Acungan Jempol ke Wawancara Prabowo dengan 7 Wartawan Bukan Sikap Dewan Pers

1 day ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Dua anggota Dewan Pers, Totok Suryanto dan Agung Dharmajaya, memberikan acungan jempol untuk wawancara Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis di Hambalang, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Keduanya mengatakan apresiasi mereka terhadap sesi wawancara yang berlangsung pada 6 April 2025 di kediaman Prabowo itu merupakan pandangan pribadi, bukan sikap resmi Dewan Pers.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Totok Suryanto, anggota Dewan Pers dari unsur pimpinan perusahaan pers, mengatakan apresiasi kepada Prabowo dia sampaikan sebagai pendapatnya sendiri. "Pandangan saya pribadi. Saya kan anggota Dewan Pers, boleh dong. Saya punya hak bersuara sama dengan yang lain," kata petinggi media TV One itu kepada Tempo pada Sabtu, 12 April 2025.

Menurut Totok, dirinya menghargai wawancara Prabowo dengan tujuh jurnalis dari media berbeda karena Sang Presiden tidak membatasi pertanyaan yang boleh diajukan. Dia mendapatkan informasi tersebut dari para jurnalis yang ikut mewawancarai Prabowo, salah satunya Pemimpin Redaksi TV One Lalu Mara Satriawangsa. Selain itu, dia juga menilai sendiri dinamika wawancara tersebut dengan menonton siaran ulang.

Totok berujar apresiasi yang dia sampaikan harus dipahami sesuai konteks. Pernyataan itu, kata Totok, merupakan hasil wawancara dirinya dengan jurnalis Antara yang meminta tanggapan soal percapakan Prabowo dengan tujuh wartawan. "Dia bertanya kepada saya, karena saya juga orang media," ucapnya.

Totok kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan dasar informasi yang dia peroleh dari wartawan yang hadir di Hambalang. Fokusnya, kata dia, adalah kepada tidak adanya pembatasan pertanyaan dari Prabowo kepada jurnalis yang mewawancarai dirinya. "Wartawan itu harus jujur, kepada diri sendiri dan kepada masyarakat. Kalau pernyataan pemerintah itu bagus, kita mesti sampaikan bagus dong. Kalau pemerintah jelek, kita omongin jelek."

Totok menegaskan dirinya memang berbicara sebagai anggota Dewan Pers saat mengapresiasi wawancara Prabowo. Namun, sikap tersebut tidak mewakili pandangan Dewan Pers secara kelembagaan.

Dia menyebut sikap Dewan Pers secara institusi hanya bisa dirumuskan melalui sidang pleno antara ketua dan anggota-anggotanya. Hingga saat ini, Totok mengatakan Dewan Pers belum melaksanakan pleno untuk menyikapi wawancara Prabowo dengan tujuh wartawan tersebut.

Sementara itu, Muhamad Agung Dharmajaya, Wakil Ketua Dewan Pers dari unsur pimpinan perusahaan pers, mengonfirmasi apresiasi yang dia sampaikan kepada wawancara Presiden Prabowo juga merupakan pandangan pribadi. Seperti Totok, Agung menyampaikan acungan jempol itu dalam wawancara dengan jurnalis Antara.

Anggota Dewan Pers lainnya, Arif Zulkifli, mengatakan dirinya menolak pernyataan Totok dan Agung dikaitkan dengan Dewan Pers. "Karena tidak pernah ada pembahasan sebelumnya. Saya anggap itu pernyataan pribadi keduanya," kata anggota Dewan Pers dari unsur wartawan yang juga petinggi media Tempo itu.

Wawancara Totok dan Agung mengenai dialog Presiden Prabowo dengan tujuh jurnalis sebelumnya terbit di kanal antaranews.com dengan judul "Wakil Ketua Dewan Pers Acungi Jempol Keterbukaan Presiden ke Media Massa" pada 11 April 2025. Dalam artikel itu, Totok dan Agung mengomentari wawancara Prabowo dengan sejumlah jurnalis di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.

"Dewan Pers memberikan acungan jempol atas keterbukaan Presiden RI Prabowo Subianto ke media massa melalui wawancara seputar persoalan terkini secara spontan dan tanpa sensor," seperti tertulis dalam paragraf pertama artikel Antara.

“Dalam konteks kemerdekaan pers dan peran penting pers, kami patut memberi acungan jempol terhadap Presiden yang sudah dengan terbuka berkomunikasi dengan publik melalui pers, apa pun medianya,” kata Agung dalam berita tersebut.

Sementara Totok menilai Kepala Negara menghormati semua kritik publik yang disampaikan melalui media massa. “Kita melihat dan menyaksikan, Presiden menanggapi serius dan menghormati semua kritik publik yang disampaikan melalui pers,” kata dia seperti dikutip Antara.

Adapun ketujuh jurnalis yang mewawancarai Prabowo ketika itu adalah Alfito Deannova (Pemred Detik), Lalu Mara Satriawangsa (Pemred Tv One), Uni Lubis (Pemred IDN Times), Najwa Shihab (pendiri Narasi), Sutta Dharmasaputra (Pemred Harian Kompas), Retno Pinasti (Pemred SCTV-Indosiar), dan Valerina Daniel (News Anchor TVRI). Prabowo membahas berbagai isu, dari teror terhadap media Tempo hingga tarif impor Amerika Serikat, dalam wawancara berdurasi lebih dari tiga jam itu.

Dalam kesempatan lain, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyoroti langkah Presiden Prabowo yang hanya mengundang segelintir media untuk menjawab persoalan-persoalan terkini. Menurut Ninik, alih-alih memberikan akses yang luas kepada media, wawancara ekslusif yang dilakukan Prabowo bersama tujuh media beberapa waktu lalu menyebabkan terbatasnya arus informasi bagi publik.

"Pendalaman pertanyaan tidak dapat diwakili segelintir media," kata Ninik saat ditemui di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, pada Kamis, 10 April 2025.


Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Parenting |