7 Dilema yang Kerap Dialami Ibu Pekerja dengan Rasa Serba Salah

1 day ago 5

Fimela.com, Jakarta Ada saat-saat ketika seorang ibu pekerja merasa langkahnya selalu berhadapan dengan dua jalan yang sama-sama penting. Satu jalan menuntut dedikasi untuk pekerjaan, sementara jalan lainnya memanggil lewat suara tawa kecil yang menunggu di rumah. Tidak ada peta yang pasti, dan seorang ibu mungkin hanya bisa mengandalkan intuisi serta hati yang terus diuji.

Dilema inilah yang membuat banyak ibu bekerja hidup dengan perasaan terbelah. Mereka bukan sekadar berjuang membagi waktu, melainkan juga berhadapan dengan tekanan sosial, ekspektasi diri, dan kebutuhan anak yang tak bisa ditunda. Realita ini jarang diungkap secara mendalam, padahal di balik senyuman ibu pekerja, ada begitu banyak lapisan keputusan yang kompleks.

1. Antara Waktu Lembur dan Bedtime Story

Di banyak malam, keputusan terlihat sederhana: tetap di kantor untuk menyelesaikan laporan atau pulang agar bisa membacakan dongeng sebelum tidur. Namun bagi ibu pekerja, ini adalah dilema emosional yang menyakitkan. Setiap jam lembur berarti tambahan produktivitas, tetapi juga berarti kehilangan momen berharga bersama anak.

Moms sering merasa diadili oleh situasi: bila terlalu lama di kantor, ada rasa bersalah yang menekan. Bila pulang lebih cepat, ada kecemasan tentang pekerjaan yang belum rampung. Akhirnya, tidak ada pilihan yang benar-benar bebas dari konsekuensi.

Perasaan terbelah ini membuat ibu pekerja harus pandai menyusun prioritas. Meskipun demikian, pada kenyataannya, apa pun yang dipilih sering terasa setengah hati, karena ada bagian lain yang harus dikorbankan.

2. Suara Hati atau Suara Orang Sekitar

Ketika seorang ibu memutuskan untuk tetap bekerja, suara-suara dari luar sering datang tanpa diminta. Ada yang bilang, “Sayang sekali anaknya ditinggal,” atau sebaliknya, “Sayang kariernya kalau berhenti.” Kedua komentar itu sama-sama menusuk dan menambah tekanan.

Moms pun sering kali berada di persimpangan: apakah mengikuti suara hati sendiri atau menuruti ekspektasi orang lain. Tak jarang, keputusan pribadi jadi terasa tidak cukup kuat karena terus dibandingkan dengan standar sosial yang berubah-ubah.

Dilema ini membuat ibu pekerja harus belajar menutup telinga. Meskipun begitu, itu bukan perkara mudah, karena komentar kecil pun bisa menyalakan rasa bersalah yang telah lama mengendap.

3. Kejar Target atau Dampingi Tumbuh Kembang Anak

Di satu sisi, dunia kerja menuntut performa. Ada target yang tidak bisa ditunda dan tanggung jawab yang harus segera dituntaskan. Di sisi lain, anak sedang belajar berjalan, bicara, atau menunjukkan ekspresi baru yang menakjubkan.

Moms yang bekerja sering merasa kehilangan potongan kecil dari puzzle perkembangan anak. Sekecil apa pun momen itu, bagi ibu, nilainya jauh lebih besar dari pencapaian kantor. Namun pekerjaan tetap membutuhkan fokus penuh.

Ketegangan ini sering memunculkan dilema batin: memilih menatap layar laptop atau menatap wajah anak yang penuh rasa ingin tahu. Keduanya penting, tetapi waktu tidak bisa diulang.

4. Prioritas Finansial atau Kehangatan Emosional

Bekerja tentu memberikan kestabilan finansial. Ada keamanan yang bisa dirasakan saat kebutuhan keluarga terpenuhi dengan baik. Namun, sering kali anak tidak memahami arti angka di rekening. Mereka lebih mencari pelukan hangat dan perhatian nyata.

Moms kerap terjebak dalam dilema: apakah bekerja keras demi masa depan yang aman atau meluangkan lebih banyak waktu sekarang demi kedekatan emosional. Tidak jarang, ibu merasa uang yang dihasilkan justru tak sebanding dengan waktu yang terlewat.

Inilah titik rawan yang membuat banyak ibu merasa dihantui oleh dua rasa: aman secara materi tetapi lapar secara batin. Dan pada akhirnya, kedua hal itu sama-sama dibutuhkan.

5. Rasa Lelah Fisik atau Rasa Bersalah Batin

Setelah seharian bekerja, tubuh ibu sering kali meminta istirahat. Namun anak justru meminta perhatian dengan energi penuh. Moms pun dihadapkan pada dilema: memenuhi kebutuhan fisik diri sendiri atau kebutuhan emosional anak.

Ketika memilih istirahat, rasa bersalah datang. Tapi ketika memaksakan diri tetap aktif menemani anak, kelelahan menumpuk dan membuat hari berikutnya lebih berat. Situasi ini tidak memiliki solusi mudah.

Bagi ibu pekerja, dilema ini terasa seperti tarik ulur tanpa ujung. Mereka harus pintar membaca sinyal tubuh sekaligus memahami kebutuhan anak, yang keduanya sama-sama mendesak.

6. Ambisi Karier atau Kehadiran Penuh di Rumah

Ada banyak ibu yang memiliki mimpi besar dalam karier. Mereka ingin tumbuh, berprestasi, dan membuktikan diri. Namun, setiap langkah naik dalam pekerjaan biasanya dibarengi dengan tuntutan waktu yang lebih banyak.

Moms pun kerap bergulat dengan pertanyaan: apakah mimpi pribadi boleh diprioritaskan tanpa merasa egois? Atau harus selalu mengalah demi keluarga? Jawabannya tidak pernah sederhana, karena keduanya menyangkut identitas diri.

Di sinilah dilema besar muncul: memilih untuk berkembang di luar rumah bisa terasa seperti meninggalkan rumah, sementara memilih tinggal di rumah bisa terasa seperti meninggalkan diri sendiri.

7. Rindu Menjadi Ibu, Tak Ingin Kehilangan Jati Diri

Seiring waktu, banyak ibu pekerja merasa khawatir kehilangan jati diri. Mereka ingin hadir penuh sebagai ibu, tetapi juga ingin tetap dilihat sebagai individu dengan minat, keterampilan, dan mimpi.

Moms sering terjebak dalam dilema eksistensial: bagaimana menjadi ibu yang baik tanpa menghapus identitas personal? Bagaimana membagi ruang antara “aku sebagai ibu” dan “aku sebagai diriku sendiri”?

Ini adalah pergulatan yang tak kasat mata, tetapi begitu nyata. Karena pada akhirnya, ibu pekerja tidak hanya menjaga kehidupan anak, tetapi juga menjaga kehidupan dirinya sendiri agar tetap utuh.

Moms, tujuh dilema di atas adalah gambaran nyata dari perjalanan ibu yang bekerja sekaligus mengasuh anak kecil. Tidak ada jawaban yang benar-benar sempurna, karena setiap pilihan selalu memiliki harga.

Meskipun demikian, justru di situlah letak kekuatan seorang ibu: mampu berdiri di tengah badai dilema, tetap melangkah, dan menjadikan cintanya sebagai kompas dalam membuat pilihan terbaik.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Parenting |