi di depan gerbang kantor tersebut. Ketegangan meningkat hingga polisi akhirnya menembakkan water cannon dan gas air mata ke arah massa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akibat serangan itu, para pengunjuk rasa terpaksa mundur. Sejumlah peserta aksi ditangkap oleh aparat. “Sementara ini, data yang kami kumpulkan menunjukkan sekitar 18 orang telah dibawa ke Polrestabes Semarang,” ujar M Safali dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang pada Kamis sore. Ia juga menyampaikan bahwa beberapa orang mengalami luka-luka dan mendapatkan perawatan di rumah sakit, serta lebih dari lima orang terdampak gas air mata. Selain itu, polisi turut mengangkut sejumlah sepeda motor milik peserta aksi.

Aparat Mendorong Massa Aksi di Depan Gedung DPR

Aksi peringatan Hari Buruh di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, berubah menjadi ricuh. Berdasarkan pantauan Tempo, kericuhan dipicu oleh tindakan provokatif dari sejumlah peserta aksi yang menembakkan kembang api ke arah aparat keamanan. Tindakan tersebut memicu respons dari petugas, yang membalas dengan semprotan water cannon dan mendorong mundur massa.

Situasi semakin tak terkendali ketika peserta aksi terus melontarkan berbagai benda dan kembali menyalakan kembang api ke arah petugas. Akibat insiden ini, sejumlah demonstran diamankan oleh aparat dan langsung dibawa ke Polda Metro Jaya.

Jurnalis Tempo Dipukuli Polisi

Seorang jurnalis Tempo bernama Jamal Abdun Nashr diduga mengalami kekerasan oleh anggota kepolisian saat meliput aksi Hari Buruh Internasional di Semarang, Jawa Tengah. Saat insiden terjadi, Jamal tengah melaporkan proses penangkapan demonstran ketika sejumlah orang berpakaian preman, yang diduga aparat kepolisian, mencoba menyeretnya.

Jamal berhasil melepaskan diri setelah beberapa jurnalis lain meneriaki pelaku yang tengah memitingnya. Saat kejadian berlangsung selama beberapa menit, Jamal mengenakan tanda pengenal pers dan telah menyatakan dirinya sebagai jurnalis yang sedang bertugas.

Ia mengaku menerima pukulan di kepala sebanyak tiga kali. Bahkan, menurut kesaksiannya, saat kekerasan itu terjadi, seorang pejabat tinggi dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah berada di dekatnya dan sempat merangkulnya, namun tidak melakukan upaya untuk menghentikan aksi pemukulan tersebut.

Polisi dan Preman Kepung Mahasiswa Universitas Diponegoro

Ratusan mahasiswa dilaporkan terjebak di dalam area kampus Universitas Diponegoro (Undip), kawasan Peleburan, Kota Semarang, pada Kamis malam, 1 Mei 2025, setelah mengikuti aksi demonstrasi memperingati Hari Buruh di Jalan Pahlawan.

Menurut M Safali, perwakilan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, kampus tersebut dikepung oleh aparat kepolisian bersama ratusan orang berpakaian preman, sementara sekitar 400 mahasiswa berada di dalam kampus untuk mencari perlindungan.

Menanggapi hal ini, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Irjen Ribut Hari Wibowo, tidak membantah bahwa aparat kepolisian mengepung kawasan kampus Undip. Ia menyebut bahwa tindakan tersebut dilakukan karena ada anggotanya yang disandera oleh massa di dalam kampus.

Jamal Abdun Nashr, Ade Ridwan Yandwiputra, dan Dede Leni Mardianti ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Parenting |