7 Tips Parenting agar Anak Tidak Pilih-Pilih Makanan

1 week ago 7

Fimela.com, Jakarta Meja makan kerap berubah menjadi panggung drama kecil: ada yang mendorong piring, memalingkan wajah, bahkan menutup mulut rapat-rapat saat disodorkan sayuran. Situasi ini bisa membuat orang tua lelah, apalagi jika hampir setiap hari harus berhadapan dengan rengekan anak yang hanya ingin menu tertentu saja.

Moms, menumbuhkan kebiasaan makan sehat bukan sekadar urusan perut kenyang. Di balik sikap anak yang menolak makanan baru, ada rasa ragu, takut akan sesuatu yang asing, sekaligus kebutuhan untuk merasa aman. Dengan memahami sisi emosional ini, kita bisa mengajak anak membuka diri terhadap pengalaman makan yang lebih menyenangkan, tanpa harus ada paksaan.

1. Ciptakan Cerita di Balik Setiap Hidangan

Anak sering kali lebih tertarik pada cerita daripada sekadar instruksi untuk “habiskan makananmu.” Alih-alih menyuruh, cobalah membangun kisah di balik lauk pauk yang disajikan. Misalnya, brokoli bisa digambarkan sebagai “pohon kecil para pahlawan” atau wortel sebagai “mata ajaib para penjelajah.”

Saat anak terlibat dalam narasi, mereka merasa makanan bukan sekadar objek asing di piring. Makanan berubah menjadi bagian dari dunia imajinasi yang menyenangkan. Hal ini menumbuhkan rasa ingin tahu dan keberanian untuk mencoba gigitan pertama.

Dengan demikian, Moms bisa mengubah waktu makan dari penuh drama menjadi penuh petualangan. Anak belajar bahwa makanan baru bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan sahabat baru yang bisa dijelajahi.

2. Libatkan Anak dalam Proses Memasak

Anak yang merasa punya kendali biasanya lebih terbuka terhadap hal-hal baru, termasuk makanan. Ajak mereka mencuci sayuran, mengaduk adonan, atau sekadar memilih bahan di pasar.

Dengan sentuhan tangan mereka sendiri, makanan yang tadinya asing akan terasa lebih akrab. Saat melihat hasil masakannya disajikan, anak merasa bangga dan lebih termotivasi untuk mencicipinya. Itu bukan lagi “makanan orang lain,” melainkan karyanya sendiri.

Moms bisa menjadikan dapur sebagai ruang eksplorasi bersama. Anak belajar menghargai proses sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi menu yang berbeda.

3. Gunakan Porsi Kecil sebagai Jembatan

Sering kali anak menolak karena melihat porsi makanan yang menurut mereka “terlalu banyak.” Cobalah sajikan dalam potongan kecil, seperti satu sendok sayur atau seiris tipis buah.

Porsi kecil membuat anak tidak merasa terbebani. Mereka bisa mencoba tanpa tekanan, dan jika ternyata menyukainya, mereka sendiri yang akan meminta tambahan. Cara ini melatih keberanian anak untuk mencoba tanpa merasa dipaksa.

Bagi Moms, strategi ini sederhana tapi efektif. Anak belajar bahwa mencoba sesuatu yang baru tidak selalu menakutkan, karena dimulai dari langkah kecil yang aman.

4. Variasikan Tampilan, Bukan Hanya Rasa

Anak-anak cenderung bereaksi pada visual sebelum mengecap rasa. Sayur yang dipotong biasa bisa jadi menolak, tapi ketika disajikan dalam bentuk menarik—seperti bintang, hati, atau wajah lucu—mereka lebih penasaran.

Perubahan bentuk ini tidak mengurangi nilai gizi, tetapi menambah daya tarik. Bahkan sayur yang sama bisa terasa berbeda jika disajikan dengan warna kontras atau piring khusus favorit mereka.

Moms bisa menjadikan kreativitas sebagai kunci. Anak belajar bahwa makanan bukan hanya soal rasa, melainkan juga pengalaman yang seru dan penuh kejutan.

5. Bangun Ritual Makan yang Hangat

Anak akan lebih mudah menerima makanan baru jika suasana di sekitarnya nyaman. Hindari menjadikan meja makan sebagai tempat perdebatan. Sebaliknya, buat suasana penuh cerita ringan, tawa, dan rasa kebersamaan.

