Fimela.com, Jakarta Ada satu hal yang sering terlewat dalam mendidik anak: kecerdasan emosional. Banyak orang tua berfokus pada prestasi akademik atau keterampilan praktis, tetapi lupa bahwa kemampuan memahami dan mengelola emosi adalah fondasi dari kehidupan yang sehat, bahagia, dan penuh makna. Gentle parenting hadir sebagai pendekatan yang mengajak kita untuk membangun kualitas batin anak sejak dini, tanpa tekanan berlebihan, tanpa ancaman, dan tanpa rasa takut.
Sebagai orangtua kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana cara mengasuh anak dengan tetap tegas, penuh kasih, dan menumbuhkan kecerdasan emosional? Gentle parenting bukan sekadar tren, melainkan praktik nyata yang menekankan koneksi, validasi, dan disiplin positif. Dari sana, anak tidak hanya belajar mengendalikan dirinya, tetapi juga memahami orang lain dengan lebih bijak. Berikut adalah 5 tips gentle parenting yang bisa Moms terapkan di rumah.
1. Validasi Emosi Anak dengan Tulus
Banyak orang dewasa tumbuh dengan keyakinan bahwa menangis itu lemah atau marah itu buruk. Padahal, emosi bukanlah musuh. Gentle parenting, seperti yang dikutip dari laman Positive Psychology, mengajarkan bahwa tugas orang tua bukan menolak perasaan anak, melainkan membantu mereka mengenalinya.
Saat anak marah karena mainannya rusak, Moms bisa berkata, “Mama tahu kamu sedih, itu wajar. Mainanmu penting untukmu.” Kalimat sederhana ini membuat anak merasa dipahami. Validasi bukan berarti menyetujui semua tindakan mereka, melainkan memberi ruang agar emosi dapat diakui dengan sehat.
Dengan terbiasa divalidasi, anak belajar mengenali emosinya sendiri dan menghormati emosi orang lain. Dari sinilah dasar kecerdasan emosional terbentuk—anak tumbuh dengan hati yang kuat, bukan dengan perasaan yang tertekan.
2. Disiplin Positif, Bukan Hukuman
Gentle parenting tidak menggunakan konsep hukuman yang menakut-nakuti. Sebaliknya, orangtua diajak untuk memberi arahan dengan pendekatan positif. Hukuman mungkin membuat anak patuh sesaat, tetapi disiplin positif menanamkan nilai yang bertahan lama.
Misalnya, alih-alih berteriak karena anak menumpahkan susu, Moms bisa mengajak mereka membersihkan bersama sambil berkata, “Kalau tumpah, kita bersihkan, ya. Lain kali lebih hati-hati.” Pesan ini tidak hanya memberi solusi, tetapi juga melatih tanggung jawab.
Dengan disiplin positif, anak belajar bahwa setiap kesalahan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Mereka tidak tumbuh dengan rasa takut, melainkan dengan rasa percaya bahwa mereka mampu belajar dan berkembang.
3. Tegas dengan Batasan yang Jelas
Banyak yang salah kaprah bahwa gentle parenting berarti membiarkan anak melakukan apa pun sesuka hati. Justru sebaliknya, gentle parenting menekankan pentingnya batasan yang tegas. Perbedaannya, batasan diberikan dengan sikap konsisten dan penuh hormat.
Contohnya, jika waktu bermain sudah habis, Moms bisa berkata, “Sekarang waktunya tidur. Besok pagi kamu bisa lanjut bermain lagi.” Anak mungkin tidak langsung setuju, tetapi dengan konsistensi, mereka akan belajar bahwa aturan hadir untuk menjaga kenyamanan bersama.
Batasan yang jelas memberi anak rasa aman. Mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sekaligus merasa dihargai karena Moms tetap memberikan pilihan dalam ruang lingkup yang sehat.
