Bahlil Ajak Kontraktor Migas Garap Industri Penyimpanan Karbon

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak para kontraktor kontrak kerja sama (K3S) minyak dan gas untuk terlibat dalam pengembangan industri penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage di Indonesia. Menurut Bahlil, Indonesia punya potensi penyimpanan karbon terbesar di kawasan Asia Pasifik.

Bahlil mengatakan potensi tersebut meliputi 572,77 gigaton di saline aquifer (akuifer air asin) dan 4,85 gigaton di reservoir yang sudah habis (depleted reservoir). "Dunia kini bergerak ke arah industrialisasi yang berkelanjutan dengan pendekatan energi dan industri hijau. Salah satu langkah pentingnya adalah menangkap emisi karbon (CO2)," kata Bahlil dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 23 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk mendukung percepatan investasi di sektor ini, kata dia, pemerintah telah menyelesaikan regulasi pendukung, termasuk Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri ESDM (Permen). Bahlil mengungkapkan, pemerintah siap memberikan insentif bagi investor yang lebih awal masuk ke sektor ini.

"Silakan bergabung. Lebih cepat, lebih baik. Saat ini kami masih menyediakan sweetener. Tapi kalau nanti sudah ramai, insentif tidak akan sebesar sekarang," katanya.

Bahlil menyebutkan, sejak 2021 hingga 2024, pemerintah telah mengeluarkan 30 izin pemanfaatan data kepada 12 kontraktor guna mendukung studi Carbon Capture dan Utilization and Storage (CCUS) di 19 lokasi strategis. Lokasi tersebut antara lain meliputi Lapangan Arun, Corridor, Sakakemang, ONWJ, Gundih, Abadi, South Natuna Sea Block B, dan Lapangan Tangguh di Papua.

CCS merupakan teknologi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dari sumber industri. Sementara CCUS merupakan versi lanjutannya, yang tidak hanya menyimpan CO2 tetapi juga memanfaatkannya sebagai bahan baku baru.

Read Entire Article
Parenting |