Sutardji Calzoum Bachri dan Taufik Ismail Warnai Hari Puisi Nasional

9 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Sutardji Calzoum Bachri tetap memukau di usianya yang tak muda lagi. Penyair kelahiran Riau pada 24 Juni 1941 itu membawa puisi Chairil Anwar berjudul “Aku” dengan irama blues. Tanpa iringan musik, ia menyanyikan puisi tersebut dengan penuh penghayatan, Selama malam lalu, 29 April 2025, di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

“Luka dan bisa eeee…, kubawa berlari iiii…., hingga hilang pedih dan perih dan aku mau hidup seribu ribu ribu ribu tahun lagiiiii…” Tepuk tangan menggema setelah sastrawan yang digelari Presiden Penyair Indonesia itu menyelesaikan larik tersebut. Ruang Teater Kecil TIM riuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sutardji adalah salah satu tokoh yang tampil mmbaca puisi pada puncak acara Hari Puisi Nasional 2025. Tokoh lainnya lainnya adalah penyair Taufik Ismail, Sekretaris Kementerian Ekonomi Kreatif Dessy Ruhati, Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri Safrizal Zakaria Ali dan tokoh penyanyi jalanan Anto Baret

Taufik Ismail, yang pada 25 Juni mendatang genap berusia 90 tahun, tak kalah menyedot perhatian sekitar 200 penonton yang memenuhi Teater Kecil. Penyair angkatan 66 itu membaca puisinya sendiri, yang antara lain berbunyi: “Jika adalah yang tidak bisa dijual belikan adalah yang bernama keyakinan / jika adalah yang harus kau tumbangkan ialah segala pohon-pohon kezaliman / jika adalah orang yang harus kau agungkan ialah hanya Rasul Tuhan…”

Taufiq Ismail membaca puisi pada malam puncak Hari Puisi Nasional di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 29 April 2025. Tempo/Mustafa Ismail

Malam puncak perayaan Hari Puisi Nasional juga menampilkan pembaca puisi oleh para penyair dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain Ratna Ayu Budhiarti (Garut), Kunni Masrohanti (Pekanbaru), Iin Zakaria (Lampung), Helvy Tiana Rosa (Jakarta), Nissa Rengganis (Cirebon/Jakarta), Hilmi Faiq (Tangerang Selatan), dan Ical Vigar (Jakarta). Ada pula orasi sastra oleh Mustafa Ismail dan pembacaan Surat Kepada Chairil oleh Mahwi Air Tawar (Depok).

Tak hanya itu, sejumlah kelompok musikalisasi puisi juga tampil memukau yang datang dari berbagai wilayah di Jakarta dan sekitarnya. Ada Komunitas Musikalisasi Indonesia (KOMPI), Tersajakkanlah, Atelir Ciremai, Kebon Awi SMAN 1 Ciomas, dan SMP Cikal Harapan 2 Jonggol – Bogor. Mereka tampil dengan gaya dan kreativitas masing-masing membawakan puisi Chairil dan penyair lainnya. Tak hanya musikalisasi dalam nada tenang, ada pula yang berirama metal seperti musikisasi puisi oleh Atelir Ciremai. Mereka menyebut “Metalisasi Puisi”.

Malam itu juga diwarani dengan Deklarasi Kembali Hari Puisi Nasional oleh salah satu inisiator Hari Puisi Nasional Fikar W. Eda, didampingi oleh tiga inisiator lain yakni Remmy Novaris DM, Mustafa Ismail, dan Devie Matahari.

Deklarasi itu antara lain berbunyi: “Kami mendeklarasikan kembali Hari Puisi Nasional Indonesia yang diperingati setiap tanggal 28 April, yang merupakan hari meninggalnya Chairil Anwar.  Hari Puisi Nasional bentuk pengakuan bahwa puisi adalah hak semua manusia, sebagai pengingat bahwa kata-kata adalah kekuatan, sebagai tekad bahwa suara batin bangsa tidak akan pernah padam.”

Acara dilanjutkan dengan peluncuran buku antologi puisi tentang Chairil Anwar berjudul “Si Binatang Jalang” yang diserahkan kepada perwakilan penyair seperti Kurnia Effendi, Helvy Tiana Rosa, dan dua penulis dari luar Jakarta. Buku setebal 220 halaman itu berisi karya 189 penyair dari berbagai daerah di Indonesia hingga negara tetangga seperti Malaysia. “Buku itu berisi puisi-puisi para penyair yang merespon dan menafsirkan Chairil Anwar,” kata Remmy Novaris DM, inisiator Hari Puisi Nasional yang bertanggungjawab penerbitan buku.  

