TEMPO.CO, Jakarta - McKinsey & Company menyebut Indonesia perlu menambah jumlah perusahaan besar agar menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Hal tersebut diungkap Managing Partner McKinsey Indonesia Khoon Tee Tan dalam acara peluncuran laporan bertajuk The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia’s Productivity.
Khoon mengatakan, saat ini usaha mikro masih mendominasi ekosistem Indonesia. Sedangkan, di negara-negara berpendapatan tinggi, pertumbuhan ekonomi ditopang perusahaan menengah dan besar. “Jadi, untuk menjadi negara berpendapatan tinggi, Indonesia perlu menambah tiga kali lipat jumlah perusahaan menengah dan perusahaan besar,” ucap Khoon kepada wartawan di kawasan Jakarta Pusat, Rabu, 30 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan McKinsey, hanya 15 persen warga Indonesia yang bekerja di perusahaan besar. Sementara itu, jumlah pekerja di usaha mikro mencapai 59 persen. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan negara lain yang selama beberapa tahun terakhir berhasil meningkatkan pendapatannya. Di Brasil, jumlah pekerja di perusahaan besar mencapai 37 persen, kemudian Polandia 35 persen, Meksiko 28 persen, dan Portugal 24 persen.
Untuk mendorong transformasi wirausaha, memerlukan lima modal fundamental. Kelima modal tersebut adalah modal finansial, modal manusia, modal institusional, modal infrastruktur, dan modal kewirausahaan. Harapannya, ketika transformasi berhasil dilakukan, pendapatan per kapita Indonesia pun akan meningkat.
Senior Fellow McKinsey Global Institute Kevin Russell mengatakan, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia perlu tumbuh 5.4 persen per tahun selama 20 tahun ke depan agar menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Namun, Kevin menekankan skenario ini bergantung pada seberapa cepat Indonesia bisa meningkatkan produktivitasnya.
Senada dengan Khoon, Kevin juga menegaskan peran perusahaan besar dalam menopang produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. “Sebagian besar orang di negara berpendapatan tinggi mendapatkan pendapatan dari perusahaan-perusahaan besar. Mereka bisa berinvestasi lebih banyak dan bisa mendapat upah yang lebih tinggi,” ucap Kevin.
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sendiri telah memangkas memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sebesar 4,7 persen pada 2025 dan 2026. Angka ini menurun dari proyeksi pada Januari 2025 yaitu sebesar 5,1 persen. Koreksi ini turut dipengaruhi oleh kebijakan tarif Amerika Serikat yang berdampak secara global.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yakin ekonomi Indonesia pada 2025 mampu tumbuh hingga 5 persen. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan tetap akan mencapai sekitar 5 persen,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Keuangan (KSSK) II Tahun 2025.