Ketika anak merasa aman secara emosional, mereka lebih berani membuka diri pada hal baru. Makanan pun tidak lagi dikaitkan dengan tekanan, tetapi dengan momen hangat bersama keluarga.

Dengan begitu, Moms bisa menjadikan meja makan sebagai tempat tumbuhnya kenangan indah. Perlahan, anak belajar mengaitkan pengalaman makan dengan rasa bahagia, bukan keterpaksaan.

6. Perkenalkan Satu Demi Satu, Jangan Sekaligus

Membanjiri anak dengan banyak makanan baru sekaligus bisa membuat mereka kewalahan. Mulailah dengan satu jenis, lalu beri waktu hingga mereka terbiasa. Setelah itu, perkenalkan lagi jenis lainnya.

Cara ini memberi ruang bagi anak untuk menyesuaikan diri. Mereka bisa fokus mengenal rasa, tekstur, dan bentuk baru tanpa harus merasa terintimidasi oleh banyak pilihan.

Moms bisa menganggapnya seperti langkah belajar berjalan. Tidak langsung berlari, melainkan bertahap hingga akhirnya mampu berdiri tegak dengan penuh percaya diri.

7. Rayakan Setiap Kemajuan Kecil

Bahkan satu gigitan kecil layak diapresiasi. Anak butuh validasi bahwa keberanian mereka diakui, bukan dibandingkan dengan anak lain.

Berikan pujian tulus saat mereka mencoba. Hindari hadiah yang tidak berhubungan dengan makanan, cukup ekspresi bahagia atau ucapan positif. Dengan begitu, anak merasa pencapaiannya berarti.

Moms bisa menjadikan apresiasi sebagai motivasi alami. Anak belajar bahwa setiap langkah kecil menuju kebiasaan sehat bernilai besar dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

Membentuk kebiasaan makan yang sehat bukanlah tentang memaksa anak menghabiskan piringnya. Lebih dari itu, ini adalah perjalanan bersama untuk menumbuhkan keberanian, rasa ingin tahu, dan hubungan yang hangat dengan makanan.

Dengan tujuh langkah di atas, anak tidak hanya akan berhenti pilih-pilih makanan, tetapi juga belajar mencintai proses tumbuh sehat dengan caranya sendiri.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
7 Cara Membantu Anak Belajar Empati Sejak Dini./Copyright freepik.com/author/freepik

Parenting7 Cara Membantu Anak Belajar Empati Sejak Dini

Empati bukan sekadar kemampuan merasa iba, melainkan keterampilan hidup yang membentuk anak menjadi pribadi yang bijak, hangat, dan penuh kasih. Temukan 7 cara efektif yang bisa Moms terapkan sejak dini agar anak tumbuh dengan hati yang peka dan jiwa yang kuat.

Kebersamaan./Copyright Fimela - Guntur Merdekawan

Parenting7 Istilah Parenting Populer yang Sering Dipakai tapi Belum Banyak Dimengerti

Cari tahu 7 istilah parenting populer seperti attachment parenting, helicopter parenting, hingga gentle parenting. Artikel ini membantu Moms memahami berbagai pola asuh dengan sudut pandang baru yang inspiratif.

 Freepik.com)

Parenting5 Dilema Ibu Bekerja yang Sering Dihadapi, Apa Saja?

Temukan 5 dilema ibu bekerja yang sering dialami dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari.

7 Tips Membentuk Karakter Anak agar Mentalnya Kuat./Copyright depositphotos.com/havucvp

Parenting7 Tips Membentuk Karakter Anak agar Mentalnya Kuat

Bangun karakter anak dengan 7 tips membentuk mental kuat: belajar mengelola emosi, menghadapi rasa takut, hingga menumbuhkan rasa tanggung jawab. Panduan praktis ini akan membantu orangtua menyiapkan anak yang tangguh, percaya diri, dan berkarakter positif.

5 Sikap Orangtua yang Membantu Anak Lebih Tenang, Percaya Diri, dan Mandiri./Copyright depositphotos.com/havucvp

Parenting5 Sikap Orangtua yang Membantu Anak Lebih Tenang, Percaya Diri, dan Mandiri

Temukan 5 sikap orangtua yang dapat membantu anak tumbuh lebih tenang, percaya diri, dan mandiri. Dari rasa aman hingga kehadiran di momen kecil, inilah kunci membangun fondasi secure attachment yang kuat.

Read Entire Article
Parenting |