ringkasan
- Sensitivitas sensorik pada orang tua adalah kondisi nyata yang diperburuk oleh tuntutan pengasuhan, ditandai oleh overstimulasi indra yang dapat memicu gejala fisik dan emosional.
- Mengatasi sensitivitas sensorik melibatkan identifikasi pemicu, penciptaan lingkungan yang ramah sensorik, serta praktik teknik menenangkan diri seperti pernapasan dalam dan mindfulness.
- Penting untuk menetapkan batasan, meminta bantuan, memprioritaskan perawatan diri melalui tidur cukup dan aktivitas fisik, serta mencari dukungan profesional seperti terapi okupasi jika diperlukan.
Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, menjadi orangtua adalah perjalanan yang penuh kebahagiaan, namun juga tantangan. Salah satu tantangan yang mungkin tidak banyak disadari adalah sensitivitas sensorik. Kondisi ini bisa membuat orang tua kesulitan memproses informasi sensorik dari lingkungan.
Sensitivitas sensorik dapat diperparah oleh tuntutan pengasuhan anak yang tiada henti. Ini bukan sekadar rasa lelah biasa, melainkan respons tubuh terhadap rangsangan berlebih. Dampaknya bisa memengaruhi interaksi, pembelajaran, dan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Memahami dan mengelola sensitivitas sensorik sangat penting bagi kesejahteraan orangtua. Dilansir dari berbagai sumber kita akan membahas secara komprehensif berbagai strategi efektif untuk mengatasi kondisi tersebut. Mari kita selami lebih dalam bagaimana cara mengelola sensitivitas sensorik ini.
Mengenal Lebih Dekat Sensitivitas Sensorik pada Orangtua
Sensitivitas sensorik pada orangtua adalah kondisi nyata yang seringkali tidak terdiagnosis. Overstimulasi sensorik terjadi ketika kelima indra bekerja terlalu keras menerima semua rangsangan. Mulai dari pemandangan, suara, bau, sentuhan, hingga rasa dari pengalaman menjadi orangtua. Kondisi ini menjadi terlalu banyak untuk ditangani oleh otak.
Fenomena ini dapat menimpa siapa saja, tidak hanya mereka yang sangat sensitif atau memiliki kondisi seperti ADHD dan kecemasan. Banyak orang memiliki kepekaan sensorik ringan yang sebelumnya tidak aktif. Namun, peran sebagai orangtua dapat mengubahnya karena beban mental yang terus-menerus. Orang tua selalu 'siaga' dan hampir tidak ada cara untuk mematikannya.
Faktor-faktor pemicu sensitivitas ini beragam. Kebisingan konstan, kekacauan, sentuhan terus-menerus, dan daftar tugas mental yang tak ada habisnya dapat memicu sensitivitas yang sebelumnya tersembunyi. Kelelahan, usia, stres, atau lingkungan juga turut memengaruhi sensitivitas pemrosesan ini. Gejala fisiknya bisa berupa sakit kepala atau otot tegang. Sementara itu, respons emosionalnya meliputi iritabilitas, kecemasan, atau perubahan suasana hati. Kesulitan berkonsentrasi atau merasa dalam 'kabut mental' juga sering dialami.
Sensory Processing Disorder (SPD) adalah kondisi neurologis di mana otak kesulitan menerima dan merespons informasi dari indra. Kondisi ini memengaruhi hingga 20% populasi dunia. SPD sering terjadi pada individu dengan ADHD, gangguan spektrum autisme (ASD), atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Meskipun SPD tidak secara resmi diakui dalam DSM-5 sebagai gangguan mandiri, ini adalah bagian yang didokumentasikan dari gangguan lain.
Mengidentifikasi Pemicu dan Menciptakan Lingkungan Ramah Sensorik
Langkah pertama dalam mengelola emosi adalah mengenali pemicu sensorik unik Anda. Perhatikan kapan Anda merasa kewalahan dan identifikasi rangsangan spesifik yang menyebabkan ketidaknyamanan. Pemicu umum bagi orangtua meliputi menangani berbagai kebutuhan secara bersamaan, beban mental terus-menerus, gerakan anak yang konstan, rumah berantakan, kelelahan, teriakan atau rengekan anak, sentuhan terus-menerus, dan mainan yang berisik.
Setelah pemicu teridentifikasi, Sahabat Fimela dapat mulai menciptakan lingkungan yang lebih ramah sensorik di rumah. Redupkan cahaya menggunakan peredup atau lampu dengan pencahayaan lembut jika cahaya terang memperburuk kelebihan beban sensorik Anda. Cahaya alami juga bisa menenangkan, tetapi terlalu banyak sinar matahari bisa menjadi rangsangan berlebih.
