Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, bullying masih menjadi salah satu kekhawatiran terbesar bagi banyak orang tua. Terutama saat anak mulai bersosialisasi di lingkungan sekolah atau bermain. Bentuknya bisa beragam, dari ejekan verbal, pengucilan, hingga kekerasan fisik.
Dalam menghadapi tantangan ini, orang tua memiliki peran penting bukan hanya sebagai pelindung, tetapi juga sebagai pembimbing yang membekali anak. Alih-alih berharap lingkungan akan selalu aman, lebih bijak jika orang tua membekali anak dengan mental dan sosial untuk melindungi dirinya.
Anak yang tangguh secara mental, memiliki keterampilan sosial yang baik dia cenderung akan lebih siap menghadapi bullying. Berikut lima cara yang bisa dilakukan untuk melindungi anak dari bullying:
1. Bangun Kepercayaan Diri yang Kokoh
Kepercayaan diri adalah tameng pertama yang melindungi anak dari risiko menjadi target bullying. Anak yang merasa yakin dengan dirinya sendiri akan tampil lebih percaya diri, dan tidak akan mudah goyah. Orang tua bisa membantu membangun kepercayaan diri anak dengan cara mendukung minat dan hobinya.
Ketika anak merasa dihargai dan didukung, ia akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang sehat. Anak yang percaya diri akan lebih berani menyampaikan pendapat pada orang lain. Ini membuatnya lebih kuat secara mental dan sosial, serta mampu menghadapi tekanan dari luar dengan lebih baik.
2. Ajari Anak untuk Berani Bersuara dan Bahasa Tubuh yang Tegas
Salah satu cara efektif untuk menghadapi bullying adalah dengan mengajarkan anak berani bersuara. Anak perlu tahu bahwa ia berhak mengatakan “Stop!” atau “Jangan ganggu aku!” dengan suara lantang. Selain kata-kata, bahasa tubuh juga berperan penting.
Anak yang berdiri tegak, melakukan kontak mata, dan berbicara dengan jelas akan terlihat lebih kuat dan tidak mudah ditindas. Pelaku bullying biasanya mencari target yang tampak lemah atau tidak berani melawan. Dengan membekali anak sikap tegas, orang tua menjadikan citra anak yang kuat di mata orang lain.
3. Latih Kemampuan Sosial dan Cara Berteman
Anak yang memiliki jaringan pertemanan yang sehat cenderung terlindungi dari bullying. Teman bisa menjadi pelindung, pendukung, dan sumber kekuatan saat anak menghadapi situasi sulit. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membantu anak mengembangkan keterampilan sosial seperti memulai percakapan.
Selain itu, orang tua bisa mengajak anak berdiskusi tentang memilih teman yang baik dan benar. Anak yang merasa diterima dan memiliki teman akan lebih percaya diri dan tidak mudah merasa terisolasi.
4. Beri Pemahaman tentang Bullying dan Ajari untuk Melapor
Sebelum anak bisa menghadapi bullying, ia perlu tahu apa itu bullying. Jelaskan bahwa bullying tidak hanya berupa kekerasan, tetapi juga bisa berupa ejekan, pengucilan, atau pelecehan. Penting untuk menanamkan pemahaman bahwa menjadi korban bullying bukanlah kesalahan anak.
Ajarkan anak bahwa melapor bukan berarti lemah, melainkan bentuk perlindungan diri. Dorong anak untuk selalu berbicara kepada orang dewasa yang dipercaya, seperti guru dan orang tua. Dengan menciptakan komunikasi yang terbuka, orang tua bisa menjadi tempat aman untuk bercerita.
5. Role-Play: Praktikkan Skenario Menghadapi Bully
Salah satu cara paling efektif untuk mempersiapkan anak menghadapi bullying adalah dengan melakukan role-play atau simulasi. Orang tua bisa berperan sebagai pelaku bully dan anak untuk mempraktikkan yang telah diajarkan, seperti mengatakan “Aku tidak suka ya,”. Latihan ini membuat anak lebih siap secara mental dan tidak panik saat menghadapi situasi nyata.
Role-play juga membantu anak membangun refleks sosial yang sehat. Dengan berlatih, anak belajar mengenali situasi yang tidak aman, mengatur emosi, dan mengambil tindakan yang tepat.
Moms, jadilah pendengar yang baik untuk anak sangatlah penting. Ciptakan suasana rumah yang hangat, di mana anak merasa aman untuk bercerita tanpa takut dihakimi. Dengarkan dengan penuh perhatian, validasi perasaannya, dan hindari menyalahkan. Anak yang merasa didengar akan lebih mudah terbuka dan percaya bahwa orang tuanya adalah tempat bercerita.
Dengan menjadi pendengar, orang tua bisa menangkap perasaan jika anak mengalami bullying. Selain itu, anak yang merasa didukung secara emosional akan tumbuh dengan rasa aman dan kuat, siap menghadapi dunia luar.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.