Anak Sulit Atur Emosi? Bisa Jadi Ini Tanda Fatherless pada Anak

19 hours ago 3

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, seringkali muncul anggapan bahwa peran seorang ayah hanya sebatas mencari nafkah. Padahal, kehadiran ayah juga menjadi pondasi penting dalam perkembangan emosi, kepercayaan diri, serta cara anak menjalin hubungan dengan lingkungan sekitar.

Sayangnya, tidak semua anak dapat merasakan hadirnya sosok ayah secara utuh. Ketika seorang anak tumbuh tanpa keterlibatan ayah yang konsisten, baik karena perceraian, pekerjaan yang membuat ayah jarang di rumah, atau faktor lainnya, kondisi ini dikenal dengan istilah fatherless.

Dilansir dari Timedoor Academy, fatherless bukan hanya soal ketidakhadiran fisik ayah, tetapi juga bisa berarti tidak hadir secara emosional. Anak mungkin tinggal bersama ayahnya dalam satu rumah, tetapi jika komunikasi dan kedekatan emosional tidak terjalin, dampaknya bisa sama kuatnya dengan kehilangan sosok ayah. 

Kondisi ini dapat mempengaruhi pola pikir, kepribadian, hingga cara anak menghadapi tantangan. Berikut lima tandanya yang harus kamu waspadai pada anak.

Kesulitan Mengatur Emosi

Anak yang mengalami fatherless sering kali menghadapi tantangan besar dalam mengelola emosinya. Tanpa figur ayah yang memberi contoh cara merespons situasi dengan tenang, anak bisa menjadi lebih mudah tersulut amarah atau mengalami ledakan emosi.

Mereka dapat menangis berlebihan saat menghadapi masalah kecil, sulit menerima kata “tidak”, atau cenderung menutup diri ketika sedih. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan teman sebayanya maupun guru. Kehadiran ayah yang konsisten dapat membantu anak untuk belajar cara menenangkan diri, memahami perasaan mereka, dan mengekspresikan emosi secara sehat. 

Rasa Percaya Diri Rendah

Figur ayah berperan besar sebagai “support system” pertama bagi anak, terutama dalam memberikan dorongan dan validasi. Ayah yang hadir biasanya menjadi sosok yang meyakinkan anak bahwa mereka mampu mencoba hal baru, sekaligus memberi apresiasi ketika mereka berhasil.

Ketika anak tidak mendapatkan dukungan atau apresiasi tersebut, mereka bisa merasa kurang berharga, takut membuat kesalahan, atau enggan mencoba sesuatu yang baru. Dalam jangka panjang, rasa percaya diri yang rendah dapat berdampak pada kemampuan mereka mengambil keputusan dan membangun hubungan sehat ketika dewasa.

Kesulitan Berinteraksi Sosial

Kehadiran ayah bukan hanya mempengaruhi hubungan anak dengan keluarga, tetapi juga cara mereka berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Anak yang mengalami fatherless cenderung mengalami kesulitan menjalin pertemanan, merasa minder di antara teman-teman, atau justru mencari perhatian berlebihan dari lingkungan sekitar.

Tanpa role model yang sehat, anak mungkin tidak tahu bagaimana membangun hubungan yang penuh respek atau menetapkan batasan yang baik. Dalam beberapa kasus, mereka bisa menjadi terlalu penurut demi mendapatkan kasih sayang, atau sebaliknya, terlalu agresif karena mencoba mencari perhatian. 

Mencari Figur Ayah di Luar Rumah

Anak-anak yang merindukan sosok ayah sering kali berusaha mencari pengganti figur tersebut di luar rumah. Hal ini bisa menjadi hal positif jika mereka menemukan sosok mentor, guru, atau kerabat yang bisa memberikan arahan dan teladan baik.

Namun, ada juga risiko jika anak justru mencari figur tersebut di lingkungan yang tidak sehat, misalnya bergabung dengan kelompok pertemanan yang negatif atau terlalu bergantung pada orang yang tidak bertanggung jawab. Kondisi ini membuat anak rentan mengalami luka emosional baru, terutama jika orang yang mereka percaya ternyata mengecewakan.  

Memiliki Masalah dalam Akademis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan belajar, menurunnya motivasi sekolah, hingga prestasi yang tidak stabil. Ketidakhadiran ayah dapat membuat anak kehilangan sosok yang biasanya memberikan dorongan, disiplin, atau kebanggaan ketika mereka mencapai sesuatu.

Kurangnya dukungan emosional ini membuat anak merasa usahanya tidak berarti atau tidak diperhatikan. Mereka bisa menjadi mudah menyerah ketika menghadapi tugas yang sulit, sulit berkonsentrasi di kelas, bahkan enggan mengikuti kegiatan sekolah.

Padahal, keterlibatan ayah seperti sekadar membantu mengerjakan PR atau memberikan semangat saat ujian bisa meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab anak terhadap pendidikannya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Parenting |