4. Bangun Koneksi sebelum Koreksi
Gentle parenting menekankan bahwa anak lebih mudah menerima arahan jika merasa terhubung. Koreksi tanpa koneksi seringkali hanya terdengar seperti perintah kosong.
Moms bisa mulai dengan mendengarkan dulu sebelum menegur. Saat anak menolak membereskan mainan, tanyakan perasaannya. Setelah itu, ajak dengan nada lembut, “Mainannya ayo kita rapikan sama-sama, biar besok kamu gampang cari lagi.” Anak akan lebih mudah menurut jika ia merasa dihargai dan ditemani.
Koneksi ini ibarat jembatan yang menghubungkan hati orang tua dan anak. Dari sanalah lahir kepercayaan, dan dari kepercayaan tumbuh keberanian anak untuk terbuka, jujur, serta lebih mudah mengatur emosinya.
5. Ajarkan Pilihan, Bukan Paksaan
Anak yang diberi pilihan belajar tentang tanggung jawab sejak dini. Gentle parenting mengajarkan bahwa memberikan pilihan dalam batasan yang tepat membantu anak merasa punya kendali atas dirinya.
Moms bisa berkata, “Kamu mau gosok gigi dulu atau ganti baju dulu?” Dengan begitu, anak tetap melakukan kewajiban, tapi merasa dilibatkan dalam prosesnya. Pilihan sederhana ini menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus kemampuan mengambil keputusan.
Dari kebiasaan kecil ini, anak belajar bahwa hidup adalah tentang memilih dan menerima konsekuensinya. Keterampilan ini kelak menjadi bekal berharga dalam mengelola emosi dan hubungan sosial di masa depan.
Moms, gentle parenting bukan tentang menciptakan anak yang sempurna, melainkan membangun fondasi kuat agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Dengan validasi, disiplin positif, batasan jelas, koneksi hangat, dan ruang untuk memilih, anak belajar mengenali dirinya sekaligus memahami dunia dengan lebih empatik.
Kecerdasan emosional yang tinggi bisa membantu anak sukses, serta lebih bahagia dalam menjalani hidupnya.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
Parenting7 Tantangan Digital Parenting yang Sering Membuat Orangtua Bingung
Menjadi orang tua di era digital bukan perkara sederhana. Ada 7 tantangan digital parenting yang sering membuat bingung, tetapi dengan strategi praktis, Moms bisa tetap tenang dan bijak dalam mendampingi anak.
Parenting7 Alasan Menjadi Ibu di Usia 30-an Membawa Kebahagiaan Tersendiri
Menjadi ibu di usia 30-an membawa kebahagiaan yang unik. Dari kematangan emosi hingga cara menikmati perjalanan, inilah 7 alasan mengapa fase ini justru memberi warna indah dalam kehidupan seorang ibu.
Parenting7 Tips Parenting agar Anak Tidak Pilih-Pilih Makanan
Tidak semua anak suka mencoba makanan baru, bahkan sering kali menolak sebelum merasakannya. Artikel ini menghadirkan 7 tips parenting yang unik dan efektif agar anak tidak lagi pilih-pilih makanan, dengan cara yang menyenangkan, penuh empati, dan membangun rasa percaya diri mereka.
Parenting7 Cara Membantu Anak Belajar Empati Sejak Dini
Empati bukan sekadar kemampuan merasa iba, melainkan keterampilan hidup yang membentuk anak menjadi pribadi yang bijak, hangat, dan penuh kasih. Temukan 7 cara efektif yang bisa Moms terapkan sejak dini agar anak tumbuh dengan hati yang peka dan jiwa yang kuat.
Parenting7 Istilah Parenting Populer yang Sering Dipakai tapi Belum Banyak Dimengerti
Cari tahu 7 istilah parenting populer seperti attachment parenting, helicopter parenting, hingga gentle parenting. Artikel ini membantu Moms memahami berbagai pola asuh dengan sudut pandang baru yang inspiratif.