7 Tantangan Digital Parenting yang Sering Membuat Orangtua Bingung

1 week ago 9

Fimela.com, Jakarta Teknologi memengaruhi segala aspek kehidupan kita di masa kini. Bukan hanya lewat gawai, tetapi juga melalui cara anak belajar, bersosialisasi, hingga membangun identitas diri. Kita sebagai orangtua mungkin sudah menyediakan aturan, tetapi ternyata realitasnya jauh lebih rumit. Kadang, anak justru lebih cepat memahami fitur baru daripada orang tuanya.

Di titik inilah muncul dilema besar: bagaimana menjaga anak tetap aman, sehat, dan bahagia di dunia digital yang begitu luas? Tidak cukup hanya melarang atau memberi batas waktu. Tantangannya lebih kompleks, mulai dari keamanan data hingga kesehatan mental anak. Mari kita telisik tujuh tantangan yang sering membuat orangtua bingung terkait digital parenting, sekaligus cara bijak menghadapinya.

1. Banjir Konten yang Tak Terfilter

Salah satu ujian terbesar adalah derasnya konten yang mengalir tanpa henti. Algoritma platform tidak mengenal usia, sehingga anak bisa saja terpapar informasi yang terlalu dewasa, penuh kekerasan, atau bahkan menyesatkan.

Melindungi anak bukan berarti menutup semua akses, tetapi membangun keterampilan memilah. Moms bisa memulai dengan mengaktifkan parental control, tetapi yang lebih penting adalah menumbuhkan rasa ingin tahu yang sehat. Anak perlu tahu alasan sebuah konten tidak sesuai, bukan hanya larangan kaku.

Dialog dua arah menjadi kunci. Saat anak menemukan hal yang membingungkan atau mengganggu, biarkan mereka merasa aman untuk bercerita. Dari sana, Moms bisa memberikan perspektif yang lebih matang agar mereka belajar menyaring informasi dengan bijak.

2. Kesulitan Membatasi Screen Time yang Tepat

Batas antara “belajar online” dan “terjebak scroll panjang” begitu tipis. Anak seringkali sulit melepaskan diri karena dunia digital dirancang untuk terus memikat. Moms yang sibuk pun kadang tidak menyadari jam sudah bergulir begitu cepat.

Solusinya bukan sekadar membuat aturan jam layar, melainkan memperkuat rutinitas harian yang seimbang. Misalnya, alihkan sebagian waktu digital menjadi aktivitas fisik, ngobrol santai, atau membaca buku bersama. Saat anak merasakan keseruan di luar layar, mereka akan lebih mudah menerima keseimbangan.

Yang menarik, keterlibatan Moms sendiri memberi pengaruh kuat. Jika anak melihat orang tuanya juga bijak mengatur waktu dengan gawai, aturan tidak lagi terasa sebagai beban, melainkan kebiasaan bersama.

3. Privasi Data yang Rentan Terbocorkan

Anak-anak sering tidak paham bahwa setiap klik meninggalkan jejak. Mengunggah foto, mengisi formulir game, atau sembarang menyetujui syarat aplikasi bisa membuka celah besar bagi pihak tak bertanggung jawab.

Moms perlu membekali anak dengan pemahaman sederhana tentang data pribadi: apa yang boleh dibagikan, apa yang harus dijaga. Bahkan, mengajarkan mereka menolak permintaan teman untuk membagikan password adalah langkah kecil yang sangat penting.

Selain itu, pastikan akun anak dilengkapi keamanan dasar seperti autentikasi ganda. Tidak perlu membuat anak takut, tetapi berikan kesadaran bahwa dunia digital punya konsekuensi nyata di balik layar.

4. Tekanan Sosial dari Media Sosial

Media sosial bisa jadi ruang bermain sekaligus ladang perbandingan. Anak bisa merasa tertinggal hanya karena melihat teman-temannya tampil lebih “sempurna” di layar. Tekanan ini, meski terlihat sepele, bisa menggerus rasa percaya diri mereka.

Moms bisa membantu dengan cara mengajak anak memahami bahwa apa yang tampak online hanyalah potongan kecil dari kehidupan seseorang. Membandingkan diri dengan unggahan orang lain tidak adil, karena realitas selalu lebih luas dari foto yang dipamerkan.

Lebih jauh, dukungan emosional perlu terus diberikan. Saat anak merasa cukup diterima di rumah, mereka tidak terlalu bergantung pada validasi dunia maya. Inilah tameng paling kokoh dari tekanan sosial yang membingungkan.

5. Kebingungan Menentukan Batasan Gadget

Tidak semua anak sama. Ada yang butuh gawai untuk belajar, ada pula yang lebih sering menggunakannya untuk hiburan. Moms sering bingung: kapan harus memberi batas, kapan harus memberi kebebasan?

Alih-alih mencari “aturan universal”, fokuslah pada kebutuhan masing-masing anak. Anak yang mampu bertanggung jawab mungkin bisa diberi ruang lebih luas, sementara yang masih mudah terbawa suasana perlu pendampingan ekstra.

Yang terpenting, libatkan anak dalam menyusun aturan. Jika mereka merasa dilibatkan, peluang untuk menaati kesepakatan lebih besar. Batasan pun berubah dari sekadar larangan menjadi komitmen bersama.

6. Kesehatan Mental yang Perlu Diperhatikan Lebih Dalam

Dunia digital bisa memicu stres yang tidak kasat mata. Cyberbullying, komentar pedas, atau rasa takut ketinggalan tren bisa menumpuk menjadi beban berat. Anak mungkin tampak biasa saja, tetapi hatinya bisa saja tertekan.

Moms perlu peka terhadap tanda-tanda kecil: perubahan pola tidur, menurunnya semangat belajar, atau sikap lebih tertutup. Ini bisa menjadi sinyal bahwa ada masalah yang perlu segera ditangani.

Membuka ruang diskusi tanpa menghakimi adalah strategi terbaik. Saat anak tahu ia tidak sendirian, masalah yang tampak menakutkan bisa diurai dengan lebih ringan. Jika perlu, jangan ragu mencari bantuan profesional.

7. Peran Orangtua yang Harus Selalu Adaptif

Teknologi tidak pernah berhenti berkembang. Hari ini anak bermain dengan aplikasi tertentu, besok sudah muncul tren baru yang lebih kompleks. Tantangan ini sering membuat Moms kewalahan: harus belajar apa lagi?

Kuncinya bukan mencoba menguasai semua teknologi, tetapi menjadi teman belajar bagi anak. Dengan begitu, anak melihat orang tuanya bukan sekadar pengawas, melainkan partner yang bisa diajak berdiskusi.

Ketika Moms bersedia terus belajar, anak pun mencontoh sikap yang sama. Adaptasi bukan lagi tekanan, melainkan perjalanan bersama yang mempererat hubungan keluarga.

Tantangan dalam digital parenting memang bisa sangat kompleks dan rumit. Menjadi orangtua di era sekarang pun butuh kesungguhan hati untuk terus belajar dan berkembang dari waktu ke waktu. Walaupun begitu, setiap tantangan yang hadir menjadi pemantik untuk bisa mengupayakan masa depan yang lebih baik lagi.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Parenting |