7 Sikap Orangtua yang Membuat Anak Percaya Diri

6 days ago 17

Fimela.com, Jakarta Ada anak yang berani tampil di depan banyak orang, dan ada pula yang tampak ragu membuka suara. Bedanya sering kali bukan pada bakat, tapi pada pola asuh yang diterimanya di rumah. Rasa percaya diri bisa dihasilkan dari lingkungan yang aman, penuh penerimaan, dan memberi ruang untuk mencoba.

Bagi banyak anak, orangtua adalah cermin pertama tempat mereka belajar mengenal nilai diri. Cara Moms menanggapi kesalahan, memberi pujian, atau bahkan menunjukkan emosi dapat menjadi benih yang menumbuhkan keberanian mereka untuk menghadapi dunia. Karena itu, membangun kepercayaan diri anak bukan tentang kata-kata motivasi, tetapi tentang konsistensi sikap. Berikut sejumlah tips yang dirangkum dari Child Mind Institute untuk membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

1. Tunjukkan Keberanian, Bukan Kesempurnaan

Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibanding apa yang mereka dengar. Ketika orangtua menghadapi tantangan dengan sikap tenang dan usaha sungguh-sungguh, anak belajar bahwa keberanian tidak berarti tanpa takut, tetapi berani bertindak meski takut.

Tak masalah jika kita sebagai orangtua kadang merasa gugup atau tidak yakin. Yang penting, anak melihat bahwa kegugupan bukan alasan untuk berhenti. Saat Moms berkata, “Mama juga deg-degan, tapi Mama coba dulu,” itu menjadi pelajaran hidup yang nyata tentang keberanian sejati.

Sikap seperti ini membuat anak tumbuh dengan pemahaman bahwa kepercayaan diri bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang mau berproses dan mempercayai kemampuan diri.

2. Ubah Kesalahan Jadi Ladang Belajar

Banyak orangtua spontan berkata, “Kamu salah, lain kali hati-hati,” saat anak gagal. Padahal, kegagalan bukan tanda kelemahan, melainkan peluang untuk belajar lebih baik. Ketika Moms mengubah nada kecewa menjadi kalimat seperti, “Kira-kira apa yang bisa kita lakukan agar hasilnya lebih baik?” anak belajar menilai kegagalan dengan kepala dingin.

Anak yang terbiasa tidak dimarahi saat salah akan lebih berani mencoba hal baru. Ia tahu bahwa nilai dirinya tidak ditentukan oleh hasil, melainkan oleh proses yang dijalani.

Dengan begitu, anak belajar memisahkan antara “aku gagal” dan “aku tidak mampu”. Ini yang menjadi akar dari rasa percaya diri sejati.

3. Dorong Anak Menjelajah Dunia Baru

Setiap anak punya rasa ingin tahu yang luar biasa. Tapi jika orangtua terlalu sering berkata “jangan”, anak bisa kehilangan keberanian untuk mencoba. Kita sebagai orangtua bisa mengubahnya menjadi “ayo coba, Mama temani”. Kalimat sederhana itu menciptakan ruang aman bagi anak untuk bereksplorasi tanpa rasa takut.

Saat anak mencoba hal baru, seperti belajar berenang, memasak, atau berbicara di depan kelas, ia sedang membangun kepercayaan diri secara alami. Moms cukup menjadi pendamping yang sigap memberi semangat tanpa mengambil alih kendali.

Anak yang terbiasa menjelajah dengan dukungan akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, berani mengambil keputusan, dan tidak mudah cemas menghadapi situasi baru.

4. Beri Anak Kesempatan Menghadapi Kegagalan

Kadang, naluri Moms ingin melindungi anak dari rasa kecewa. Hanya saja, terlalu sering menolong justru membuat anak sulit membangun ketahanan diri. Biarkan anak mencoba, jatuh, dan bangkit sendiri. Itulah cara paling alami untuk menumbuhkan keyakinan bahwa ia mampu melewati kesulitan.

Moms boleh hadir di sisinya, tapi jangan terburu-buru memperbaiki keadaan. Misalnya, saat menara baloknya roboh, biarkan ia berpikir dan mencari cara memperbaikinya. Di momen itulah rasa percaya diri terbangun: dari keyakinan “aku bisa memperbaikinya sendiri.”

Ketika anak belajar menghadapi kegagalan dengan tenang, ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak takut jatuh, karena tahu selalu bisa bangkit kembali.

5. Hargai Ketekunan, Bukan Hanya Hasil

Pujian memang penting, tapi arahkan pada proses, bukan sekadar pencapaian. Saat Moms berkata, “Kamu hebat, kamu tidak menyerah meski susah,” anak belajar bahwa nilai dirinya berasal dari usaha, bukan keberuntungan atau hasil akhir.

Anak yang terbiasa diapresiasi atas kerja kerasnya akan lebih berani menghadapi tantangan baru. Ia tahu bahwa gagal tidak berarti sia-sia, karena proses berusaha itu sendiri sudah berharga.

Dengan pola ini, anak tumbuh memiliki rasa percaya diri yang stabil—bukan yang mudah runtuh hanya karena hasilnya tak sesuai harapan.

6. Dukung Anak Menemukan Minatnya

Setiap anak unik, dengan kelebihan dan ketertarikannya masing-masing. Saat kita memberi kesempatan anak mengeksplorasi apa yang ia sukai, ia sedang membangun identitas diri yang kuat. Anak yang mengenal minatnya akan lebih mudah merasa percaya diri karena tahu di mana ia bisa bersinar.

Tak perlu memaksa anak mengikuti jejak orang lain. Biarkan ia mencoba berbagai hal: musik, olahraga, seni, sains, hingga menemukan sesuatu yang membuat matanya berbinar.

Dukungan orangtua yang tulus, tanpa tekanan atau perbandingan, adalah bahan bakar terbesar bagi rasa percaya diri anak. Karena yang mereka butuhkan bukan tepuk tangan, melainkan keyakinan dari orang yang paling berarti dalam hidupnya.

7. Tunjukkan bahwa Ketidaksempurnaan Itu Manusiawi

Dalam dunia yang penuh standar palsu, mulai dari media sosial hingga lingkungan sekolah, anak mudah merasa tidak cukup baik. Di sinilah peran Moms penting: mengajarkan bahwa tidak apa-apa menjadi “tidak sempurna”.

Ketika Moms terbuka tentang kesalahan atau kekurangan diri sendiri tanpa malu, anak belajar bahwa semua orang bisa salah, dan itu bukan hal memalukan. Hal ini melatih anak untuk tidak takut tampil apa adanya.

Rasa percaya diri sejati tumbuh bukan karena merasa paling hebat, tetapi karena nyaman menjadi diri sendiri. Dan itu hanya bisa lahir dari rumah yang penuh penerimaan.

Moms, menumbuhkan rasa percaya diri anak bukan tentang membentuk mereka menjadi pemberani di depan dunia, tapi tentang menciptakan ruang aman agar mereka yakin pada dirinya sendiri.

Saat anak merasa dilihat, didengarkan, dan dipercaya, ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tenang dan berani melangkah, bahkan saat tidak ada yang melihat atau memperhatikan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Parenting |