Peluncuran buku antologi puisi "Si Binatang Jalang" pada malam puncak Hari Puisi Nasional 2025 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa, 29 April 2025. Foto: Dok Panitia.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, dan Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Saifudin menyampaikan sambutan dalam bentuk video di acara tersebut. Fadli Zon mengatakan inisiatif memperingati dan merayakan sastra sangat penting untuk memberi penanda bahwa kesusastraan Indonesia berkontribusi dalam perjalanan sejarah bangsa. “Hari ini inisiator Hari Puisi Nasional memberi penanda dengan hari wafatnya seorang penyair besar yakni Chairil Anwar.”

Teuku Riefky Hasya mengatakan puisi adalah cerminan jiwa bangsa. “Melalui puisi kita dapat menengekspresikan nilai luhur, emosi, dan gagasan yang mendalam. Di tengah tantangan zaman puisi tetap menjadi sarana untuk berbagi nilai-nilai luhur yang bisa memperkuat rasa persatuan dan identitas nasional.” Adapun Hetifah Saifudin menyatakan, “Chairil mengajarkan kita bahwa kata-kata bisa menjadi nyala api, menghidupkan semangat, dan membangkitkan jiwa bangsa.”

Sebelumnya, pada Selasa itu, siang hingga sore hari berlangsung beragam mata acara, seperti Panggung Penyair Perempuan bekerjasama dengan komunitas Penyair Perempuan Indonesia (PPI), Panggung Sastra Muda yang melibatkan berbagai komunitas sastra yang digerakkan oleh anak muda di Jabodetabek, hingga Panggung Sastra Pelajar dan Guru yang mengetengahkan pembacaan puisi oleh siswa dan guru dari sejumlah sekolah.

Para penyair, seniman, pecinta sastra, pelajar, dan mahasiswa melakukan upacara puisi sebagai pembuka puncak Hari Puisi Nasional 2025 di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 28 April 2025. Foto: Dok Panitia.

Sehari sebelumnya, 28 April, panitia mengadakan upacara puisi dan diskusi sastra di PDS HB Jassin TIM, pukul 13.00.  Upacara itu, menurut konseptornya Fikar W Eda, melibatkan Imam Ma’arif (Dewan Kesenian Jakarta), Remmy Novaris DM (pembina upacara), Dewi Sinta (pembawa dan pengibar bendera), para penyair, seniman, dan komunitas sastra. Dalam kesempatan itu Fikar membacakan Surat Kepercaan Gelanggang.

Kepercayaan Gelanggang merupakan manifesto kebudayaan pascakemerdekaan. Manifesto ini dikeluarkan oleh beberapa sastrawan Indonesia yang kemudian sebagai Angkatan '45, dengan motor tiga serangkai Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin. Surat Kepercayaan Gelanggang pertama kali diterbitkan di majalah mingguan Siasat, "Gelanggang" pada 23 Oktober 1950. Surat kepercayaan ini mulanya diinisiasi oleh perkumpulan seniman muda bernama Gelanggang Seniman Merdeka yang berdiri di Jakarta pada 1946.

Setelah upacara, acara dilanjutkan dengan diskusi bertajuk Si Binatang Jalang dengan pembicara Fikar W. Eda, Remmy Novaris DM, Mustafa Ismail, Kunni Masrohanti, dan moderator Ratna Ayu Budhiarti. “Para narasumber mengupas mengenai inspirasi dan pemberontakan estetika Chairil Anwar,” kata koordinator panitia Hari Puisi Nasional 2025 Devie Matahari.

Hari Puisi Nasional 2025, yang mengambil momentum meninggalnya penyair Chairil Anwar pada 28 April, digagas dan diadakan oleh Komunitas Hari Puisi Nasional (Harsinas) Indonesia. Acara ini mengetengahkan beragam acara seperti Pekan Chairil Anwar (12-27 Juli 2025) dan puncak peringatan Hari Puisi Nasional di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 28-29 April 2025.

Acara pertama dimulai dengan acara bertajuk "A Night for Chairil Anwar” di Bersuaka, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, pada Sabtu malam, 12 April 2025. Acara besutan Jakarta Poetry Slam itu diisi dengan pembacaan puisi Chairil Anwar oleh para penyair dan anak muda. Kegiatan selanjutnya kuliah umum tentang Chairil di Universitas Muhammadiyah Prof.Dr Hamka, Komunitas Atelir Ciremai (Jakarta), Semaan Puisi (Depok), dan Keboen Sastra (Bogor).

“Kami berkeliling ke komunitas dan kampus untuk terus menghidupkan Chairil Anwar dengan beragam kegiatan mulai dari baca puisi, musikalisasi, diskusi, dan kuliah umum,” ujar Devie Matahari.

Read Entire Article
Parenting |