ringkasan
- "Almond Mom" adalah gaya pengasuhan yang memproyeksikan kebiasaan makan tidak teratur, seringkali menyamarkan ortoreksia sebagai disiplin, dan berpotensi memicu gangguan makan pada anak.
- Gaya asuh ini muncul dari obsesi ibu terhadap kelangsingan dan ketakutan gemuk, yang diwariskan melalui diet ketat, kritik terhadap rasa lapar, dan penggunaan frasa yang merusak hubungan anak dengan makanan.
- Menghindari perilaku "Almond Mom" melibatkan fokus pada pilihan makanan sehat, menanamkan pola pikir secukupnya, menjadi contoh positif, serta menghormati kebutuhan unik anak tanpa membahas berat badan atau porsi.
Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda mendengar istilah "Almond Mom" yang viral di media sosial? Fenomena ini merujuk pada gaya pengasuhan yang berakar pada budaya diet abad ke-20. Seorang ibu memproyeksikan kebiasaan makan tidak teratur kepada anak-anaknya, seringkali menyamarkan perilaku ortoreksia sebagai kesehatan.
Gaya pengasuhan ini dapat mencakup diet ketat, hanya mengonsumsi makanan "bersih" dan "sehat" secara berlebihan. Hal ini berpotensi menyebabkan gangguan makan serius seperti anoreksia, bulimia, atau ortoreksia pada anak.
Memahami apa itu "Almond Mom" dan mengapa menjadi salah satunya bisa berbahaya sangat penting bagi para orang tua. Dilansir dari berbagai sumber, mari kita selami lebih dalam untuk mengenali ciri-ciri, dampak, serta cara menghindarinya demi tumbuh kembang optimal buah hati.
Asal-usul dan Ciri-ciri "Almond Mom"
Istilah "Almond Mom" menjadi populer setelah video viral Yolanda Hadid, mantan model dan bintang acara realitas, beredar luas. Dalam video tersebut, putrinya Gigi Hadid menelepon dan mengatakan merasa lemah. Yolanda merespons dengan menyarankan, "makanlah beberapa almond dan kunyah dengan sangat baik."
Respons ini memicu kemarahan publik karena dianggap mendorong putrinya untuk makan terlalu sedikit, sehingga istilah "almond mom" pun muncul. Meskipun Yolanda Hadid kemudian menyatakan komentarnya hanya bercanda, netizen meyakini ia menerapkan diet ketat pada Gigi sejak kecil. Istilah ini juga dikaitkan dengan Rebecca Walker dalam novelnya 'To Be Real'.
Ciri-ciri utama "Almond Mom" meliputi obsesi menjadi langsing dan ketakutan akan gemuk, yang menciptakan hubungan buruk dengan makanan. Mereka mewariskan kepercayaan budaya diet kepada anak-anak, seperti memotong makanan menjadi gigitan kecil atau mengabaikan tanda lapar.
Para ibu ini seringkali memiliki masalah pribadi dengan makanan dan citra tubuh, tanpa sadar memaksakan keyakinan tersebut kepada anak-anak. Mereka mungkin mengkritik rasa lapar anak atau menggunakan frasa seperti "Apakah kamu yakin lapar, atau hanya bosan?" yang berdampak jangka panjang.
Dampak Berbahaya Gaya Asuh "Almond Mom" pada Anak
Pola asuh "Almond Mom" dapat memicu gangguan makan serius pada anak, seperti anoreksia nervosa, bulimia, atau ortoreksia nervosa. Anak bisa menjadi terobsesi dengan makanan "sehat" dan menghindari makanan yang dianggap "tidak sehat" secara berlebihan, mengabaikan kebutuhan gizi seimbang.
Selain itu, pembatasan makanan yang tidak memperhatikan asupan nutrisi dan gizi seimbang dapat menyebabkan malnutrisi pada anak. Kondisi ini membuat anak merasa lemas, sulit berpikir, dan menghambat tumbuh kembang optimal mereka.
Dampak psikologis juga sangat signifikan. Suara "Almond Mom" dapat menjadi suara internal anak, melanjutkan siklus traumatis yang merusak hubungan mereka dengan makanan. Anak-anak yang dibesarkan dengan aturan ketat mengenai makanan cenderung memiliki hubungan tidak sehat dengan makanan.
Mereka mungkin mengembangkan pola pikir bahwa makanan adalah sesuatu yang membuat gemuk dan tidak menarik, bahkan merasa bersalah saat lapar. Pola asuh ini juga dapat menyebabkan anak mudah cemas dan depresi, serta memiliki kepercayaan diri rendah dan kurang mandiri.
Tips Menghindari Perilaku "Almond Mom" untuk Pola Makan Positif
Untuk menghindari perilaku "Almond Mom", penting untuk tidak melakukan food shaming. Menerapkan pola makan sehat tidak berarti harus memusuhi atau menghina makanan yang dianggap tidak sehat. Fokuslah pada pilihan makanan sehat ketika berbicara dengan anak-anak, bukan pada pembatasan.
Sahabat Fimela, tanamkan pola pikir secukupnya kepada anak sebagai modal penting, daripada menerapkan pola hidup diet yang ketat. Orang tua perlu mengajari dan mencontohkan gaya makan yang sehat secara positif, bukan melalui larangan atau kritik.
Hindari menyebutkan berat badan, ukuran pakaian, atau porsi makanan kepada anak. Sebaliknya, dorong kebiasaan makan bersama keluarga sebagai pengalaman positif yang menyenangkan. Ini membantu anak membangun hubungan sehat dengan makanan dan lingkungan keluarga.
Memahami kebutuhan unik setiap anak adalah kunci. Setiap individu memiliki preferensi dan kebutuhan gizi yang berbeda. Menghormati kebutuhan dan kenyamanan anak sangat penting dalam mendukung pertumbuhan serta perkembangan yang sehat, tanpa memaksakan standar diet tertentu.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.