Soal Penduduk Miskin Versi Bank Dunia: Ini Respons IMF dan Prabowo

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia menyebut bahwa lebih dari 60,3 persen penduduk Indonesia, atau setidaknya 125 juta jiwa, kini tergolong dalam kategori miskin, meskipun angka resmi kemiskinan dan pengangguran mengalami penurunan.

Temuan ihwal penduduk miskin ini tertuang dalam laporan Macro Poverty Outlook edisi April 2025 yang dirilis pada Kamis, 10 April lalu.

Bank Dunia menyoroti bahwa walaupun kemiskinan ekstrem dan pengangguran telah menurun secara statistik, penciptaan lapangan kerja bagi kelas menengah masih sangat tertinggal. Situasi ini memperkuat posisi kelompok rentan yang belum mampu keluar dari jeratan kemiskinan struktural.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laporan tersebut juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 4,7 persen pada 2025, turun dari prediksi sebelumnya di angka 5 persen. Untuk tahun-tahun berikutnya, pertumbuhan hanya diperkirakan meningkat sedikit, yakni 4,8 persen pada 2026 dan 5 persen pada 2027.

“Ketidakpastian kebijakan global dan domestik memicu arus keluar portofolio yang menekan rupiah. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai rata-rata 4,8 persen hingga 2027, tetapi ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi investasi dan pertumbuhan,” tulis Bank Dunia dalam laporan yang dirilis pada Kamis, 10 April 2025 tersebut.

Bank Dunia menegaskan bahwa untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kerentanan sosial, Indonesia perlu melakukan reformasi struktural mendalam, serta menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati dan terukur.

IMF Turut Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Selain Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook April 2025 juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen, dari sebelumnya 5,1 persen.

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap optimistis bahwa ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh hingga 5 persen pada 2025. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan tetap akan mencapai sekitar 5 persen,” kata Bendahara Negara dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Keuangan (KSSK) II Tahun 2025.

Meski pertumbuhan ekonomi menurun, Sri Mulyani berpendapat bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain, seperti Thailand yang 1,1 persen lebih rendah.

Dikutip dari Antara, Ahad, 17 April 2025 Indonesia mencapai status negara berpendapatan menengah ke atas pada 2023 dan menargetkan status negara berpendapatan tinggi pada 2045. Untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia harus mempercepat pertumbuhannya hingga setidaknya 6 persen.

Ambisi Pertumbuhan 8 Persen di Tengah Realita
Di sisi lain, Presiden Prabowo Subianto tetap optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen selama lima tahun masa pemerintahannya hingga 2029.

Dalam Musyawarah Nasional Kadin, 16 Januari 2025, Prabowo menyatakan bahwa dirinya semakin percaya diri dengan target tersebut setelah mempelajari struktur perekonomian nasional lebih dalam.

“Semakin saya mempelajari keadaan perekonomian kita, saya semakin merasa percaya diri, saya optimistis, saya percaya, saya yakin, kita akan mencapai, bahkan mungkin melebihi 8 persen pertumbuhan,” ujar Prabowo saat menghadiri Musyawarah Nasional (Munas) Konsolidasi Persatuan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2025, seperti dikutip dari Antara.

Namun, ia mengingatkan bahwa untuk mencapai target tersebut, pemerintah harus menjalankan pengelolaan ekonomi yang efisien, berbasis logika dan perhitungan akurat, serta menghentikan pemborosan anggaran.

“Tidak mungkin ada organisasi yang survive (bertahan) kalau pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Karena itu, saya bertekad memimpin suatu pemerintahan yang efisien,” ucap Prabowo.

Melynda Dwi Puspita dan Yolanda Agne turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan editor: Penduduk Miskin: BPS Sebut Perbedaan dengan Versi Bank Dunia

Read Entire Article
Parenting |