TEMPO.CO, Jakarta - Paus Leo XIV secara tegas menyerukan kepada pemerintah Israel agar segera mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang layak dan dalam jumlah pantas ke Jalur Gaza.
Seruan ini disampaikan dalam audiensi umum perdananya di Lapangan Santo Petrus, Rabu, 22 Mei 2025 yang dihadiri lebih dari 40.000 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Vatican News, dalam pernyataannya, Sri Paus menggambarkan kondisi Gaza semakin mengkhawatirkan dan menyoroti penderitaan warga Gaza dalam konflik yang berlangsung.
"Saya menegaskan kembali desakan dari hati saya supaya bantuan kemanusiaan yang layak bisa masuk (ke Jalur Gaza) dan supaya operasi militer bisa diakhiri karena harganya sangat mahal dan harus dibayar oleh anak-anak, lansia, dan orang sakit,” ucap Paus Leo XIV.
Israel sebelumnya mengumumkan rencana untuk kembali membuka jalur distribusi bantuan melalui mekanisme yang sudah ada, setelah 11 minggu blokade total.
Bantuan tersebut akan dikoordinasikan oleh Gaza Humanitarian Fund (GHF), organisasi berbasis di Amerika Serikat. Namun, hingga Selasa, 21 Mei 2025, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa belum ada bantuan yang benar-benar sampai ke tangan warga Gaza.
Melanjutkan Perjuangan Paus Fransiskus
Langkah Paus Leo XIV melanjutkan jejak pendahulunya, Paus Fransiskus, yang dalam tahun-tahun terakhir masa hidupnya dikenal sebagai salah satu suara moral paling vokal menentang kekerasan Israel terhadap Gaza.
Paus Fransiskus wafat pada 21 April 2025 dalam usia 88 tahun. Dalam pidato Paskah terakhirnya, ia menyebut konflik di Gaza sangat serius dan memalukan, dan menyerukan gencatan senjata serta pembebasan sandera.
Kritik Fransiskus terhadap genosida di Gaza kerap membuat relasi diplomatik Vatikan-Israel merenggang. Berbeda dengan banyak negara lain yang mengirim pejabat tinggi dalam pemakaman Paus Fransiskus, Israel hanya mengirim duta besar mereka di Vatikan.
Namun, dalam misa pelantikan Leo XIV, Presiden Israel Isaac Herzog hadir langsung, bersama delegasi Yahudi termasuk kepala rabbi Roma dan wakil Persatuan Komunitas Yahudi Italia. Ini menjadi tanda kecil adanya upaya perbaikan hubungan.
Tragedi yang Terus Berlangsung
Realisasi janji Israel untuk membuka akses bantuan, serangan militer di Gaza terus meningkat masih ditunggu. Sementara itu, terdapat operasi terbaru yang diberi nama "Gideon’s Chariots" diklaim bertujuan menghancurkan Hamas secara total. Namun, korban sipil terus berjatuhan.
Dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 500 warga Palestina dilaporkan tewas, sementara total korban sejak Oktober 2023 telah mencapai 53.600 jiwa, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Blokade Israel terhadap Gaza telah memutus pasokan listrik, menghentikan operasional instalasi air bersih, serta mencegah masuknya truk bantuan. PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa kondisi ini menyerupai kelaparan massal dan merupakan bentuk hukuman kolektif yang melanggar hukum internasional.
Di tengah sikap diam banyak pemimpin dunia, Paus Leo XIV mempertegas posisi Vatikan dan menjadi pengingat bahwa perdamaian dan keadilan dapat diharapkan dengan melancarkan kebaikan moral. Seperti disampaikan Paus Fransiskus sebelum wafatnya, "Rakyat Gaza adalah orang-orang yang kelaparan, tetapi tetap mendambakan masa depan yang damai".
Sita Planasari turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Poin-poin Penting Percakapan Telepon Donald Trump dan Putin