Anak Aktif dan Tidak Bisa Diam? Begini Cara Mengarahkan Energinya secara Positif

Fimela.com, Jakarta Sebagai orang tua, tak jarang kita merasa kewalahan saat menghadapi anak yang tampaknya tak pernah kehabisan energi. Mereka selalu bergerak, banyak bicara, dan sulit untuk duduk tenang dalam waktu lama. Meskipun ini bisa membuat lelah, penting untuk memahami bahwa sifat aktif bukanlah hal negatif. Justru, ini bisa menjadi indikasi anak memiliki rasa ingin tahu tinggi dan kecerdasan yang kuat.

Sayangnya, banyak orang dewasa yang buru-buru memberi label "nakal" atau "bandel" pada anak yang aktif. Padahal dengan pendekatan yang tepat, energi luar biasa yang dimiliki anak bisa diarahkan ke aktivitas yang membangun, kreatif, dan menyenangkan. Artikel ini akan membahas cara mengelola dan menyalurkan energi anak secara positif agar mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan produktif.

Anak aktif cenderung memiliki kebutuhan gerak yang lebih tinggi dibanding anak lain seusianya. Mereka biasanya lebih cepat bosan pada aktivitas yang statis, dan lebih tertarik pada kegiatan fisik atau eksploratif. Ini bukanlah tanda perilaku buruk, melainkan bagian dari fase perkembangan yang sehat dan alami.

Dengan memahami karakter tersebut, orang tua bisa mulai melihat perilaku anak dari sudut pandang yang lebih empatik. Daripada menekan atau melarang mereka bergerak, akan lebih baik jika kita mencari tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan anak untuk mengekspresikan energinya dengan cara yang aman dan positif.

Salah satu cara paling efektif untuk menyalurkan energi anak yang berlebihan adalah melalui aktivitas fisik yang terstruktur, seperti berenang, bersepeda, atau senam anak. Aktivitas ini membantu anak melepaskan energi secara sehat, sekaligus melatih koordinasi dan kemampuan motorik mereka.

Selain itu, kegiatan sensorial seperti bermain pasir kinetik, mewarnai, memasak bersama, atau membuat prakarya juga dapat membantu mereka menenangkan diri dan melatih fokus. Aktivitas seperti ini memberikan stimulasi yang dibutuhkan otak mereka tanpa harus selalu bergerak secara berlebihan. Hasilnya, anak tetap aktif namun dalam suasana yang lebih terarah.

Anak yang aktif biasanya membutuhkan rutinitas yang jelas dan konsisten untuk membantu mereka merasa aman dan terstruktur. Misalnya, rutinitas pagi, waktu makan, waktu bermain, hingga jam tidur yang tetap setiap harinya bisa membantu mereka memahami kapan saatnya beraktivitas dan kapan waktunya istirahat.

Dengan adanya rutinitas yang teratur, anak akan lebih mudah mengatur diri dan memahami batasan. Mereka akan terbiasa mengenali sinyal tubuhnya, seperti rasa lelah atau lapar, sehingga lebih mudah diarahkan. Orang tua juga jadi lebih mudah dalam memberikan panduan tanpa harus terus-menerus menegur atau melarang.

Mengajak anak untuk membantu tugas rumah tangga bisa menjadi sarana efektif untuk menyalurkan energi mereka sekaligus mengajarkan tanggung jawab. Tugas sederhana seperti menyapu, menyiram tanaman, atau merapikan mainan bisa membuat mereka merasa dihargai dan berperan dalam keluarga.

Saat anak diberi kepercayaan dan kesempatan untuk membantu, mereka belajar mengatur geraknya untuk tujuan tertentu. Ini dapat memperkuat rasa percaya diri mereka, sekaligus mengurangi perilaku yang sering dianggap "mengganggu" karena anak sudah punya saluran energi yang lebih produktif.

Anak yag aktif bukan berarti anak yang sulit diatur. Justru di balik energinya yang tak habis-habis itu, tersimpan potensi besar yang bisa diarahkan ke hal-hal positif. Dengan pendekatan yang tepat dan penuh kasih, orang tua bisa menjadi pemandu yang membantu anak mengenal dan mengelola dirinya.

Daripada memadamkan semangat anak yang aktif, lebih baik kita bantu mereka menyalurkan energinya ke dalam aktivitas yang membangun. Anak pun tumbuh lebbih percaya diri, bahagia, dan seimbang baik secara fisik maupun emosional.