Untuk mengurangi kebisingan, gunakan headphone peredam bising atau penyumbat telinga. Ini memungkinkan Anda meredam suara tanpa kehilangan kemampuan mendengar anak. Musik yang menenangkan juga dapat membantu menciptakan suasana yang lebih tenang. Minimalisir kekacauan di rumah, karena lingkungan yang berantakan dapat secara visual membebani. Menjaga ruang tetap rapi dan bebas dari barang-barang berlebih dapat mengurangi kelebihan beban visual.
Ciptakan ruang tenang atau aman di rumah. Tetapkan area tertentu sebagai tempat Anda bisa mundur saat merasa kewalahan. Ruang ini dapat dilengkapi dengan alat sensorik dan aktivitas menenangkan. Contohnya seperti lampu sensorik yang menenangkan, mainan fidget, atau bantal bean bag. Ruang ini menjadi tempat perlindungan pribadi Anda.
Teknik Menenangkan Diri dan Batasan Diri yang Efektif
Saat merasakan tanda-tanda kelebihan beban sensorik, praktikkan teknik menenangkan diri. Pernapasan dalam adalah salah satu cara efektif. Hirup perlahan melalui hidung, tahan napas selama beberapa detik, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Latihan ini dapat membantu menenangkan sistem saraf Anda.
Gunakan latihan grounding seperti teknik 5-4-3-2-1. Identifikasi 5 hal yang dapat Anda lihat, 4 hal yang dapat Anda sentuh, 3 hal yang dapat Anda dengar, 2 hal yang dapat Anda cium, dan 1 hal yang dapat Anda rasakan. Teknik ini membantu Anda kembali fokus pada momen saat ini. Menggabungkan mindfulness dan meditasi ke dalam rutinitas harian juga dapat membantu Anda tetap selaras dengan pengalaman sensorik dan mengelolanya sebelum menjadi kewalahan.
Jangan ragu untuk menetapkan batasan dan meminta bantuan. Komunikasikan kebutuhan sensorik Anda dengan pasangan dan buat rencana dukungan. Ini mungkin termasuk mengambil alih tugas tertentu atau memberi Anda ruang saat dibutuhkan. Batasi pengunjung, terutama jika Anda merasa kewalahan. Tidak apa-apa untuk menolak atau mempersingkat kunjungan.
Prioritaskan waktu istirahat Anda. Sama seperti ponsel yang perlu diisi daya, Anda juga perlu waktu untuk mengisi ulang energi setiap hari. Ini bisa berarti bangun lebih awal untuk waktu pribadi atau menjadwalkan waktu luang setelah acara keluarga. Belajarlah mengatakan 'tidak' pada hal-hal yang tidak selaras dengan kebutuhan Anda saat ini. Fokus pada beberapa hal yang bermakna dan berikan diri Anda izin untuk menolak.
Gaya Hidup Sehat dan Dukungan Profesional untuk Kesejahteraan
Gaya hidup sehat adalah kunci penting dalam parenting. Kurang tidur dapat menjadi pemicu utama kelebihan beban sensorik. Prioritaskan tidur yang cukup, dan jangan merasa bersalah untuk tidur siang jika memungkinkan. Aktivitas fisik secara teratur juga dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kemampuan Anda mengatasi rangsangan sensorik. Luangkan waktu di alam, karena berada di lingkungan alami dapat secara signifikan mengurangi tingkat stres.
Menetapkan rutinitas yang dapat diprediksi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi kecemasan, baik untuk Anda maupun anak Anda. Rutinitas menciptakan rasa aman dan kontrol. Kembangkan 'diet sensorik' yang disesuaikan dengan kebutuhan individu Anda. Ini mungkin melibatkan aktivitas sensorik seperti ayunan, tekanan dalam, atau stimulasi taktil yang menenangkan.
Jika kelebihan beban sensorik menjadi masalah yang tidak dapat dikelola, memengaruhi hubungan Anda, cara Anda merawat anak-anak, atau perasaan Anda, mungkin sudah saatnya mencari dukungan profesional. Seorang terapis dapat membantu Anda mengidentifikasi pemicu, mengatur sistem saraf, dan berkolaborasi dalam rencana dukungan.
Terapi Okupasi (OT) adalah perawatan utama untuk SPD dan dapat membantu Anda mengembangkan strategi mengatasi tantangan sensorik. Terapi ini juga meningkatkan kemampuan Anda memproses informasi sensorik. Terapi Integrasi Sensorik bertujuan melatih kembali respons otak terhadap rangsangan melalui aktivitas terstruktur. Bergabung dengan kelompok dukungan juga dapat menawarkan dukungan emosional dan ide-ide praktis dari orangtua lain yang mengalami tantangan serupa.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.